Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 SHAIMING
BRAK !
Pintu terbuka lebar, seorang pria masuk ke dalam ruangan luas di sebuah rumah.
Shaiming menoleh sekilas ke arah tamu yang datang ke rumahnya lalu kembali sibuk mengamati jam saku di tangannya.
"Kapan kamu akan berterus terang pada Li Mei bahwa kamu adalah tunangannya ?", tanya pria itu kemudian duduk bersandar.
"Kau datang kemari hanya ingin mengatakan hal itu pada ku !?", sahut Shaiming.
"Yah, tentu saja... Lalu apa maksud kita menyusul Li Mei ke masa depan !?", kata pria itu sembari memejamkan kedua matanya.
"Aku hanya merasa khawatir dengannya karena tuduhan Zheng-mi goo padanya yang aku rasa hanya berdasarkan dengan hal yang raja lihat", sahut Shaiming.
"Tentu saja, raja akan langsung menjatuhkan tuduhan kepada Li Mei sebab hanya Li Mei lah satu-satunya orang yang ada di Istana Merah sewaktu kebakaran terjadi", kata pria itu.
"Bukan berarti dia pelakunya, Leyu !", sahut Shaiming.
"Aku tahu itu tapi banyak faktor yang memungkinkan bahwa Li Mei dalang di balik kebakaran itu", lanjut Leyu.
"Faktor, ya !?", gumam Shaiming yang masih memperhatikan jam saku emas yang ada di tangannya. "Faktor tidak sepenuhnya benar, Leyu...", sambungnya.
"Faktor yang mengarahkan sepenuhnya kepada Li Mei bahwa dia memiliki kesenjangan perhatian dari raja karena Selir Haoran merupakan kesayangan raja", kata Leyu.
"Kau percaya hal itu !?", sahut Shaiming.
Leyu terdiam menatap ke arah Shaiming dengan pandangan dingin sedangkan Shaiming hanya memandangnya tajam.
"Percaya atau tidak, kita sendiri belum menemukan bukti kuat bahwa Li Mei adalah pelaku kebakaran Istana Merah", sahut Leyu.
"Artinya kamu menyetujui tuduhan raja pada Li Mei, bukan hanya itu saja, tuduhan raja harus menyebabkan Li Mei terpuruk lebih dalam lagi hingga dia amnesia", kata Shaiming.
"Amnesia yang di derita oleh Li Mei bukankah karena kecelakaan yang terjadi padanya, bukan karena dia terpuruk", sahut Leyu.
"Kau tahu keadaannya sekarang, sangat memprihatinkan... Bahkan kau akan melihat kesedihan di matanya sangat jelas terlihat...", kata Shaiming.
"Yah..., aku paham itu, Shaiming...", sahut Leyu termenung.
Leyu mendesah pelan lalu mendongakkan kepalanya ke atas sembari memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Lama tidak meminum tuak, agak membuat tubuh ku terasa kaku sekarang", keluh Leyu.
"Tidak baik juga kau terlalu banyak meminum tuak, Leyu, akan membuatmu semakin tidak bergairah", kata Shaiming.
"Bergairah !? Bagaimana aku dapat bergairah sedangkan Genji sama sekali tidak bereaksi pada diri ku", sahut Leyu.
"Kau seharusnya bersemangat mendekatinya sejak kita datang ke masa depan, kalian terlihat sangat jauh dibandingkan saat kalian di waktu lalu", kata Shaiming.
"Opera itu sangat menyita perhatian Genji bahkan dia seolah-olah hidupnya kini adalah bagian dari sebuah opera", keluh Leyu.
"Bukankah hal itu lebih baik daripada kalian sibuk bertengkar", kata Shaiming.
"Yah, memang... Hanya saja aku merasa di duakan oleh opera dan Genji !?", sambung Leyu.
"Kau bisa saja berkelakar", sahut Shaiming.
Shaiming tersenyum simpul lalu memperhatikan kembali jam saku dari emas yang dia pegang.
Terlihat Leyu memperhatikan Shaiming yang sejak tadi, terus-menerus mengamati jam saku itu.
"Kenapa sedari tadi aku lihat kamu sibuk memperhatikan jam saku di tangan mu !?", kata Leyu.
"Hmm..., aku pikir waktu itu bagaikan jam pasir..., Leyu...", jawab Shaiming.
"Yah, memang benar", timpal Leyu.
"Bergerak pelan tetapi terbatas waktunya, tidak memberikan kesempatan lain jika massa pasir telah habis, lambat tapi sangat cepat", kata Shaiming.
"Unik, menurutku", sahut Leyu.
"Dan apakah masih ada kesempatan untuk kami bersatu ?", kata Shaiming.
Leyu menatap diam ke arah Shaiming, entah apa yang sedang dipikirkan oleh temannya itu tetapi dia tahu kalau Shaiming sangat merindukan Li Mei.
Sejak menghilangnya Li Mei setelah peristiwa kebakaran hebat terjadi di Istana Merah, Shaiming terus mengejar Li Mei melalui lintasan waktu yang juga digunakan oleh Li Mei secara bersamaan pada kejadian itu.
"Apa rencana mu selanjutnya setelah memeriksakan kondisi Li Mei ?", kata Leyu.
"Aku tidak tahu...", sahut Shaiming.
"Sebaiknya kau segera memberitahukan padanya tentang jati diri kalian sebelum semua terlambat", kata Leyu.
"Mengapa kau beranggapan demikian !?", ucap Shaiming.
"Karena kita tahu sewaktu Li Mei tersadar dari amnesia yang dideritanya maka dia akan mengingat sepenuhnya tentang kisah kalian, dan akan mengecewakan dirinya jika kau terus menutupi hubungan kalian yang sebenarnya", kata Leyu.
"Hmm... !?", hela nafas Shaiming.
"Sebaiknya kau segera mengakui semuanya pada Li Mei", kata Leyu.
Shaiming menghela nafas panjang lalu terdiam sedangkan pandangannya masih tetap sama tertuju pada jam saku terbuat dari emas yang dia pegang.
"Seiring waktu aku akan mengatakannya tetapi sekarang aku akan terus melatih Li Mei di opera", sahut Shaiming.
"Tujuan kita adalah menyamar disini, karena itu kita membentuk opera sebagai alat penyamaran kita sampai Li Mei diketemukan", kata Leyu.
Leyu menatap lurus ke arah jendela ruangan yang terbuka lebar di depannya.
"Dan sekarang Li Mei telah kita temukan", sambung Leyu.
"Benar sekali...", sahut Shaiming.
"Apa masih opera kita teruskan !? Bukankah sebaiknya kamu lebih mefokuskan diri untuk penyembuhan Li Mei !?", kata Leyu.
"Yah, seharusnya demikian... Namun, aku akan tetap melanjutkan opera kita sampai Li Mei sadar dari amnesia nya...", sambung Shaiming.
"Apa memang itu rencana mu sebelumnya ?", kata Leyu.
"Ya, aku ingin tinggal di sini bersama Li Mei dan meninggalkan dunia masa lalu kami sebagai orang biasa atau pemain opera", ucap Shaiming.
"Dan kau akan tinggalkan jabatan mu sebagai panglima serta calon pewaris kerajaan Tepi Langit !", kata Leyu.
"Mungkin...", sahut Shaiming sembari tersenyum tipis.
"Ya, ampun...", desah Leyu hampir tak percaya dengan yang dia dengar.
"Bukankah sama saja menjadi panglima dalam dunia opera, akan lebih menantang serta menarik perhatian banyak orang", kata Shaiming.
Leyu tersenyum kecut saat mendengar ucapan Shaiming padanya sembari mendesah pelan, dia memejamkan kedua matanya.
"Kau harus sabar karena menahan untuk tidak meminum tuak, Leyu", kata Shaiming.
"Itu bukanlah masalah bagi ku karena aku bisa mengatasinya dengan hal lainnya", sahut Leyu.
"Dengan apa kau akan mengganti kebiasaan itu, Leyu !?", kata Shaiming.
"Entahlah... Aku sendiri tidak tahu harus mengganti kebiasaan ku meminum tuak dengan minuman apa sekarang ini !?", ucap Leyu.
"Bagaimana kalau kau menyibukkan diri membuat kostum opera ?", kata Shaiming.
"Kostum opera !???", sahut Leyu agak sedikit terkejut.
"Yah, hitung-hitung, kita bisa berjualan kostum opera untuk yang lainnya, dari omzet penjualan kita bisa memperbesar opera kita", kata Shaiming.
"Kemahiran ku hanyalah bermain pedang ! Bagaimana bisa aku mengubah keahlian ku dengan membuat kostum opera ???", sahut Leyu.
"Sama dengan memainkan peran opera, ganti peran serta mengubah kebiasaan lama sebelumnya dengan hal baru", kata Shaiming.
"Wow !?", pekik Leyu kaget.
Shaiming tertawa kecil kemudian memasukkan jam saku emas miliknya ke dalam kantung bajunya.
"Jam saku ku telah berdetak sebanyak lima kali dan artinya akan ada perubahan suasana baru", kata Shaiming.
"Suasana baru apa itu ?", tanya Leyu.
"Jam saku ku menunjukkan ada pergerakan baru di portal waktu sepertinya kita akan kedatangan tamu agung dari Raja Zheng-mi goo", sahut Shaiming.
"Emmm !? Apa Niu telah sampai di masa depan ini ?", kata Leyu sambil membuka kedua matanya yang terpejam tadi.
"Sepertinya utusan penting dari Zheng-mi goo sengaja dikirim kemari untuk menangkap Li Mei", sahut Shaiming.
"Dan kita harus lebih berhati-hati mulai dari sekarang", kata Leyu.
"Yah, benar...", sahut Shaiming lalu menghela nafas panjang. "Kita perlu ekstra hati-hati dalam melakukan pertunjukkan opera mulai dari sekarang karena kita tidak tahu pergerakan Niu disini", sambungnya.
Suasana menjadi sunyi senyap, tidak ada lagi suara yang keluar dari keduanya dan keadaan kembali tenang.