" Sial! hanya dia yang bisa membuat ku kembali bergairah setelah sekian lama aku tak berselera kepada seorang wanita. " Batin Devan menatap gadis yg ada di hadapan nya.
Siapa kah gadis itu? yuk simak kisah nya🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindasarie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Ketika Radha masih mematung di tempat nya tak lama datang sopir yang di tugaskan oleh Devan untuk mengantarkan Radha.
"permisi non, mari saya antar pulang." ucap sopir tersebut.
Radha seketika terkesiap "ah, tidak perlu pak. Saya bisa pulang sendiri." Radha menolak tawaran sopir itu.
"tidak apa apa non, mari saya antar! Karena saya di tugaskan oleh tuan Devan untuk mengantar anda."
"Baiklah." mau tidak mau Radha menerima ajakan sopir nya Devan.
sepanjang perjalanan, Radha terus memikirkan ucapan Devan. Radha tidak mengerti apa mau pria itu, kenapa tiba tiba Devan ingin menikahi nya padahal mereka tidak saling mengenal hanya sebatas mahasiswa dan dosen saja.
sopir yang bernama pak Mul itu sesekali melirik Radha dari kaca spion. ia melihat gadis itu seperti menyimpan beban.
"apa non baik baik saja?" pak Mul memberanikan diri untuk bertanya.
Radha seketika menoleh ke arah pak Mul. "saya baik baik saja pak, tapi apakah saya boleh bertanya sesuatu?" balas Radha.
"silahkan non." jawab pak Mul.
"kalau boleh tau, istrinya prof. Devan itu kemana ya pak?" Radha bertanya sedikit ragu.
Pak Mul terdiam untuk beberapa saat. Rupanya sedang menimbang nimbang harus berbicara jujur atau pura pura tidak tahu.
"sebenarnya, istri nya tuan Devan pergi entah kemana." jawab pak Mul.
Radha terkejut mendengar perkataan pak Mul. "M-maksud bapak bagaimana saya kurang mengerti." tanya Radha lagi.
"maaf untuk lebih jelas nya saya tidak bisa menjelaskan non, karena ini bukan ranah saya." jawab pak Mul karena merasa tidak berani menceritakan masalah pribadi bos nya.
Radha menghela nafas, dan ia tidak memaksa karena memang benar apa yang di katakan oleh pak Mul.
"baiklah, saya paham." jawab Radha.
Setelah itu hening. Tidak ada lagi pembicaraan antara mereka, sampai Radha telah tiba di rumah nya.
"terimakasih pak." Radha berterima kasih kepada pak Mul sebelum turun dari mobil.
"sama sama non, kalau begitu saya permisi." balas pak Mul.
Radha keluar dari mobil milik Devan, dan bergegas memasuki rumah nya dan naik ke lantai 3 kamar nya.
.
.
.
.
Sementara di kediaman Devan. Pria itu sedang berada di ruang kerja nya. terlihat pria itu sedang menelpon seseorang.
"hallo, bro." terdengar suara seseorang di sebrang sana.
"apa kau sudah melakukan tugasmu?" tanya Devan dengan datar.
"tentu saja sudah. Malam ini hingga besok kau akan mendengar hasil nya." balas Dika. Ternyata Devan sedang menelpon sahabat sekaligus orang kepercayaan nya.
"bagus, kau memang sangat bisa di andalkan." balas Devan.
Setelah sambungan telponnya terputus, Devan tersenyum penuh arti. "kita lihat saja, apa kau masih akan tetap menolak."
.
.
.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul. 19.00 WIB itu artinya sudah waktu nya makan malam. Seperti biasa Radha akan turun ke bawah untuk makan malam bersama sang papa.
Ketika sampai di meja makan, Radha belum melihat papa nya duduk di sana. Radha hanya melihat bi Darmi yang sedang menata makanan di meja.
"papa belum ke sini bi?" tanya Radha.
"tuan belum pulang non." jawab bi Darmi.
Radha mengerutkan kening nya. "tumben papa lembur gak ngabarin aku." gumam Radha.
"kalau gitu aku ke atas dulu ya bi, mau telpon papa." Radha memutus kan untuk kembali ke atas karena berniat untuk menelpon Wijaya.
"iya non." angguk bi Darmi.
Radha sudah sampai di kamar nya, ia segera membuka ponsel dan mencari kontak papa nya dan segera menghubungi Wijaya.
Telpon terhubung tapi belum ada jawaban dari sana membuat Radha khawatir. Karena biasa nya papa nya itu akan menghubungi jika akan lembur seperti sekarang.
Radha kembali menelpon dengan harapan mendapat jawaban. "angkat dong pah." gumam Radha sambil menggigit kuku nya.
Tak lama terdengar suara Wijaya di sebrang sana.
"Hallo nak, ada apa?" tanya Wijaya nada nya terdengar lelah.
"papa ko belum pulang dan gak ngabarin Radha?" tanya gadis itu.
"maaf sayang, ada sedikit masalah di perusahaan. Jadi papa terpaksa harus menyelesaikannya terlebih dahulu." jawab Wijaya. "kamu makan lah duluan jangan menunggu papa." sambung Wijaya.
"memang nya papa masih lama pulang nya?" lirih Radha.
"iya nak, seperti nya papa akan terlambat pulang."
"baiklah, kalau gitu aku makan duluan ya pah. Papa hati hati dan jangan terlalu lelah." balas Radha dengan lesu.
.
.
.
.
Dua hari berlalu, Wijaya sering pulang larut malam karena ada masalah serius di perusahaan nya. Bahkan perusahaan itu terancam bangkrut karena para investor tiba tiba menarik semua saham nya dari perusahaan Wijaya.
saat ini Wijaya berada di ruangan nya, ia sangat frustasi memikirkan semua nya.
"bagaimana ini, jika aku bangkrut maka aku akan kehilangan semua nya." lirih Wijaya sambil memijat kepala nya yang terasa berdenyut
Tak lama seno masuk ke ruangan Wijaya.
Tok.tok.tok
"permisi tuan." sapa Seno saat memasuki ruang bos nya itu.
"bagaimana Seno, apa ada yang mau bekerja sama dengan perusahaan kita?" tanya Wijaya penuh harap.
"ada satu perusahaan yang mau bekerja sama dengan perusahaan kita, bahkan beliau akan menanam kan saham nya sebesar 50% untuk perusahaan kita tuan." jelas Seno.
Bagaikan mendapatkan air di gurun pasir. Wijaya sumringah mendengar berita tersebut.
"benarkah?" tanya Wijaya memastikan.
"benar tuan, tapi... " Seno menggantung ucapan nya.
Wijaya mengernyit kan kening nya. "tapi apa?" tanya Wijaya penasaran.
"pemilik perusahaan tersebut mengajukan sebuah syarat." lanjut Seno.
"syarat apa?" Wijaya semakin penasaran dengan syarat yang di ajukan oleh pemilik perusahaan tersebut.
"sebaiknya tuan bertemu dengan beliau untuk membicarakan masalah tersebut." saran Seno.
"baiklah, sekarang juga aku ingin bertemu dengan nya!" jawab Wijaya mantap.
.
.
.
.
malam hari nya, seperti biasa Radha akan makan malam sendiri. Radha sangat merasa kesepian jika tidak ada papa nya di rumah. Sudah dua hari ini Radha makan malam dengan lesu.
"apa masalah perusahaan papa ada hubungan nya dengan pria itu?" gumam Radha. Ia jadi ingat ancaman Devan.
Huh
Radha menghela nafas kasar. Radha takut apa yang ada di pikiran nya itu benar benar terjadi.
Setelah makan, Radha memilih duduk di ruang tamu sambil menonton tv sekalian Radha berniat menunggu papa nya pulang.
Pukul 23.00 Wijaya baru sampai rumah, dan ja melihat putri semata wayang nya ketiduran di sofa ruang tamu karena menunggu diri nya.
Wijaya menghela nafas berat, kemudian Wijaya membangunkan Radha dengan tepukan lembut.
"Radha, bangun nak." Wijaya menepuk pipi Radha.
"eungghh.." Radha perlahan membuka mata nya, dan pandangan nya langsung menangkap wajah lelah sang papa.
"papa baru pulang, jam berapa ini?" tanya Radha sambil mengucek mata nya.
"kenapa tidur di sini hmm?" tanya Wijaya sambil mengusap kepala Radha.
"Radha nungguin papa." jawab Radha. "sebenarnya ada apa dengan perusahaan papa, kenapa papa pulang larut terus?" sambung Radha.
"besok papa ceritakan, sekarang kamu pindah ke kamar dan lanjutkan tidurmu." ucap Wijaya.