Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan Isi Hati Santi
Santi bergegas menuruni anak tangga mendekat kearah Dani dan kedua putrinya yang tengah bersitegang.
"Ada apa sebenarnya ini? Aleya, kapan kau datang?" Tanya Santi bingung.
Santi mendekati Amanda dan memegangi pipinya yang memerah karena tamparan yang dilayangkan Dani padanya.
"Apa yang terjadi saat ini adalah anak-anak ini benar-benar kasar dan kurang ajar. Untuk apa aku repot-repot membayar biaya kuliah kalian berdua, jika kalian tidak bisa menghormati aku sebagai Papa kalian. Ini semua salahmu, Santi." Teriak Dani.
"Beraninya kau menyalahkan Mama? Mama bukanlah orang yang kabur dari rumah dan memutuskan untuk hidup dengan wanita murahan!" Seru Amanda dengan marah.
"Kami pergi ke apartemen barunya, dan dia bersama seorang wanita seusia kami, wanita itu bekerja di kantornya." Sambung Aleya.
Santi menatap kedua putrinya. Dia tidak dapat memahami apa yang didengarnya.
'Dani berselingkuh dengan wanita lain?'
'Wanita muda yang seusia dengan putrinya?'
Tuduhan itu sangat berat. Kepala Santi seolah terasa mau pecah memikirkan semua itu.
"Pergi ke kamar kalian! Mama perlu bicara dengan Papa kalian." Ucap Santi pada kedua putrinya.
Amanda ingin protes, tapi tatapan mata Mamanya terlihat sangat serius. Anak-anak perempuan itu lalu naik ke lantai atas menuju kamar tidur mereka.
"Kau harus mendisiplinkan anak-anak itu! Apa yang kau pikirkan hingga membiarkan ini terjadi? Mereka berdua sudah kurang ajar padaku. Ini semua ulahmu, Santi. Atau mungkin ini semua memang rencanamu untuk membuat putri-putriku menentang ku?" Ucap Dani penuh amarah.
"Aku tidak percaya kau bisa memukul putrimu sendiri." Ucap Santi masih terbayang-bayang saat suaminya menampar putri bungsunya untuk pertama kalinya.
"Mungkin jika aku melakukannya lebih awal, dia akan belajar untuk menghormati ku. Dan aku tidak butuh persetujuan mu untuk memberikan pelajaran pada anak yang kurang ajar itu. Ini semua salahmu, Santi." Balas Dani dengan berteriak.
Di lantai atas, Amanda dan Aleya mendengar teriakan Papa mereka. Amanda ingin turun, tapi Aleya menahan adiknya itu agar tidak turun untuk melanjutkan pertengkaran.
"Apa kau serius berpikir bahwa dengan memukulnya akan membuatmu dihormati? Tapi baiklah, kita bisa sepakat pada satu hal. Seperti yang kau katakan, ini semua salahku. Kau bisa menikmati hidupmu sepenuhnya, dan yang kulakukan disini hanyalah menangisi mu. Aku tidak dapat memahami bagaimana bisa kau menyia-nyiakan 25 tahun pernikahan kita hanya dalam waktu semalam." Ujar Santi.
"Santi, aku tidak..."
Santi mengangkat tangannya, menghentikan Dani yang ingin bicara.
"Tidak, kali ini aku yang akan bicara." Ucap Santi.
Dani hanya bisa terdiam.
"Selama bertahun-tahun, semuanya berjalan sesuai dengan keinginanmu. 'Santi, beri tahu Aleya agar tidak terlambat pergi sekolah! Santi, teman-temanku akan datang untuk makan malam! Santi, orang tuaku sakit, mereka butuh perawat! Santi, ajari Amanda untuk memperbaiki nilainya!' 'Ya, Mas, aku akan mengurus semuanya. Mas Dani, aku telah menghabiskan 25 tahun hidupku untuk mengikuti semua perintahmu, aku merasa puas dengan keyakinanku bahwa kau merasa bahagia dengan keadaan rumah kita seperti yang kau inginkan. Namun, ternyata itu semua tidak cukup. Aku sudah tua, dan semua usahaku tidak lagi cukup untukmu. Jangan khawatir, Amanda akan kembali kuliah besok." Ucap Santi panjang lebar.
"Santi, aku tidak pernah bermaksud..."
"Aku tidak ingin mendengarnya." Lagi-lagi Santi tak membiarkan Dani untuk berbicara.
"Lebih mudah bagimu untuk melarikan diri daripada menghadapi istrimu yang sudah tua ini dengan bicara jujur. Ini semua bukan karena sudah tidak adanya cinta. Ini semua karena wanita muda itu lebih menarik perhatianmu. Kau menang, Mas. Aku juga tidak ingin tetap mempertahankan pernikahan seperti ini. Sesuai dengan keinginanmu, aku akan menandatangani surat cerai itu." Ujar Santi.
Santi lalu menaiki anak tangga menuju lantai atas, sementara Dani menatapnya sebentar. Dia lalu melihat foto-foto keluarga untuk terakhir kalinya sebelum keluar rumah untuk kembali ke tempat tinggalnya yang baru. Memulai hidupnya yang baru bersama wanita idamannya yang baru.
Aleya dan Amanda yang berada di kamar mereka, tengah menangis tersedu-sedu. Rasa sakit dan syok yang mereka alami begitu berat terlebih lagi bagi Santi, ibu mereka. Hal itu tentu jauh terasa begitu berat.
Saat Santi masuk ke kamar itu, dia melihat kedua putrinya yang tengah menangis. Dia lalu duduk bersama kedua putrinya, dan kedua putrinya langsung memeluk dirinya dengan tangisan yang semakin keras.
"Tenanglah sayang, Mama mohon, tenangkan diri kalian." Ucap Santi memohon.
"Maaf, Ma. Aku tidak bermaksud kurang ajar." Ucap Amanda.
"Kau tidak perlu minta maaf, Sayang. Kebenaran selalu lebih baik, tidak peduli seberapa menyakitkan." Balas Santi seraya mengusap air mata Amanda.
"Aku tidak akan pernah memaafkannya. Dia sangat jahat. Dia sudah tidak adil pada Mama." Ucap Aleya.
"Mama mengerti kemarahan mu sayang. Mama sama kecewanya denganmu, tapi ingatlah, dia Papamu dan akan selalu seperti itu." Ucap Santi.
"Mama tidak bisa mengharapkan kami untuk memaafkannya dan menerima kehadiran wanita itu terlebih setelah perlakuannya pada Mama." Ucap Amanda marah.
"Mama tidak meminta kalian berdua untuk menerima kehadiran wanita itu. Tapi ingatlah bahwa dia itu Papa kalian dan dia harus selalu mendapatkan rasa hormat dari kalian berdua, terlepas dari apa yang sudah dia lakukan. Dan besok, Mama ingin kalian melanjutkan aktivitas kalian." Ucap Santi.
"Mama, kami ingin menemani Mama." Kata Aleya.
"Kami tidak ingin Mama kesepian." Imbuh Amanda.
Mendengar ucapan kedua putrinya, Santi meneteskan air mata, terharu akan perhatian yang ditunjukkan kedua putrinya itu.
"Dengan kedua putri-putri Mama yang luar biasa seperti kalian, Mama tidak akan pernah merasa sendirian. Namun, inilah kenyataan baru dalam hidup Mama. Semakin cepat Mama menghadapi semuanya, maka semakin cepat pula Mama belajar untuk mengatasi semuanya. Kalian tidak perlu merepotkan diri kalian. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan Mama. Mama akan baik-baik saja." Jawab Santi mencoba untuk meyakinkan kedua putrinya itu.
Santi tidak ingin membuat kedua putrinya itu sedih berlarut-larut dan terus mengkhawatirkan dirinya.
Setelah memeluk Mama mereka, Aleya dan Amanda pun melepaskan pelukan mereka. Santi mengusap wajah kedua putrinya itu secara bergantian.
"Mama akan lihat apakah makan malam sudah disiapkan Bi Desi. Putri-putri Mama yang cantik ini tidak boleh tidur tanpa makan malam lebih dulu." Kata Santi mencoba memperlihatkan senyuman lebar di bibirnya.
"Ma, apa kami boleh makan es krim untuk hidangan penutup?" Tanya Aleya penuh harap.
"Tentu saja, kalian akan dapat satu mangkok besar untuk kalian masing-masing." Ucap Santi mengiyakan permintaan putrinya itu dengan tersenyum.
Setelah itu Santi langsung berjalan menuju dapur, meninggalkan kedua putrinya yang saling bertukar pandang.
"Menurut Kakak, apakah Mama bisa melakukannya tanpa Papa?" Tanya Amanda.
"Mama selalu kuat. Mama akan bisa melakukannya. Aku yakin Mama bisa melewati semuanya." Ucap Aleya meyakinkan, sambil memeluk adik perempuannya itu.
Bersambung...
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)