(***) Peony surgawi adalah seorang gadis yatim piatu . dia tinggal bersama seorang Bibi penjual bunga yang bernama Aura Herawati , dia tidak mempunyai anak dan suami . Peony tinggal bersamanya semenjak usia delapan tahun .
***
Al gozali Matthew adalah seorang anak laki laki kecil yang sejak lahir telah di tinggal pergi ibunya mengejar kemewahan duniawi . dia tumbuh menjadi anak laki laki yang dingin dan datar seperti Ayahnya Al Gibran Matthew .
semenjak di khianati oleh istrinya ,Al Gibra Matthew sangat membentengi diri dengan namanya wanita .Semenjak sang istri pergi bersama laki laki yang lebih kaya darinya ,karena kehidupan Matthew saat itu masih kalang kabut .
suatu hari Al tanpa sengaja bertemu dengan Piony . melihat kelembutan kesabaran dan kebaikan Piony Al menginginkannya sebagai temannya . karena selama ini kehidupan anak berumur lima tahun itu sangat abu abu .
apakah Matthew akan mengabulkan permintaan Al putra . perubahan apa yang akan terjadi pada Al Gibran Mat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04
Peony menundukkan kepala , dia merasakan apa yang di rasakan oleh Al saat ini . Dia merasa masih lebih beruntung bisa bersama dengan ibunya sejak kecil , meski sekarang sudah berpisah alam .
"Ekhem ..bukan berati dia tinggal di sini dan terus selalu menemanimu , selalu ada untukmu , bukan berati kalau dia itu ibu kamu , Boy . Dia sama seperti mereka , para pelayan di mansion ini . Tetapi bedanya dia hanya fokus untuk selalu bersama kamu . Kamu paham maksud ayah ?"
Al menatap Matthew dengan wajah polosnya ." Kenapa tidak jadikan saja dia sebagai ibuku ayah ? Kenapa harus di jadikan pelayan di sini . Ini kan sudah terlalu banyak pelayan , aku tidak butuh pelayan , aku butuh ibu . Aku tidak menginginkan pelayan , tapi aku menginginkan ibu ."
Matthew pun terdiam , dia menurunkan tubuh putranya yang memberontak ingin turun .
"Ayah...."
Kalimat Matthew terputus saat melihat Al berlari ke arah kamarnya . Pria itu menghela nafas sambil menunduk .
Peony pun menatap kepergian Al dengan wajah iba . Dia menoleh ke arah Matthew dan menunduk pelan .
"Saya akan menyusulnya ,Tuan ."
"Al tidak mau di ganggu saat sedang merajuk , maka biarkan saja ."
Peony menggeleng , gadis itu tersenyum tipis ." inilah , letak perbedaan antara ayah dan ibu ,Tuan ."
Matthew pun mengangkat kepalanya saat mendengar kalimat Peony . Dia menatap gadis kecil itu dengan mata tajam .
"Apa maksud kamu ?"
Peony menarik nafas pelan ."Saya tahu , Anda begitu menyayangi dsn mencintai putra Anda . Saya juga tahu jika mungkin Anda sudah berusaha untuk menjadi single parents yang baik . Jadi Ayah sekaligus ibu buat Al . Tapi sebagaimana pun berusahanya seorang laki laki untuk bisa untuk menjadi ibu.... Itu tetap akan berbeda , tidak akan bisa . Akan berbeda , rasanya berbeda , pembawaannya berbeda , caranya juga akan berbeda ."
Matthew menatap Peony dengan tatapan dingin . Gadis kecil itu berbicara begitu lembut , senyum Peony juga hangat meski sangat tipis .
"Anda membiarkan Al merajuk tanpa mencoba untuk membujuknya . Karena dia pasti memberontak dan mengatakan tidak ingin di ganggu . Tapi....jiwa seorang anak seusia Al butuh perhatian lebih dari sekedar itu ".
"Dia ingin di bujuk , butuh pelukan dan kehangatan meski bilang tidak ingin diganggu . Dia butuh itu semua saat merajuk , kehangatan kita , perhatian kita dan pengertian kita ."
***
Matthew memperhatikan Peony yang berdiri di depan pintu kamar putranya . Dia ingin melihat kata kata Peony yang baru beberapa menit lalu di ajarkan untuknya .
"Ayo kita lihat , apa dia benar benar bisa membuat Al tudak merajuk? Heh , dia pikir Al itu tipe anak anak biasa di luar sana? ." Matthew menatap Peony dengan tatapan meremehkan .
Peony mulai mengetuk pintu kamar Al dengan pelan dan hati hati .
"Jangan ganggu aku ?"
Suara teriakan Al terdengar keras , kamar itu sengaja tak di buat kedap suara oleh Matthew .
Matthew pun tersenyum mengejek . Dia memiringkan kepalanya dan terus memperhatikan Peony .
"Tuan Muda , ini saya , Peony .Bolehkah saya masuk sebentar ?"
"Aku ingin ingin sendiri , Pergi semuanya . Kalian tidak ada yang mengerti aku ."
Peony menarik nafas dalam ."Jadi , Anda tidak membutuhkan saya di sini . Kalau begitu , artinya saya boleh pulang dan tidak perlu ada di sini lagi ? Baiklah , kalau begitu saya izin untuk pamit , Tuan Muda ".
Matthew berdecih mendengar kalimat Peony . " Apa dia sekarang menagungkan dirinya sendiri . Dia pikir Al akan takut hanya dengan kalimat itu ? Ck."
Matthew bergerak mendekat ke arah Peony dengan wajah arogannya ." Pergilah dari sini , jangan ganggu dia lagi . Tingkah kau ini hanya bikin Al semakin marah . Kau tidak usah sok menjadi paling tahu akan putra saya . Kamu hanya orang baru , pergi ke kamarmu sekarang ."
Peony kembali menarik nafas dalam . Dia menunduk dan tidak ingin berdebat , akhirnya memilih membalikkan badan pergi .
Cklek ...
"Masuk ".
Matthew terkejut ketika tiba tiba pintu kamar Al terbuka . Sang putra juga bergerak ke arah Peony , menarik perempuan itu ke dalam kamarnya .
"Al , ayah ak..."
"Al sedang tidak ingin bicara dengan ayah ".
Matthew tercengang pintu kamar itu kembali tertutup . Al benar benar memberi izin kepada Peony , untuk masuk dan membiarkan dirinya berdiri di sana .
"Apa ini ? Aku adalah ayahnya ?" gumam Matthew tak percaya .
"ekhm.maaf Tuan , mungkin apa yang di katakan Nona Peony benar . Pebawaan seorang wanita dan pria memang berbeda ."
Matthew menatap Aspriya kemudian menatap pintu kamar putraya . Memang diriya merasa cukup kesal karena Al lebih memilih Peony di banding dirinya . Tapi disisi lain Matthew juga menjadi lega sekaligus tenang . Sebab kini Al seakan benar benar memiliki teman selain dirinya .
"Ayo ke ruangan kerja , saya ingin lihat apa yang di lakukan oleh mereka di dalam."
"Tapi, Tuan . Jika Tuan Muda tahu pasti akan membuatnya semakin marah ."
"Makanya jangan beritahu dia . Kalau ketahuan cepat di matikan saja ."Matthew bersuara di sela langkah kakinya menuju ruangan kerjanya .
Mungkin sikap hangat , dan lemah lembutnya Peony yang membuat Al begitu nyaman dengannya . Tak butuh waktu lama lagi bagi Peony . Dia sudah bergasil membujuk Al untuk makan malam .
" mulai sekarang jika sedang marah . Jangan mengurung diri di kamar sendirian , ya Tuan Muda . Panggil saja saya ,atau langsung datang ke tempat saya . Amarah , kekecewaan , kesedihan dan semua permasalahan di hati itu sulit di redam tanpa adanya pelukan . Tuan Muda paham sekarang ? Pelukan hangat seseorang sangat berpengaruh besar untuk suasana hati ."
Al menatap Peony dengan wajah polosnya . Meski masih terkesan datar , binar mata Al memperlihatkan , memang dia seorang anak yang butuh perhatian dan kasih sayang seorang ibu .
"Apa aku boleh mengganggumu setiap hari dan setiap saat ketika aku seperti ini ".
Peony tersenyum hangat ." Tentu saja , saya selalu ada untuk Tuan Muda . Panggil saya jika Tuan Muda butuh saya . Jika ketika saya sedang tidak bersama Tuan Muda . Saya pasti akan langsung datang ".
"Jadi benar , kau akan tinggal di sini ? Ayah tidak membohongiku ."
Peony diam sesaat , sebelum akhirnya tersenyum kembali . Perlahan gadis kecil itu mengangguk pelan .
"Iya , saya akan selalu di sini , untuk Anda ."
Seketika senyum Al terbit . Anak kecil yang selama ini tidak pernah tersenyum ,kini tersenyum sangat senang dan ceria .
"Kalau begitu sekarang aku ingin di bacakan dongeng . Apa kamu bisa ,Peony ?".
"Tentu saja , Tuan Muda ingin di bacakan dongeng apa ?" Peony menanggapinya dengan senyum antusias .
Dua insan itu nampak sama sama menikmati masa kebersamaan mereka , meski baru bertemu . Selesai makan malam , Peony benar benar menceritakan dongeng untuk Al . Sampai anak laki laki itu tertidur .
Peony sudah biasa mendengar dongeng dari mendiang ibunya . Jadi dia sudah banyak hafal cerita dongeng . Nyatanya itu sangat berguna untuk pekerjaan barunya .
Klek....
secara kamar kan ad cctv nya
aku suka Thor Matt tersiksa
karena benci dan cinta itu terlalu tipis
bujang lapuk kah si Matthew thor
secara dia bilang dadanya masih rata