Seorang mahasiswa cupu yang hidupnya terkurung oleh penyakit langka, menghembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Tanpa dia duga, kematian hanyalah awal dari petualangan yang tak terbayangkan. Dia terbangun kembali di sebuah dunia fantasi yang penuh sihir dan makhluk-makhluk aneh, namun dalam wujud seorang anak laki-laki berusia lima tahun bernama Ahlana. Ironisnya, dia terlahir sebagai budak.
Di tengah keputusasaan itu, sebuah Sistem misterius muncul dalam benaknya. Sistem ini bukan hanya memberinya kesempatan untuk bertahan hidup, melainkan juga kekuatan luar biasa: kemampuan untuk meng-copy ras makhluk lain beserta semua kekuatan dan kemampuan unik mereka. Namun, ada satu syarat yang mengubah segalanya: setiap kali Ahlana mengaktifkan kemampuan copy ras, kepribadiannya akan berubah drastis, menyesuaikan dengan sifat alami ras yang dia tiru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Sanaill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Monyet Hutan dan Pengalih Perhatian yang Berbulu
Tawa anak-anak yang berbaur dengan senyum geli Elias adalah musik di telingaku. Aku, Ahlana, yang kembali menjadi bocah dengan jubah kebesaran Elias, merasa puas. Para prajurit itu pasti sudah kapok. Meski harus telanjang lagi, rasanya sepadan.
"Baiklah, Ahlana," kata Elias, setelah tawanya mereda. "Aku akui, itu adalah metode yang... efisien." Senyumnya mengembang. "Tapi kita tidak bisa terus-menerus mengandalkan kejutan. Para prajurit itu mungkin akan kembali dengan bala bantuan yang lebih banyak, atau bahkan penyihir."
Aku mengangguk setuju. Dia benar. Meski aku suka menjahili, keselamatan anak-anak ini adalah prioritas. "Jadi, kita harus lebih cepat, atau bersembunyi lebih baik?"
"Kita harus lebih cerdik," jawab Elias. "Aku tahu jalan pintas melewati area yang lebih terpencil. Tapi jalur itu dikenal sebagai tempat berkeliarannya makhluk-makhluk hutan yang tidak ramah."
"Maksudmu monster?" Finn bertanya, matanya membesar.
Elias mengangguk. "Beberapa di antaranya. Tapi jika kita berhati-hati, kita bisa melewatinya dengan aman."
Kami melanjutkan perjalanan. Semakin dalam kami masuk ke hutan, vegetasi semakin lebat dan suara-suara alam semakin asing. Elias terus mengajarkan kami tentang jenis tanaman yang bisa dimakan, jejak binatang, dan cara bersembunyi dari pandangan. Aku menyerap setiap pelajaran itu. Pengetahuanku tentang bertahan hidup di dunia fantasi terus bertambah.
Hubungan kami semakin erat. Kael dan Lyra menjadi semacam 'letnan' bagiku, membantu mengawasi anak-anak lain. Mereka tidak lagi melihatku hanya sebagai budak yang beruntung, melainkan sebagai pemimpin aneh yang mampu berubah bentuk. Dan anehnya, aku menikmati peran ini. Aku yang dulu hanya peduli pada buku dan kesehatanku sendiri, kini merasa bertanggung jawab atas sekelompok jiwa yang bergantung padaku.
Saat tengah hari, kami berhenti di tepi sungai kecil untuk mengisi persediaan air. Anak-anak yang lebih kecil mulai mengeluh lapar. Elias mengeluarkan sisa buah kering dan daging asapnya, membagikannya dengan adil. Aku mengulum bibir. Ini tidak akan cukup untuk bertahan lama.
[Sistem Reinkarnasi: Pindai Lingkungan. Ras Terdekat: 'Monyet Hutan Penjarah' - Level 7 (Status: Aktif, Berburu. Atribut Khas: Kelincahan Tinggi, Kecepatan Memanjat Hebat, Insting Pencuri, Keterampilan Menggunakan Benda. Kelemahan: Kekuatan Fisik Rendah, Mudah Panik). Jarak: 30 Meter, Arah Tenggara.]
Monyet Hutan Penjarah? Insting pencuri? Ini bisa berguna! Mungkin aku bisa menyelinap ke kamp prajurit yang tadi dan 'meminjam' persediaan makanan mereka. Tentu saja, dengan sentuhan provokasi yang khas Ahlana.
"Elias," bisikku. "Aku ada ide. Aku bisa mencari makanan. Tapi aku harus pergi sendiri."
Elias menatapku ragu. "Ide apa lagi, Ahlana? Kau tidak akan mencoba mencuri dari beruang yang tidur lagi, kan?"
Aku menyeringai. "Lebih baik dari itu. Aku akan mencari sumber makanan terdekat, dan mungkin, sedikit 'pinjaman' dari tempat yang tidak disangka-sangka."
Elias mengernyitkan alis. "Kau tidak akan berbuat sesuatu yang terlalu berbahaya, kan?"
"Tergantung definisi bahaya bagimu," kataku, mengedipkan sebelah mata. "Tapi aku jamin, hasilnya akan memuaskan."
Setelah berjanji untuk kembali secepatnya, aku melesat ke arah tenggara, tempat Sistem mendeteksi 'Monyet Hutan Penjarah'. Aku tiba di sebuah area yang penuh dengan pohon-pohon tinggi dan lumut. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan mereka. Sekelompok monyet berbulu coklat keabu-abuan, ukurannya sedikit lebih besar dari monyet di Bumi, sedang berayun dari dahan ke dahan, sibuk mencari serangga dan buah-buahan. Mereka tampak lincah dan gesit.
[Ras Terdeteksi: 'Monyet Hutan Penjarah' - Level 7. Apakah Anda ingin meng-copy ras ini? (Ya/Tidak)]
"Ya!" bisikku.
Tubuhku kembali bergejolak. Kali ini, sensasinya lebih familiar. Otot-ototku menegang dan menjadi lebih lentur, terutama di bagian lengan dan kaki. Rambut halus tumbuh di sekujur tubuhku, warnanya coklat keabu-abuan. Wajahku sedikit memanjang, dan telingaku menjadi lebih bundar. Aku merasakan kehadiran ekor yang lentur di belakangku, mampu mencengkeram dahan.
Dan tentu saja, pakaianku yang tadi berupa jubah Elias langsung robek, meninggalkan aku telanjang lagi, dengan bulu-bulu tipis di sekujur tubuh. Oh, betapa aku membenci dan menyukai momen-momen ini.
[Efek Ras 'Monyet Hutan Penjarah' Aktif Penuh. Durasi Tersisa: 29 Menit.]
[Kecenderungan Kepribadian: Lincah, Ceria, Penasaran, Suka Mencuri, Suka Meniru.]
Suka meniru? Ini bisa jadi sangat berguna, atau sangat merepotkan. Dorongan untuk melompat dari pohon ke pohon sangat kuat. Aku meniru gerakan monyet lain, berayun dari satu dahan ke dahan lain dengan mudah, merasakan kegembiraan meluap dalam diriku. Ini jauh lebih menyenangkan daripada berjalan kaki.
Aku kemudian mengikuti jejak samar. Beberapa menit kemudian, aku menemukan apa yang kucari: kamp sementara para prajurit. Ada empat prajurit yang berjaga, sibuk memanggang sesuatu di atas api unggun. Bau daging panggang langsung membuat perutku melilit.
Dengan naluri Monyet Hutan Penjarah, aku tidak langsung menyerang. Aku menyelinap di antara pepohonan, bergerak tanpa suara. Aku melihat sebuah kantung berisi persediaan makanan tergantung di salah satu pohon.
"Waktunya beraksi," desisku, suaraku kini adalah suara Ahlana yang cempreng bercampur dengan sedikit 'pekikan' ala monyet.
Aku melompat, berayun dari dahan ke dahan, bergerak di atas kepala mereka. Para prajurit itu tidak menyadariku. Mereka terlalu sibuk dengan makanan mereka.
Aku menjatuhkan sebuah buah busuk dari atas, tepat mengenai kepala salah satu prajurit. PLOP!
"Hei! Apa itu?!" teriak prajurit itu, melihat sekeliling.
Aku tertawa kecil, suara 'kikik' khas monyet. Kemudian, dengan kecepatan luar biasa, aku menukik dan merebut salah satu daging panggang dari tusukan prajurit lain.
"Hei! Monyet pencuri!" teriaknya.
Aku berayun lagi ke atas pohon, menjauh, sambil menggigit daging panggang itu. Rasanya luar biasa! Ini adalah daging paling enak yang pernah kumakan seumur hidup.
Para prajurit segera mengacungkan pedang dan tombak mereka, siap bertarung. Aku tidak mau berkelahi. Aku hanya ingin memprovokasi dan mencuri.
Aku mulai melompat-lompat di dahan, mengoceh seperti monyet, menirukan gerakan mereka, lalu tiba-tiba melompat ke arah kamp, merebut kantung makanan lain, dan langsung berayun pergi.
"Tangkap dia!"
"Itu Monyet Hutan Penjarah!"
Aku tertawa nyaring, menikmati kepanikan mereka. Ini adalah tontonan yang jauh lebih menghibur daripada pertarungan Harpy tadi. Aku tidak melukai mereka, hanya membuat mereka jengkel, dan mendapatkan makanan. Ini adalah win-win solution!
Setelah berhasil mencuri beberapa kantung makanan dan membuat para prajurit kelimpungan, aku memutuskan sudah cukup.
[Efek Ras 'Monyet Hutan Penjarah' Berkurang. Durasi Tersisa: 3 Menit.]
Waktunya untuk menghilang. Aku berayun menjauh dari kamp, membawa makanan hasil curianku. Aku bisa mendengar sumpah serapah prajurit di belakangku. Monyet Hutan Penjarah adalah pengalih perhatian yang sempurna.
Aku kembali ke tempat Elias dan anak-anak menunggu. Ketika aku mendarat di tanah, tubuhku bergetar.
[Efek Ras 'Monyet Hutan Penjarah' Berakhir. Cooldown: 2 Jam]
[Atribut Fisik Kembali ke Normal. Kecenderungan Kepribadian Kembali ke Normal.]
Dalam sekejap, bulu-buluku menghilang, ekorku menyusut, dan tubuhku kembali menjadi Ahlana si bocah. Dan tentu saja, telanjang bulat untuk ketiga kalinya hari ini. Di tanganku, aku masih memegang dua kantung makanan dan sisa daging panggang.
"Sialan!" umpatku, lagi-lagi refleks menutupi diriku.
Elias dan anak-anak menatapku, mata mereka membelalak. Beberapa anak menahan tawa, sementara Elias hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Ahlana," kata Elias, suaranya dipenuhi campuran geli dan kekaguman. "Kau memang tidak pernah gagal membuat kejutan. Tapi aku tidak tahu kau bisa berubah menjadi... Monyet Hutan. Dan mendapatkan makanan dengan cara itu."
Aku hanya menyeringai, merasa bangga. "Aku bilang juga apa, kan? Efisien! Dan menyenangkan! Sekarang, siapa yang mau daging panggang?"
Anak-anak langsung bersorak dan berebut daging yang kubawa. Elias melemparkan jubahnya lagi padaku. Aku memakainya, merasa lebih nyaman. Petualangan Ahlana terus berlanjut, dan setiap hari, identitasku semakin kabur di antara banyaknya ras yang ku-copy. Tapi satu hal yang pasti, aku akan selalu menjadi Ahlana si provokator yang siap membuat kekacauan, demi kelangsungan hidup dan sedikit hiburan.
To be continue....