Seorang agen rahasia wanita yang memiliki kemampuan luar biasa harus mati di tangan musuhnya dengan cara licik. Karena sabotase mobil yang dilakukan oleh orang terdekatnya.
Jiwanya berpindah ke tubuh seorang gadis bertubuh ringkih yang sedang meregang nyawa akibat perbuatan saudaranya.
"Ckkk... Bukankah mobilku masuk jurang? Harusnya aku sudah mati. Lantas kenapa malah berada di tubuh gadis remaja lemah dan bodoh?"
"Aku tidak akan membiarkan ketidak adilan terjadi di depan mataku. Haruskah aku membalaskan dendamku dan pemilik tubuh ini?" Ucap Agen wanita itu di depan cermin toilet Rumah Sakit sambil menatap badan kurus dan tak terurus pemilik tubuh yang dia masuki.
Bagaimana kelanjutan cerita wanita yang terbiasa mengurus dan mengatasi masalah berat menjadi seorang gadis remaja yang selalu hidup dalam kesengsaraan.
Update setiap hari hanya di Noveltoon.
JANGAN MENABUNG BAB, SUPAYA CERITA INI BISA BERUMUR PANJANG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjenguk Mama Widya
Hah...
Hah...
Hah...
Nafas Calvin memburu, kala dirinya dikejar oleh beberapa agen yang dipimpin langsung oleh Sean musuh saingan cinta.
"Sialan Vania, ternyata kemarin dia melakukan siaran live saat bersamaku. Sekarang jadi terbongkar tempat persembunyianku." Ucap Calvin sambil terus berlari.
Saat ini Calvin masih terus berlari memasuki tengah hutan belantara.
Setelah sebelumnya terjadi kejar-kejaran mobil antara dirinya dan Sean. Calvin yang selama ini selalu pandai bersembunyi, tentu saja mudah lolos dari pantauan Sean yang jarang turun langsung ke lapangan. Sean selama ini hanya memerintah dari kantor, karena sebelumnya ada Alana yang menjadi andalan dalam setiap misi-misi yang berbahaya.
Calvin berhasil bersembunyi di goa yang ada di tepi tebing. Badan penuh luka akibat tergores ranting pohon dan juga terdapat luka tembak di bahu kirinya.
"Sialan Sean, awas saja aku pasti akan membalasmu." Gumam Calvin.
Calvin mengambil sendiri peluru yang menembus kulitnya dengan pisau yang selalu ada di dalam kantongnya.
Sementara itu di tempat penyekapan Vania, wanita itu terlihat lemah tak berdaya. Setelah semalam harus merasakan perih, pedas dan berdenyut. Terjadi peradangan yang terlihat parah.
"Lebih baik kamu buang saja wanita ini ke hutan. Biar dia dimakan binatang buas." Ucap Lucas menatap jijik tubuh Vania.
"Ya, sebaiknya memang Vania dibuang."
Malam kedua Vania disekap, Lucas dan anak buahnya membawa Vania ke tengah hutan terlarang. Hutan belantara yang dipenuhi binatang buas.
"Semoga kamu masih bisa hidup Vania, mau bagaimana pun dirimu pernah menjadi sahabatku." Ucap Alexa pada Vania yang sudah disuntik obat bius dan racun pelumpuh syaraf. Alexa tidak tega membunuhnya.
Tanpa Alexa sadari ketidak tegaan itu akan menjadi bumerang baginya suatu hari nanti. Terkadang menjadi baik itu tidak selamanya baik.
Setelah merasa selesai mengurusi Vania dan para perusak lainnya. Kemudia Alexa langsung pulang ke rumah, dan beristirahat karena besok pagi harus kembali menemani calon suami di Rumah Sakit menjaga mertuanya.
Sang fajar kembali datang menggantikan malam yang kelam tanpa bintang. Pagi ini, Alexa sudah berkutat di dapur. Dia sengaja bangun sebelum subuh karena ingin membuatkan sarapan untuk calon suami dan mertuanya. Hanya masakan sederhana rumahan, tapi pasti akan menggugah selera.
Setelah semua masakan matang, Alexa mengambil rantang dan mulai menyusunnya.
Tiba-tiba Papa Darius terlihat menuju dapur, dan melihat Alexa yang sedang sibuk menata makanan.
"Kok sudah bangun jam segini Lexa, kamu yang masak?" Tanya Papa Darius dengan wajah lelah.
"Iya, karena hari ini aku mau menjenguk Mama Yasmin." Jawabnya.
"Papa kelihatan lelah, memang banyak sekali pekerjaan atau ada masalah?"
"Ada sedikit masalah di kantor, sepertinya ada yang bertindak curang dengan menggelapkan dana perusahaan. Bahkan ada sabotase proyek, yang membuat Papa harus mengalami kerugian besar." Ucap Papa Darius memijat keningnya.
"Kalau begitu, setelah Mama Yasmin keluar dari rumah sakit. Ijinkan aku masuk ke perusahaan, tentang butik itu aku mau jual."
"Aku tidak tertarik dengan dunia design seperti itu, lebih baik aku masuk ke perusahaan Papa dan bekerja di balik layar sebagai pengendali keamaan data perusahaan. Aku ingin Papa menunjukku sebagai tim IT saja." Pinta Alexa.
"Iya, akan Papa urus siang ini. Dan tentang butik, memang sebaiknya dijual" Ucap Papa Darius.
"Apa Papa belum move on dari Mama Andini?" Tanya Alexa.
"Bukan belum move on, tapi melupakan semua yang pernah terjadi serta kebodohan yang Papa lakukan itu sulit. Rasa penyesalan yang datang terlambat membuat dada sesak. Meskipun sejak menikah tidak mendapatkan perlakuan seperti suami pada umumnya, tapi hidup sendirian lebih menyedihkan."
"Kalau begitu buka hati Papa, siapa tahu jika sebenarnya ada jodoh yang sudah disiapkan Tuhan. Tapi karena selama ini Papa hanya fokus mengejar Mama, maka jodoh itu menjauh." Ucap Alexa.
"Yang benar saja Lexa, Papa tidak ingin menikah lagi. Lagian sebentar lagi Papa akan menimang cucu darimu." Sahut Papa Darius.
"Tapi apa salahnya, tidak masalah jika wanita yang akan Papa jadikan istri itu perempuan baik yang sayang dan cinta dengan keluarga. Yang setia dan tulus mencintai Papa, bukan hanya karena harta. Tapi karena keseriusannya menjalin hubungan dengan Papa." Ucap Alexa.
"Terima kasih, akan Papa pertimbangkan. Lalu bagaimana dengan pernikahanmu sendiri?"
"Astaga, untung Papa tanya. Aku benar-benar lupa menyampaikan pesan dari Mas Axton." Ucap Alexa.
"Memangnya Axton berpesan apa, sepertinya hal yang serius?" Tanya Papa.
"Tentang pernikahanku, karena Mama Yasmin masih dalam proses penyembuhan yang mungkin butuh waktu lama. Tapi, aku juga diminta sering datang biar tidak terjadi fitnah. Maka..."
"Maka apa, kenapa bicara sepotong-sepotong bikin Papa penasaran saja."
"Dia ingin menikahiku di KUA dulu, yang penting sah resmi di mata hukum dan agama. Mengenai resepsi bisa kita undur sampai kondisi Mama Yasmin pulih. Itu pun jika Papa merestui. Biar bagaimana pun tubuh ini milik putri kandung Papa Darius."
"Kenapa masih bicara seperti itu, kamu adalah putriku. Tidak peduli dengan jiwa yang lain. Tetap saja, kamu dan tubuhmu adalah satu. Lalu kenapa kesannya Axton terburu-buru seperti itu. Apa kalian sudah melakukan hal terlarang?"
"Tidak, aku masih bisa menjaga diri. Papa tenang saja, alasannya karena Mas Axton takut kehilanganku."
"Kalau begitu suruh dia temui Papa di rumah nanti malam. Ngomong-ngomong ke mana Alex, katakan padanya suruh ke kantor. Alex dan kamu harus belajar mengurus perusahaan." Ucap Papa Darius.
"Baik, nanti aku sampaikan pada Alex. Papa kalau mau sarapan silahkan, aku masak banyak kok. Tapi, aku mau mandi dulu."
Sementara itu, di kamar rawat Mama Yasmin terlihat pria tampan sedang murung menatap layar ponsel.
"Masih tidak bisa dihubungi? Mungkin Alexa masih tidur atau ponselnya mati. Sepertinya kamu sangat mencintainya Axton, sehingga tidak bertemu sehari saja kamu sudah dilanda rindu." Ucap Mama Yasmin terlihat mengejek sang putra yang berwajah kusut.
"Benar, aku sangat mencintainya. Untuk itulah aku takut dia marah karena kemarin aku menawarkan pernikahan dipercepat. Alexa tidak mau menikah sebelum Mama sembuh, tapi justru aku yang tidak mau ditunda."
"Maaf, jika keadaan Mama yang seperti ini membuat kamu merasa dirugikan. Tapi tidak seharusnya kamu meminta pernikahan dipercepat tanpa persetujuannya."
"Mama tidak salah, aku saja yang keterlaluan dan tidak sabaran. Aku takut dia berubah pikiran Ma, umur kita selisih 10 tahun. Dia masih cantik dan muda, sedangkan aku sudah tua."
Di balik pintu, Alexa mendengar semua pembicaraan calon suami dan mertuanya. Dia terharu dengan cinta Axton yang begitu besar padanya.
"Mama tidak perlu merasa bersalah, dan Mas Axton juga tidak perlu takut kehilangan. Aku tidak akan mundur, aku mencintai Mas tulus apa adanya. Umur tidak menjadi penghalang untuk kita bersatu. Aku juga sudah menyampaikan pesan Mas kepada Papa. Dan Mas diminta datang ke rumah nanti malam jika ingin menikahiku secepatnya."
Alexa memasuki kamar dengan senyum ceria sambil membawa rantang makanan. Axton sontak berdiri lalu menghampiri sang kekasih dan langsung mendekap erat tubuh gadis remaja itu.
"Mas rindu sayang, kenapa susah sekali dihubungi, mas gelisah takut kamu pergi." Ucap Axton jujur.
"Mas tidak perlu takut, aku tidak akan kemana-mana." Jawabnya.
"Kamu mendengar pembicaraanku dengan Mama?" Tanya Axton melepas pelukannya kemudian merangkul mesra Alexa sambil diajak masuk mendekati brangkar Mama Yasmin.
"Iya, dan aku bersyukur sekaligus bahagia karena mas begitu mencintaiku. Sebenarnya aku setuju menikah besok, tapi Mas harus bisa meyakinkan Papa Darius selaku wali nikahku." Ucap Alexa menggenggam tangan Axton.
"Mama juga setuju jika Tuan Darius merestui, jangan ambil jalan pintas. Menikah itu bukan cuma ijab selesai. Tapi ada pertanggung jawaban yang harus ditunaikan." Ucap Mama Yasmin memberi sedikit petuah.
"Oh ya... Kebanyakan omong sampai lupa jika aku bawa makanan untuk sarapan kita bersama. Mama aku suapi ya." Ucap Alexa.
"Kamu yang masak sayang? Istri indaman sekali kalau seperti ini. Putra Mama pasti gendut kalau setiap hari makan makanan sehat."
"Iya, aku masak sendiri. Ayo Mas ini untuk Mas Axton. Dan Mama ayo buka mulutnya."
Suasana pagi yang begitu hangat, semua merasa bahagia. Tapi bukan berarti badai tidak akan kembali.
pas ingat gedekkkkk nyaaa pingin TK pitesssss