Mendadak Dimanja Presdir

Setelah mengunci pintu mobil, Bram mengajak anak buahnya untuk minum kopi di kantin karena ia tahu, tuan mudanya akan bermain permainan hukum menghukum selama satu jam atau mungkin lebih.

Sementara itu di dalam mobil mewahnya, Zevan masih terus mencumbu mangsanya. Sial! Dibalik tubuh kurusnya, ternyata ia memiliki dada yang sangat indah. Batin Zevan sambil melemparkan dengan asal kain penyangga gundukan kenyal yang sekarang ini sudah menjadi mainan favoritnya Zevan.

Airmata menjadi tak terbendung lagi di saat pria tampan yang sangat ia benci dan belum ia kenal dengan baik menarik pahanya sampai ia jatuh rebah di atas jok mobil lalu pria berbola mata biru yang tampak menggelap saat ini menyusurkan bibir dari belahan benda kembar, lalu ke tulang rusuk, kemudian bermain asyik di perut Gita, dan berakhir di atas kain terakhir yang membalut tubuh rampingnya Gita.

Gita mencoba berteriak, "Tuan lepaskan saya!" Tapi yang terdengar adalah suara rintihan yang serak dan justru membuat Zevan semakin menggila.

Zevan langsung menaikkan dan menyusupkan wajahnya di gundukan kenyal lalu memainkan bibirnya dengan asyik di sana sambil memainkan tangannya di atas kain putih polos yang masih melindungi pelabuhannya Gita.

Gita bergelinjang kaget dan isak tangisnya terdengar semakin keras. Gita ingin menyemburkan protes, namun yang keluar dari dalam mulutnya justru suara erangan pasrah, "Ahhhhh! Tuan! Hentikan! Ahhhhhh, ohhhhh, Tuan, ahhhhhh!!!!!!"

Suara lenguhan, rintihan, dan erangan Gita membuat Zevan semakin menggila. Zevan menarik lepas kain terakhir yang melindungi tubuh Gita dan sambil memainkan jari jemarinya di lembah kenikmatan, Zevan menarik wajahnya untuk memandangi tubuh Gita yang sudah polos.

"Indah sekali dan sempurna!" Gumam Zevan.

Lalu, dengan cepat Zevan menarik turun ritsleting celana kainnya dan menurunkan kain yang masih menghalangi juniornya mencari pelabuhan.

Gita tersentak kaget saat ia merasakan ada benda asing memasuki intinya.

Gadis cantik yang masih tersegel sempurna itu sontak membeliak kaget saat juniornya Zevan melesak masuk ke dalam lembah kenikmatan.

"Ahhhhhh! Sakit, Tuan!!!!! Huhuhuhuhu, sakit! Ahhhhhh, Tuan lepaskan saya, huhuhuhuhu, sakit!" Gita menjerit, meronta, berusaha mendorong dada Zevan di tenaga terakhirnya sambil menangis sesenggukkan.

Sial! Kenapa sempit sekali ini? Tapi, aku tidak bisa berhenti! Aku tak sanggup berhenti! Batin Zevan sambil terus mencoba mengujamkan lebih dalam juniornya ke dalam lembah kenikmatan yang belum pernah dijamah oleh siapapun.

Peluh Zevan menetes dari pelipis ke pipi Gita saat pria tampan itu terus bergerak memasukkan juniornya lebih dalam lagi ke hutan terlarang yang masih tersegel sangat rapat.

Saat akhirnya Zevan berhasil memasuki hutan terlarang dengan sempurna, Gita refleks mengangkat pinggulnya Sabil berteriak kaget, "Aahhhhhh!!!! Sakit, Tuan!"

Zevan langung membungkam bibir Gita dengan bibirnya sambil mulai bergerak liar di atas tubuh Gita. Peluh Zevan terus menetes di atas pipi Gita.

Gita hanya bisa pasrah dan memejamkan mata sambil terisak menangis. Dia sudah kalah. Segel kesucian yang ia jaga selama bertahun-tahun sudah dikoyak habis oleh pria yang tidak ia kenal dan tidak ia cintai.

Mendengar isak tangisnya Gita yang semakin lama semakin keras, Zevan memperlambat tempo gerakannya sambil berbisik di telinga Gita, "Aku akan melakukannya dengan pelan. Maafkan aku kalau aku kasar tadi. Ini juga pengalaman pertamaku. Maafkan aku kalau aku tidak begitu lihai melakukannya"

Gita sontak menghentikan isak tangisnya saat ia mendengar Zevan meminta maaf dan Zevan mengakui kalau Zevan tidak pernah melakukan ini sebelumnya.

Mendengar Gita menghentikan isak tangisnya, Zevan menambah tempo gerakannya sambil terus memandangi wajah cantik kucing liarnya. Zevan semakin menambah tempo gerakannya saat ia melihat wajah Gita berkeringat dan tampak berkilau cantik di depan Zevan dan Gita tampak mengigit bibir bawah.

Sial! Kenapa dia sangat cantik dan seksi banget saat ini. Batin Zevan sambil semakin mempercepat gerakannya.

Zevan kemudian mengerang, "Aahhhhhh!!!!! Ahhhhh!!!!! Ooohhhhhhh! Ini sangat nikmat, ah, ah, ah, ah!!!!!!"

Gita pun tanpa sadar mengerang di antara rasa sakit dan nikmat, "Ah!!!!!! Tuan, Ah!!!!!!"

Beberapa menit kemudian terdengar pekik kepuasannya Gita dan Zevan.

Gita membeliak kaget sementara Zevan menengadahkan kepala dengan memejamkan mata.

Saat Zevan menunduk, ia melihat Gita terkulai lemas dan memejamkan mata, Pria tampan itu melepaskan kedua tangan Gita yang sejak awal permainan panasnya dimulai ia tahan di atas kepalanya Gita.

Sial! Dia cantik sekali dan aku menginginkannya lagi. Batin Zevan.

Maka, Zevan kembali bergerak dengan pelan sambil memberikan tanda kepemilikan di leher, dada, dan pria tampan itu kembali memekikkan kepuasan.

Gita semakin terkulai lemas.

Zevan mencium kening Gita yang penuh dengan keringat lalu ia mencabut juniornya dari lembah kenikmatan.

Zevan kemudian mengambil paper bag yang teronggok di jok panjang yang ada di depannya lalu ia memakaikan dress baru yang berharga fantastis ke tubuh Gita dengan penuh kelembutan. Lalu, ia menelepon Bram, "Cepat kembali masuk ke dalam mobil"

Setelah menelepon Bram, Zevan tersentak kaget. Dia melihat ada bercak darah di jok mobilnya yang terbuat dari beludru berwarna putih. Zevan langsung merasa bersalah dan karena rasa bersalah itu, Zevan merengkuh pelan tubuh Gita lalu ia peluk tubuh gadis liar yang cantik itu, ia kecup keningnya, dan berbisik lirih di sana, "Terima kasih"

Bram langsung mengajak anak buahnya kembali ke parkiran ruang rektor.

Bram masuk ke jok kemudian dan dia melihat dari kaca spion, tuan mudanya memeluk Gita Gayatri Kusuma dengan penuh kasih sayang dan Bram melihat wajah tuan mudanya tampak bahagia.

Bram kemudian memasang sabuk pengaman, menghidupkan mobil, dan bertanya, "Kita ke mana Tuan Muda?"

"Ke mansion-ku saja. Aku tidak ingin membawa Gita pulang ke rumah. Aku tidak ingin membawa pendatang baru di hidupku ini pulang di rumah yang sama dengan Diva. Tidak! Aku tidak ingin menganggu tidurnya Diva dengan kehadiran pendatang baru ini" Zevan berkata sambil membelai lembut rambut panjang bergelombangnya Gita.

"Baik, Tuan Muda" Sahut Bram sembari menekan gas pelan-pelan.

"Setelah aku turun nanti, bawa mobil ini ke bengkel jok mobil dan ganti joknya dengan jok yang baru. Ganti dengan warna merah darah" Ucap Zevan sambil sesekali menjumput rambut panjang bergelombangnya Gita dan menciuminya.

Aku suka rambutnya. Lembut dan wangi. Batin Zevan.

"Baik, Tuan Muda.

Sesampainya di mansion-nya yang berada di daerah pegunungan dan cukup jauh letaknya dari pusat kota, Zevan keluar dari dalam mobil dan melangkah masuk ke dalam mansion-nya sambil membopong Gita Gayatri Kusuma yang masih tertidur lelap setelah dihajar dua ronde oleh Zevan Abraham.

Setelah membaringkan Gita Gayatri Kusuma di atas ranjang mewah, Dengan duduk di tepi ranjang dan terus menatap kecantikan alami gadis pendatang baru di hidup dan hatinya.

Kenapa jantungku berdegup kencang hanya karena menatap wajahnya saja? Sudah lama sekali aku tidak merasakan jantungku berdegup sekencang ini. Batin Zevan sambil mengusap lembut pipi Gita.

Bram masuk ke dalam kamar karena pintunya terbuka lebar dan berkata dengan lirih, "Surat nikah Anda dengan Non Gita Gayatri Kusuma sudah jadi, Tuan"

"Letakkan di atas nakas!" Sahut Zevan tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik alami milik gadis berlesung pipit yang bernama Gita Gayatri Kusuma.

Lalu Bram berkata, "Ayah Non Gita Gayatri Kusuma mencari Anda di kantor beberapa jam yang lalu dan saya menyuruh anak buah saya membawa beliau ke sini. Beliau akan tiba beberapa menit lagi"

"Hmm" Zevan merapikan selimut lalu mengusap lembut alis Gita sambil bangkit berdiri.

Zevan kemudian mengajak Bram keluar dari dalam kamarnya untuk menunggu kedatangannya Dipo Kusuma di ruang tamu. Zevan akan menggunakan plan B-nya untuk mengikat Gita Gayatri Kusuma agar gadis pendatang baru di hidupnya itu tidak melarikan diri darinya lagi.