Elora punya mimpi sederhana, ingin menjadi perawat dan menikah dengan pria impiannya. Bukan dari lelaki kaya, namun lelaki yang mencintainya sampai maut memisahkan. Namun impian Elora kandas saat pamannya tanpa pertimbangan apapun mengirim Elora ke Spanyol untuk menaklukan sang pewaris kekayaan keluarga Gomez sesuai dengan wasiat mamanya sebelum ia meninggal. Elora terkejut karena sesampai di Spanyol, ia harus bersaing dengan banyak perempuan yang juga punya misi yang sama, menaklukan sang pewaris. Apakah Elora bisa melaksanakan misi almarhumah mamanya? Akankah ada cinta sejati baginya di Spanyol?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Perawat Biasa
Setelah membersihkan luka Enrique, Elora memberikan obat merah lalu menutup luka itu dengan kain kasa.
"Lukanya agak dalam. Kenapa tadi tidak bilang saat kita masih di air terjun?" tanya Elora.
"Tadi tak terasa sakit. Nanti pas mandi baru aku lihat kalau ada luka." Enrique berdiri. Ia menuju ke walk in closet untuk mengambil kaos sedangkan Elora mengumpul sampah bekas membersihkan luka, membuangnya kentemoat sampah yang ada di kamar Enrique lalu meletakan kotak obat itu di atas nakas.
"Aku akan minta dokter Pedro mengirimkan obat untuk kamu minum." kata Elora.
"Aku tak perlu minum obat."
"Tapi luka mu agak dalam. Sebaiknya minum obat agar tak infeksi."
"Aku akan baik-baik saja."
Elora mendengus kesal. "Dasar keras kepala." umpat Elora dalam bahasa Indonesia.
"Kamu bicara apa?" tanya Enrique.
"Besok pagi setelah kamu mandi, perbannya harus diganti." ucap Elora sebelum akhirnya ia keluar dari kamar.
"Kok ada ya manusia seperti itu. Sok jago, pura-pura kuat pada hal aku tahu tadi dia menahan sakit. Bagaimana aku bisa tertarik padanya? Jadi cowok nggak ada romantis-romantisnya." Elora bergumam sendiri saat ia menuruni tangga.
"Eh nona, sudah ditunggu untuk makan siang. Tuan Enrique mana?" tanya Nuna.
"Ada di kamarnya."
Nuna menaiki tangga menuju ke kamar Enrique sedangkan Elora segera menuju ke dapur.
Ia melihat Anna dan Cecil membantu Tizza. Nampaknya mereka sedang membuat roti.
"Elora, bagaimana keadaan anakku?"
"Biasa saja, bi. Hanya luka goresan kecil."
"Tapi kamu sudah mengobatinya kan?" .
"Sudah, bi. Aku sudah perban lukanya. Oh ya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Elora.
"Atur saja alat makannya, Elora. Kamu kan tak tahu masak." kata Anna. Tizza sebenarnya tak suka Anna bicara seperti itu. Namun Elora nampak tak tersinggung. Ia hanya tersenyum sambil menatap Nuna yang baru masuk dapur.
"Nuna, di mana alat makannya? Aku akan mengaturnya di atas meja makan."
Nuna membuka lemari yang ada dibelakangnya. Ia membantu Elora mengatur meja makan.
Semua penghuni rumah langsung menuju ke meja makan. Ternyata ada tamu yang datang. Elora mengenalnya sebagai lelaki yang pernah mengalami kecelakaan karena kudanya.
"Ernesto?" Tizza terkejut melihat Ernesto.
"Hai Tizza. Bolehkan aku ikut gabung makan siang?" tanya Ernesto setelah cipika-cipiki dengan Tizza.
"Tentu saja. Ayo duduk. Nuna, tambahkan satu alat makan lagi." ujar Tizza.
"Tak perlu, sayang. Alea kan nggak ada. Dia pergi ke Madrid." ujar Hernandes lalu mengajak sahabatnya itu duduk di sampingnya.
"Apa kabar suster Elora?" tanya Hernandes.
"Baik, tuan." jawab Elora.
"Jangan panggil tuan. Panggil saja paman Ernesto." ujar Ernesto. Ia nampak senang menatap Elora.
"Ernesto. Jangan menatap calon menantu ku seperti itu." kata Simone membuat Ernesto terkekeh.
"Wajarlah jika ada yang cantik dilihat, tuan Simone. Sebenarnya aku ke sini mau berterima kasih pada Elora karena sudah menolongku waktu terluka. Lalu aku mendengar dari salah satu pekerja ku kalau Elora juga bisa menyembuhkan kuda."
"Apakah Shine masih bermasalah?" tanya Elora.
"Ya. Dia sekarang jadi malas makan."
"Elora ini bukan perawat biasa. Dia sudah menyembuhkan Moon ku." ujar Simone dengan bangga.
Enrique melirik ke arah Elora. Ia melihat gadis itu tersenyum malu. Elora sebenarnya bukan tipe gadis yang suka di puji.
Selesai makan, Ernesto meminta ijin untuk mengajak Elora ke perkebunannya.
"Enrique, tolong temani Elora ke sana ya?" Tizza meminta putranya. Enrique sebenarnya agak malas untuk pergi karena dia ingin tidur namun karena sudah diperintahkan oleh mamanya, Enrique tak bisa menolak.
Semua orang tahu kalau Enrique sangat menyayangi mamanya. Apalagi setelah adiknya meninggal. Makanya Cecil dan Anna berusaha untuk menarik perhatian Enrique dengan semua keahlian yang mereka miliki. Cecil dan Anna adalah gadis lulusan universitas terkenal di luar negeri. Mereka juga dikenal sebagai gadis yang cantik dan cerdas.
Hampir semua perempuan di propinsi ini ingin masuk ke keluarga Gomez. Selain mereka adalah keluarga yang kaya raya, Enrique juga dikenal karena ketampanannya.
***********
Perkebunan Ernesto letaknya cukup jauh. Butuh waktu 20 menit menggunakan mobil untuk sampai ke sana.
Ernesto juga menanam anggur namun ia juga menanam jagung. Perkebunan memang tak seluas perkebunan keluarga Gomez.
Mereka langsung menuju ke kandang kuda. Elora melihat seekor kuda hitam yang sedang terbaring.
"Elora, memangnya kamu banyak tahu tentang kuda?" tanya Enrique berbisik.
"Akan ku coba semampuku." jawab Elora lalu segera mendekati shine.
"Hai girl, wajah happen?" Elora mengusap perut Shine.
Kuda itu hanya menatap Elora sekilas lalu segera menoleh ke arah lain.
"Paman Ernesto, apakah shine sudah dikawinkan?" tanya Elora.
"Iya. Tapi sebulan setelah dia dikawinkan, ia nampak murung."
"Di mana jantan yang dikawinkan dengan Shine?"
"Jantan itu sudah mati. Ia terkena penyakit menular sehingga harus ditembak."
"Oh ..gitu ya?" Elora kini mengerti. Ia kembali memegang perut Shine. "Kayaknya pembuahan itu berhasil, paman. Shine hanya merindukan kuda jantannya."
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Ernesto. Ia terlihat sedih melihat keadaan kudanya.
Elora mengusap terus perut Shine. "Sebaiknya kita cari kuda yang mirip dengan kuda jantan yang membuahinya."
"Elora, memangnya kamu tahu perasan seekor kuda?" tanya Enrique. Lelaki itu tak mau Elora salah mengobati penyakit shine.
"Binatang pun punya perasaan." Elora terus mengusap perut Shine. Saat Elora memberikan air, shine mau meminumnya.
"Berikan dia juga perhatian. Jangan selalu meninggalkan dia di kandang ini." ujar Elora lalu segera berdiri.
"Terima kasih, Elora." ujar Ernesto dengan wajah senang. "Akan ku Carikan jangan yang mirip dengan jantan yang telah membuahinya."
Ernesto mengantarkan Elora dan Enrique sampai ke halaman. Saat keduanya pergi, Ernesto memegang dadanya sendiri. "Kamu memang sangat mirip dengan ibumu. Baik hati dan begitu perhatian bukan hanya pada orang tapi juga pada binatang." lalu lelaki itu segera masuk ke dalam rumahnya.
************
Malam ini Enrique akan pergi ke pesta panen pertama dengan Cecil Perempuan itu menggunakan gaun merah yang membuat kulit putihnya semakin menyala. Ia juga membiarkan rambutnya tergerai begitu saja.
"Kamu cantik sekali, nak." puji Simone. "Pasti banyak pria akan menatap Enrique dengan iri."
Cecil tersenyum senang. Ia menggandeng Enrique dengan sangat bangga. Keduanya pergi dengan mobil Mercedes putih, diantar oleh sopir.
Hernandes segera menuju ke ruang kerja bersama papanya, sedangkan Anna selesai makan siang tadi pamit pulang ke rumahnya.
"Elora, jangan lupa mempelajari buku tentang anggur ya? Setelah masing-masing dari kalian menemani Enrique ke pesta anggur, kalian juga akan mendapatkan kesempatan berlibur selama 1 minggu." kata Tizza saat keduanya tinggal berdua saja di ruang keluarga.
"Berlibur berdua saja?" tanya Elora.
"Ya. Biasanya saat liburan itu, terjadi hubungan yang lebih baik. Dulu bibi saat pulang liburan, langsung di lamar oleh papanya Enrique. Tak butuh waktu sampai satu tahun. Bibi berharap kamu dan Enrique juga begitu. Manfaatkan waktu liburan untuk semakin dekat."
Elora lagi-lagi hanya mengangguk. Ia pun segera pamit menuju ke kamarnya.
Menjelang tengah malam, pintu kamar Elora diketuk. Gadis itu merasa heran siapa yang memanggilnya. Begitu ia membuka pintu, ia terkejut melihat Enrique yang berdiri di sana. Lelaki itu memegang perutnya. Tubuhnya nampak berkeringat.
"Elora, tolong aku. Lukaku berdarah."
Elora membopong tubuh Enrique untuk masuk ke kamarnya. Ia membaringkan Enrique di atas ranjangnya lalu menaikan kemeja Enrique. "Aku kan sudah bilang kalau kamu harus minum obat. Lukamu ini cukup dalam. Kenapa bisa berdarah?"
"Tadi saat di pesta, ada dua teman ku yang berkelahi. Aku melerai mereka tapi justru aku yang kena pukulan."
"Kotak obatnya ada di kamarmu. Tunggulah di sini." Elora berlari keluar kamarnya dan segera menuju ke kamar Enrique. Tak lupa juga ia mengambil handuk kecil dan air hangat di sebuah loyang.
"Sebelum aku membersihkan lukamu, minum obat ini dulu.
"Obat apa?" .
"Obat anti nyeri. Karena aku akan membuat lukamu terbuka."
Ia membuka luka Enrique dan membersihkannya dengan cairan pembersih luka. Enrique nampak meringis namun ia masih bisa menahan sakit nya.
"Sudah. Lukamu sudah aman." kata Elora sambil menutup kembali kemeja Enrique.
"Ayo aku antar ke kamarmu." kata Elora.
"Aku nggak kuat jalan. Lagi pula aku sudah mengantuk. Aku tidur di sini saja." kata Enrique sambil memperbaiki letak tubuhnya di atas ranjang.
"Kok tidur di sini sih? Bagaimana kalau......" Elora terus protes tapi Enrique nampak sudah terlelap.
Kamar ini tak ada sofa panjang. Terpaksa Elora tidur di samping Enrique.
Bagaimana mereka bisa sekamar tanpa ada ikatan ?
siapa yg menginginkan kematian elora??
ksh tahu donk thor 🫢🤭
gws mami....