NovelToon NovelToon
KEKASIH HALALKU

KEKASIH HALALKU

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / CEO / Romansa / Tamat
Popularitas:50k
Nilai: 5
Nama Author: achamout

Dalam tahap Revisi!!!

Menceritakan seorang gadis introvert dan sangat pemalu yaitu NAFISA ZAHRA FITRIANI. Ia terus merasa insecure dengan dirinya, dan selalu menganggap dirinya tidak pantas untuk siapapun. Namun hal itu berubah ketika seorang pria datang ke dalam hidupnya yang memberi banyak kisah cinta manis dalam hidup nafisa. Pria itu adalah orang yang ditolong nafisa saat ia mengalami kecelakaan mobil, pria itu jatuh hati pada nafisa saat pandangan pertama. dia adalah AZLAN SYARAHIL,seorang ustadz muda yang sangat tampan dan di kagumi semua orang. Ia merasa nafisa telah mengambil hatinya dengan kesederhanaannya yg tidak ia temukan pada wanita manapun.

"Cintamu menyempurnakan diriku"

_NAFISA ZAHRA FITRIANI

"Aku mencintaimu itu bukan tanpa alasan, tapi karena kesederhanaanmu yang tiada kutemukan pada orang selain dirimu "

_AZLAN SYARAHIL

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon achamout, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Nafisa dan ibunya duduk di dekat ayahnya, berhadapan dengan Ustadz Azlan yang tampak tenang namun serius.

"Baik, saya langsung saja, Pak, Bu, dan Nafisa," ucap Ustadz Azlan memulai pembicaraan dengan nada tegas namun lembut. "Tujuan saya dan kedua orang tua saya datang ke sini adalah untuk melamar putri Bapak dan Ibu, yaitu Nafisa."

Nafisa yang mendengarnya langsung terkejut, matanya membelalak, sementara kedua orang tuanya tampak sangat senang.

"Hah? Ustadz mau melamar saya?" Nafisa memastikan, merasa tadi mungkin salah dengar.

"Iya," jawab Ustadz Azlan dengan mantap. "Saya ingin melamar kamu. Apa kamu bersedia menjadi istri saya?"

Nafisa kehilangan kata-kata, bibirnya gemetar, dan matanya berkedip-kedip tak percaya. Mimpi apa ia semalam hingga pagi ini ia mendapatkan lamaran dari seorang ustadz yang terpandang.

"Nak, Umi sangat berharap kamu menerima lamaran anak Umi," ucap Umi Rahma dengan tatapan penuh harap, mencoba menyemangati Nafisa.

"Tapi... Nafisa kan masih sekolah," jawab Nafisa, mencoba menguatkan suaranya yang terdengar goyah.

"Iya, saya tahu kamu masih sekolah," jawab Ustadz Azlan dengan tenang. "Tapi tinggal beberapa hari lagi kamu akan lulus, bukan? Dan jika kamu ingin melanjutkan kuliah setelah menikah, saya sama sekali tidak akan melarang. Saya akan mendukungmu sepenuhnya."

"Tapi kenapa Ustadz Azlan memilih saya?" tanya Nafisa, suaranya semakin pelan. "Bukankah banyak wanita di luar sana yang lebih cantik, lebih cocok, bahkan lebih setara dengan Ustadz?"

"Diluar sana memang banyak wanita baik," jawab Ustadz Azlan dengan tulus. "Tapi saya tidak menemukan apa yang saya cari dalam diri mereka, seperti yang saya temukan dalam dirimu. Kamu wanita yang baik, sholehah, memiliki hati yang lembut, tutur katamu sopan, dan semuanya dalam dirimu membuat saya yakin ingin menjadikan kamu istri saya."

Nafisa tertegun mendengar penjelasan Ustadz Azlan. Kata-katanya begitu dalam dan tulus, membuat hatinya bergetar. Ia memandangi wajah kedua orang tuanya, mencari petunjuk.

Ayahnya segera angkat bicara. "Nak, ini adalah keputusanmu. Pikirkan baik-baik. Kesempatan indah seperti ini tidak selalu datang dua kali."

"Iya, Nak," sambung ibunya dengan lembut. "Tapi ingat, Allah tidak akan memberikan jalan seperti ini tanpa maksud yang baik. Cobalah renungkan."

Nafisa menghela napas panjang. Ia merasa semua ini seperti mimpi. Namun, setelah mempertimbangkan kata-kata semua orang, ia akhirnya berkata dengan suara pelan namun tegas, "Saya terima lamaran Ustadz Azlan."

Ucapan Nafisa disambut dengan senyum bahagia oleh semua yang ada di ruangan. Ustadz Azlan tampak lega dan tersenyum penuh syukur.

"Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.Terima kasih, Nafisa, kamu telah menerima lamaran saya. Insya Allah, saya akan menjaga dan membahagiakan kamu sebaik mungkin," ucapnya penuh ketulusan.

"Iya, Ustadz," jawab Nafisa pelan dengan senyum malu-malu.

Ibu Nafisa segera memeluk putrinya erat, sementara ayah Nafisa tersenyum bangga.

"Jadi, kapan pernikahan ini akan dilaksanakan, Pak, Bu?" tanya Ayah Nafisa memecah keheningan penuh kebahagiaan itu.

"Kami berencana mengadakannya pada hari setelah kelulusan Nafisa tiba," jawab Abi Rahman. "Apakah Bapak dan Ibu setuju?"

"Kami setuju, Pak," jawab ayah Nafisa mantap. "Semakin cepat, semakin baik."

Abi Rahman menoleh ke Nafisa dan Ustadz Azlan. "Dan bagaimana dengan kalian? Apakah kalian keberatan jika pernikahan ini dipercepat?"

"Alan ikut keputusan Abi dan Umi aja gimana baiknya," jawab Ustadz Azlan dengan penuh rasa hormat.

"Nafisa juga setuju," tambah Nafisa pelan.

"Alhamdulillah," ujar Abi Rahman. Ia menyerahkan sebuah kotak hantaran. "Pak Antoni, Bu Revi, ini hantaran dari kami untuk Nafisa. Mohon diterima."

"Terima kasih banyak, Pak," balas ayah Nafisa.

"Oh, ya, Nafisa," sela Ustadz Azlan. "Untuk mahar, apa yang kamu inginkan dari saya?"

Nafisa berpikir sejenak sebelum menjawab. "Saya hanya ingin mahar berupa seperangkat alat salat dan Al-Qur'an."

"Kamu yakin hanya itu?" tanya Ustadz Azlan memastikan.

Nafisa mengangguk mantap. "Iya, Ustadz."

Ustadz Azlan tersenyum lebar, menatap Nafisa dengan pandangan penuh kekaguman. "Baik, Nafisa. Saya menyanggupi permintaanmu. Kamu memang selalu membuat saya terpana dengan kesederhanaanmu."

Dalam hati, Ustadz Azlan merasa amat bersyukur telah dipertemukan dengan Nafisa, wanita yang hatinya begitu tulus dan istimewa.

🌻🌻🌻🌻

Hari-hari berlalu dengan cepat. Hari kelulusan Nafisa akhirnya tiba. Ia lulus dengan nilai terbaik di sekolahnya, membuat kedua orang tuanya bangga. Namun, yang lebih mendebarkan adalah kenyataan bahwa esok adalah hari pernikahannya dengan Ustadz Azlan, sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.

Nafisa merasa jantungnya berdebar kencang. Ada gugup yang tak bisa ia abaikan, bercampur dengan kebahagiaan yang tak tergambarkan.

“Ya Allah, besok adalah hari pernikahan aku dengan Ustadz Azlan. Tolong lancarkan segalanya, ya Allah,” ucap Nafisa dalam doa, mencoba menenangkan hatinya.

Sekarang, Nafisa berada di kamarnya sendirian. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 22.00, namun matanya tetap sulit terpejam. Ia berguling-guling di tempat tidur, mencoba meyakinkan dirinya.

“Ayo dong, Nafisa. Kamu harus tidur. Besok kamu harus bangun pagi!” gumamnya, mencoba menyemangati diri sendiri.

Namun, saat ia memejamkan mata, tiba-tiba suara nada dering ponsel memecah keheningan. Nafisa meraih ponselnya dan melihat nomor tak dikenal terpampang di layar. Dengan sedikit heran, ia mengangkatnya.

"Halo?" sapanya pelan.

"Halo, Sa. Ini aku, Mita," suara riang sahabatnya terdengar dari seberang.

"Kamu nomor baru, Ta?" tanya Nafisa heran.

"Enggak, Sa. Ini nomor kakak aku. Hp aku nggak ada pulsa, jadi aku pakai punya kakak," jawab Mita, diakhiri dengan tawa kecil.

"Hmmm... dasar Mita. Ada-ada aja," Nafisa ikut tertawa.

"Eh, Sa, selamat ya. Besok udah jadi istri orang aja nih," goda Mita sambil tertawa.

Nafisa ikut tertawa, meski wajahnya memerah. "Hahaha, iya, Ta. Aku juga masih nggak nyangka. Niatnya mau lamar kerja, eh malah aku yang dilamar."

"Hahaha, itu yang namanya takdir, Sa. Kita nggak pernah tahu rencana Allah. Tapi serius, kamu beruntung banget, tau! Suami kamu ustadz, ganteng lagi!" celetuk Mita dengan nada kagum.

"Iya, Ta. Aku juga bersyukur banget. Allah baik banget sama aku. Tapi kalau ngomongin ini, aku jadi deg-degan mikirin hari besok," ucap Nafisa, mulai cemas lagi.

"Hahaha, udah, tenang aja. Semua pasti lancar kok, Insya Allah. Aku besok pagi datang ke rumah kamu. Jadi, aku ada buat nemenin kamu," kata Mita, mencoba menenangkan.

Nafisa tersenyum. "Iya, makasih ya, Ta. Kamu sahabat terbaik aku deh."

"Hehehe, iya dong, Nafisa-nya aku. Yaudah, sekarang mending kamu tidur! Ingat, calon pengantin harus bangun pagi besok," ucap Mita, setengah bercanda.

"Iya, iya... Ibu Mita," jawab Nafisa sambil terkikik.

"Hahaha, oke. Selamat malam, anak Ibu yang paling ngeselin," balas Mita, tertawa.

"Malam juga, Ibu yang paling bawel," timpal Nafisa, tak mau kalah.

Tawa mereka memenuhi percakapan, sampai akhirnya Mita berkata, "Udah, aku tutup dulu ya telponnya. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawab Nafisa sambil tersenyum.

Setelah menutup telepon, Nafisa merasa lebih tenang. Kecemasan yang tadi menghantuinya perlahan menghilang. Dukungan dan semangat dari sahabatnya membuat hatinya lebih ringan. Dengan perasaan lega, Nafisa akhirnya memejamkan mata, mempersiapkan diri untuk hari besar yang akan mengubah hidupnya.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Jam dinding menunjukkan pukul 04.30 pagi. Nafisa sudah bangun lebih awal. Ia segera menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Setelah adzan Subuh berkumandang, ia melaksanakan sholat Subuh dengan khusyuk.

“Ya Allah, tolong lancarkan lah pernikahan hamba hari ini. Jadikanlah semuanya berjalan dengan penuh keberkahan dan ridha-Mu,” ucap Nafisa dalam doa setelah selesai sholat.

Kini Nafisa sudah duduk di kursi kamarnya, ditemani oleh penata rias yang mulai mempersiapkan dirinya. Mita, sahabat setianya, juga sudah datang sejak Subuh tadi untuk menemani Nafisa di hari istimewa ini.

Tidak butuh waktu lama, sentuhan tangan penata rias itu mengubah penampilan Nafisa menjadi begitu anggun. Dengan balutan gaun putih yang mengembang lembut dan hijab yang dirangkai dengan indah, Nafisa berdiri di depan cermin, memperhatikan pantulan dirinya. Sebuah senyuman tipis menghiasi bibirnya.

“Masya Allah, cantik banget kamu, Sa! Gaun putih itu, ditambah hijab yang dirancang semenarik ini, benar-benar bikin kamu kelihatan seperti putri dari negeri dongeng,” ucap Mita dengan mata berbinar, terpesona oleh kecantikan sahabatnya.

“Ah, kamu bisa aja, Ta,” balas Nafisa tersenyum malu-malu.

“Ih, ini serius! Aku nggak bercanda, sumpah.”

Percakapan mereka terhenti ketika pintu kamar terbuka perlahan. Ibu Nafisa dan Umi Rahma, ibu dari Ustadz Azlan, masuk ke kamar.

“Masya Allah, cantik sekali calon mantu Umi ini,” puji Umi Rahma dengan senyum bangga.

“Kamu benar-benar anggun sekali, Nak,” sambung Ibu Nafisa sambil menatap putrinya penuh haru.

“Terima kasih, Bu, Umi,” jawab Nafisa dengan suara lembut.

“Iya, Sayang. Hari ini adalah hari bahagiamu. Semoga semua berjalan lancar,” ucap ibunya sambil membelai pelan bahu Nafisa.

Sementara itu, di ruang tamu, para undangan sudah mulai ramai berdatangan. Suasana terasa meriah dengan canda tawa dari keluarga dan para tamu. Pak penghulu juga sudah tiba.

Di sudut ruangan, Ustadz Azlan telah bersiap dengan jas putih yang dikenakannya. Ia terlihat sangat tampan, Penampilannya begitu rapi dan elegan, membuat siapa pun yang melihatnya pasti terkesan. Dengan senyuman yang terus terpancar, ia duduk tenang di kursi yang telah disediakan, berhadapan dengan ayah Nafisa dan Pak Penghulu. Sesekali, pandangannya tertuju ke pintu, menunggu kehadiran calon istrinya.

Di dalam kamar, Ibu Nafisa mengingatkan, “Nak, sekarang saatnya. Ayo kita keluar. Semua sudah menunggu.”

Nafisa mengangguk pelan, mengatur nafas dan jantungnya yang sedikit berdebar. Dengan didampingi ibunya, Umi Rahma, dan Mita, Nafisa keluar dari kamar. Saat ia melangkah, suasana ruangan mendadak sunyi. Semua mata tertuju padanya, termasuk mata Ustadz Azlan.

Ketika pandangan Ustadz Azlan bertemu dengan sosok Nafisa, ia terpana. Kecantikan calon istrinya begitu memukau, membuat hatinya bergetar. Dalam hati, ia berkata, “Sungguh indah sekali ciptaan-Mu, ya Allah. Aku sangat berterima kasih karna Engkau telah mempertemukan ku dengannya. ” Namun, secepat kilat, ia menundukkan pandangannya kembali, menjaga adabnya.

1
𝙈𝙞𝙖 📚🛍
Lumayan
𝙈𝙞𝙖 📚🛍
Luar biasa
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Widya Herida
bagus banget ceritanya kk
Widya Herida
lanjutkan kk
Yuyun Rohimah
lanjut Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Mukmini Salasiyanti
lanjutttt, Lan...
Mukmini Salasiyanti
serruuuuuu
Mukmini Salasiyanti
salken, ustadz
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!