Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 7 ONS
Delia memutuskan untuk meninggalkan mobil pemberian dari Tantenya, dia sama sekali tidak membawa apa pun yang diberikan oleh sang Tante. Kini Delia pulang ke rumah almarhum orangtuanya, dengan menggunakan taksi, kini dirinya telah sampai di rumah sederhana itu. Delia membuka pintu, keadaan di dalam sangat kotor karena sudah tidak terurus. Mau dijual sayang, dan terkadang Delia beberapa bulan sekali datang ke sana, membersihkan rumah.
Tubuh yang sudah lelah membuat Delia langsung terbaring di atas sofa, tak lupa dia membersihkan sofa itu terlebih dahulu.
Waktu bergulir dengan cepat, pagi pun menjelang. Ponsel Delia terus berdering, hingga membuatnya terbangun dari tidur yang sangat melelahkan. Bagaimana tidak, batin dan fisiknya dihantam habis-habisan oleh keadaan. Delia harus menerima kehamilannya, dan juga hidup mandiri di saat masa-masa seperti ini.
"Bella?" ujar Delia, segera menjawab panggilan dari Bella.
📱"Delia, aku mendapat kabar kalau kau pergi dari rumah Tantemu. Kenapa? Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Bella setelah panggilan teleponnya dijawab oleh Delia.
"Pelan-pelan bicaranya, Bel. Aku baru bangun tidur, dan gendang telingaku bisa pecah karena mendengar teriakanmu ini."
📱"Aku serius, Delia. Berhentilah bercanda! Aku sangat mengkhawatirkanmu, karena sekarang kau sedang hamil."
"Tante Reina memintaku untuk menggugurkan kandunganku. Dan aku menolaknya, lalu dia memberiku pilihan. Menggugurkan kandungan, atau pergi dari rumah."
📱"Astaga, Delia. Kenapa Tante Reina bisa berpikir seperti itu? Dia satu-satunya keluargamu, tapi malah mengatakan hal yang buruk padamu."
"Entahlah, Bel. Aku tidak mengerti. Saat ini aku berada di rumah almarhum orangtuaku. Aku bisa apa, Bel? Semua fasilitas, butik, dan yang Tante Reina punya, aku meninggalkan semuanya. Sekarang aku tidak tahu harus kerja apa, dan mendapat uang darimana untuk persalinanku nanti." ucap Delia.
📱"Untuk masalah pekerjaan kau tenang saja. Di kantor temanku ada lowongan, kau bisa mengirim lamaran kerjamu."
"Benarkah?" Delia bangkit dari tidurnya. Seketika wajahnya langsung bersinar, seperti mendapat harapan baru.
📱"Ya! Kau pasti diterima, aku akan mengurus semuanya."
"Tapi kantor itu pasti jauh dari rumahku."
📱"Kau bisa tinggal di apartemen milikku, Delia. Kenapa harus bingung?"
"Baiklah, terima kasih banyak. Kau benar-benar sahabat terbaikku."
📱"Aku tau itu. Sudah! Sekarang bersiap, aku akan menjemputmu."
Panggilan pun terputus, seulas senyuman terbit dibibir Delia, dia bahkan mengelus perutnya yang masih rata.
'Mungkin ini yang dinamakan rezeki anak.' batin Delia mulai bersemangat mengawali hari barunya.
___________
Di sisi lain.
Aryan, dia sangat bosan karena terus diikuti oleh Jenny. Gadis itu seperti tidak punya malu, dia selalu saja menjadi buntut bagi Aryan. Meskipun pria itu sudah menegur, Jenny tidak mempedulikannya.
Saat ini mereka ada ruang kerja milik Aryan, karena pria itu tengah bersiap untuk pergi ke kantor. Sementara Jenny, dia berdiri di sisi Aryan. Gadis itu terlihat tersenyum-senyum sendiri sambil menatap wajah Aryan.
"Kau ini kenapa?" Tanya Aryan merasa risih karena terus diperhatikan. Bukannya menjawab, Jenny malah mengedipkan matanya beberapa kali. "Kau sudah tidak waras, ya?"
Jenny mengangguk. "Dan itu karenamu. Akh, aku tidak sabar menunggu tanggal pernikahan kita."
"Kau jangan senang dulu, aku bisa saja berubah pikiran dan membatalkan perjodohan ini!" ucap Aryan merasa kesal.
"Apa kau lupa dengan kejadian yang menimpa dirimu? Jika kau mundur dari perjodohan ini, maka reputasi keluargamu akan hancur, Aryan. Dan itu sudah dipastikan." sahut jenny dengan senyum lebar dibibirnya.
Aryan mengeraskan rahangnya. "Suatu saat nanti aku pasti bisa menemukan bukti atas kem*atian Tiara. Aku tidak bersalah, dan aku tidak pernah takut dengan apa pun!" ujarnya sambil menatap tajam ke arah Jenny. Aryan hendak melangkah, tetapi suara Jenny membuat langkahnya terhenti.
"Meskipun nyawa Mamamu taruhannya?"
Aryan memejamkan matanya sesaat, bagaikan buah simalakama. Jika dia menikah dengan Jenny, itu sama saja Aryan menyiksa dirinya sendiri, karena harus hidup bersama dengan orang yang tidak dicintainya. Namun, jika dia menolak perjodohan itu, maka Ibunya pasti akan terkena serangan jantung, melihatnya ditetapkan sebagai tersangka pembunuh*an.
Tanpa menjawab apa pun lagi, Aryan pergi meninggalkan Jenny yang tersenyum puas.
"Tidak ada yang bisa menghalangiku untuk menikah denganmu, Aryan. Kau hanya milikku! Jika ada yang berani menjauhkanmu dariku, maka aku akan memberikannya pelajaran." tukas Jenny penuh tekad.
________________
Delia sudah sampai di perusahaan milik teman Bella. Dia pun mengajukan surat lamaran kerja, dan langsung di interview hari itu juga. Bella sudah mengatur segalanya, dia tidak ingin membuat Delia harus menunggu lagi.
Delia langsung masuk ke ruang HRD, di sana dia mendapatkan beberapa pertanyaan seputaran pengalaman dan bidang yang sedang dicari di perusahaan itu. Setelah menjawab dan melewati beberapa tahap, akhirnya pekerjaan itu Delia dapatkan. Tentu saja itu semua karena orang dalam, karena tidak mudah untuk bisa masuk ke dalam perusahaan besar tersebut.
"Bagaimana wawancaranya? Lancarkan?"
Delia menatap Bella dengan mata memerah. "Aku tau ini semua pasti karenamu. Tidak mungkin aku langsung diterima bekerja di sana, jika tidak ada yang mengaturnya."
"Sudah, anggap saja ini rezeki calon anakmu." jawab Bella tidak ingin membuat Delia sungkan.
Mereka pun berpelukan.
"Oh, ya, Del. Aku ada janji untuk bertemu dengan temanku, pemilik perusahaan ini. Ada sesuatu yang ingin dia bicarakan padaku." Bella menatap Delia yang hanya diam saja. "Aku akan mengajakmu, tenang saja." gurau Bella membuat sahabatnya itu tersenyum tipis.
"Pemilik perusahaan itu, apa dia seorang wanita?" tanya Delia saat dalam perjalanan, dia merasa penasaran.
Bella menggeleng. "Dia seorang pria. Tapi dirinya sangat baik, dan sekarang dia dalam masalah besar."
"Masalah?"
"Hm! Aku akan menceritakannya nanti."
******
Bersambung
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai