Namaku Inaya, aku baru lulus di sekolah menengah atas. Keseharianku membersihkan rumah, memasak, dan memberi makan ayam. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang nenek yang kebingungan mencari kendaraan. Dia meminta bantuanku. Awalnya aku menolak, namun karena kasihan, akupun membantunya. Setelah itu, dia memberiku sebuah gelang. Aku sudah menolak, namun dia kekeh memaksaku menerimanya. Semenjak memakai gelang, kejadian aneh mulai bermunculan.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Hari ini ialah hari idul fitri. Aku dan keluargaku biasanya ziarah kemakam sang kakek dan nenek. Setelah itu kami pergi berkunjung kerumah nenek atau ibu dari ayahku. Diperjalanan, kecelakaan tak terelakkan terjadi. Aku terbang melayang dan jatuh keaspal. Tubuhku terguling-guling hingga memasuki sebuah empang atau biasa disebut kolam ikan. Aku sempat menatap gelang pemberian nenek tak kukenal, hingga kesadaranku pun hilang. Lalu setelah aku membuka mata kembali, aku berada ditempat asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zakina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 HUKUMAN KHUSUS PARA TUAN PUTRI
'Bisa mati aku kalau enggak makan tiga hari,' Batinku.
'Istana dingin itu kayak apa ya rasanya? Apa kayak di Negara Swiss? Jadi penasaran,' Batin Putri Andini.
'What....Istana dingin? Ini yang dimaksud Inaya Kah? Oh tidak, pasti disana sangat dingin, namanya juga istana dingin. Pasti lebih dingin dari Negara-negara yang ada saljunya,' Batin Putri Irha.
"Yang Mulia, tolong hukuman kami di peringan. Atau saya juga bisa dihukum sama seperti Putri Khina," Ucap Putri Irha, 'Mending di ikat dipohon, daripada masuk di istana dingin. Ogah banget, bisa meriang sepuluh hari, sepuluh malam. Kayak waktu balik dari Negara Swiss, aku jadi sakit meriang,' Batin Putri Irha.
"Lebih enak di istana dingin, disana pasti sama kayak Negara Swiss. Daripada diikat dipohon, udah panas, kena hujan pula," Ucap Putri Andini.
"Kalau lebih dingin gimana? Kamu mau jatuh sakit," Ucap Putri Irha.
"Lo aja yang kampungan. Dikit-dikit sakit, padahal enak tau tinggal di Negara Swiss. Banyak salju, bisa seluncuran, pokoknya menyenangkan sekali," Ucap Putri Andini.
"Terserah, kalau gak mau dengar. Jangan nyesel kalau nanti Lo sampai di istana dingin," Ucap Putri Irha.
'Putri Irha pengen hukumannya sama denganku. Sedangkan Putri Dinibi pengen dihukum diistana dingin. Kalau aku enggak mau lah. Keduanya sama saja, sama-sama menyiksa. Masa aku diikat dipohon, kan pasti panas banget kalau di siang hari. Belum lagi nanti kalau hujan, bisa sakit demam aku. Kalau diistana dingin sama saja, nanti bisa-bisa aku sekarat akibat terlalu lama di sana,' Batinku.
"DIAM!" Teriak Raja Dayat.
"Hukuman Putri Irha di ganti dengan tinggal di kandang kuda selama tiga hari!" Ucap Raja Dayat.
'Gak apalah, mending aku tinggal di kandang kuda. Setidaknya aku tidak kedinginan dan kepanasan kalau sampai hukumanku di istana dingin atau di ikat di pohon,' Batin Putri Irha.
'Bodoh banget Tina, sudah bagus di istana dingin. Ini malah mau saja tinggal di kandang kuda. Iuuu, pasti bau banget tu kandang, banyak taik,' Batin Putri Andini.
'Tinggal di kandang kuda sama saja kayak hukuman lain. Sama-sama berat, dikandang kuda banyak sekali kotorannya pasti,' Batinku.
"Bawa mereka ke tempat hukuman!" Perintah Raja Dayat.
"Siap laksanakan, Yang Mulia," Ucap Para pengawal.
"Yang Mulia Kakek, tolong jangan hukum Bunda. Hukum saya Yang Mulia, saya siap menggantikan hukuman Bunda. Saya mohon Yang Mulia Kakek," Ucap Zahra memelas.
"Cucu tersayang Kakek, kau tidak boleh membela orang yang salah. Mereka bersalah karena menghina Dewa dan Dewi kita. Itu hukuman yang pantas bagi mereka yang menghina ajaran Para Pendeta," Ucap Raja Dayat lembut.
"Hiks, hiks, jangan hukum Bunda, Yang Mulia Kakek. Saya mohon, hiks," Ucap Zahra menangis.
"Bawa mereka pergi!" Perintah Raja Dayat.
Para pengawal, membawa kami ke tempat hukuman masing-masing.
"BUNDA! HIKS, HIKS," Teriak Zahra.
○○○○○○○○○○○
...POV INAYA ATAU PUTRI KHINA : ...
'Pasti aku di ikat di pohoh besar. Huh, nyesal aku berada di jaman kuno. Dulu saat aku baca novel tentang kerajaan kuno, semuanya indah dan enak. Banyak pelayan yang melayani, terus banyak cowok-cowok tampan. Ini enak apanya. Punya pelayan, malah dandanin aku kayak badut. Ada banyak cowok tampan, malah cuek dan dingin kalau bicara padaku. Kenapa aku enggak langsung masuk neraka saja sih, ini malah terlempar ke Zaman kuno,' Batinku.
Beberapa pengawal membawaku ke tempat hukuman. Sesampaianya di halaman belakang istana, aku terkejut melihat banyak pohon pisang dan pohon toge. Mereka mulai mengikatku di pohon toge.
'Apa ini? Kok aku diikat di pohon toge? Bukankah harusnya aku diikat di pohon besar, seperti kayak pohon jambu atau pohon jati. Ini malah pohon toge....mereka salah membawaku atau apa ya?' Batinku.
"Eh tunggu, kalian tidak salah mengikatku di pohon toge? Ini kan tanaman, buka pohon. Bukankah harusnya kalian mengikatku di pohon pisang itu ya?" Tanyaku menujuk ke arah pohong pisang yang berada disamping Toge.
"Ini hukuman khusus untuk setiap Putri di istana kerajaan majapahit," Ucap Salah satu pengawal.
'Khusus? Hukuman ini sih kagak berat. Ku kira hukumannya itu sangat berat, ternyata kagak. Tapi baguslah, setidaknya dengan kakiku diikat di Pohon toge, aku masih bisa makan pisang itu selama tiga hari kedepan. Aku gak bakal kelaparan,' Batinku.
Beberapa pelayan menghampiriku, mereka membawa nampan berisi buah-buahan. Mereka meletakkan buah tersebut di sampingku.
"Eh, ini apa? Bukankah aku di hukum tidak boleh makan selama tiga hari? Kenapa kalian malah bawakan aku buah-buah ini?" Tanyaku.
"Yang Mulia Raja Dayat memberikan hukuman ke Tuan putri, untuk tidak makan nasi beberapa hari. Bukan melarang Tuan Putri makan buah-buahan," Ucap Salah satu pelawan.
"Hah?" Aku melongo heran.
"Ini hukuman khusus untuk para tuan putri istana," Ucap Salah satu pelayan lainnya.
'Hukuman macam apa ini? Masa hukumannya ringan amat? Tadi aku cuman diikat di pohon toge, sekarang dikasih buah-buahan. Ini sih enak, hukamannya ringan. Rasanya aku pengen ketawa, Bwahahaha," Batinku tertawa.
○○○○○○○○○
...POV TINA ATAU PUTRI IRHA :...
Para pengawal membawaku ketempat hukuman.
'Enggak apalah aku tahan bau kotoran kuda. Aku harus bisa, cuman tiga hari. Harus, harus, harus,' Batinku.
Sesampainya di depan kandang kuda, mereka menyuruhku masuk. Aku terkejut melihat isi dalam kandang kuda.
'Aku tidak salah liat kan? Kok kandang kuda ini bersih amat? Ada kasur dan selimut pula. Ini kamar atau kandang kuda. Gak habis pikir aku liat ini. Tadi ku pikir kalau kandang kuda ini kotor dan bau, ternyata aku salah. Ini kandang wangi bener, pasti betahlah aku. Kuda-kuda disini enak ya, punya rumah yang bersih gini,' Batinku.
"Hei, ini kandang kuda atau apa? Kok bersih amat? Kalian tidak salah membawaku kesini?" Tanyaku.
"Ini hukuman khusus untuk para Tuan Putri di istana," Ucap Salah satu pengawal.
Beberapa pelayan memasuki kandang kuda, mereka meletakkan piring berisi buah-buahan di atas meja.
"Kenapa kalian membawakanku buah ini?" Tanyaku.
"Buah ini untuk penjanggal rasa lapar Tuan Putri," Ucap Salah satu pelayan.
"Aku kan di hukum?" Tanyaku.
"Hukuman Tuan Putri tidak makan nasi dan daging. Putri masih bisa makan buah-buah ini selama masa hukuman Putri. Ini titah dari Yang Mulia Raja," Ucap pelayan itu.
'Haa? Kiraiin hukumannya berat, ternyata enggak sama sekali,' Batinku.
○○○○○○
...POV DILLA ATAU PUTRI ANDINI :...
'Jadi enggak sabar pengen cepat sampai ke istana dingin. Pasti di sana sama kayak di swiss,' Batinku senang.
Sesampainya di istana dingin, aku melongo kaget.
'What? Ini istama dingin apaan? Ini sih bukan istana dingin, orang tempatnya kayak rumah biasa. Mana yang katanya dingin? Raja itu pasti bodohin gue. Sudah senang-senangnya gue, eh malah kena prank,' Batinku kesal.
"Woii, mana istama dinginnua? Kenapa kalian malah bawa gue kesini?" Tanyaku.
"Ini istana dingin, Putri Andini," Ucap salah satu pengawal.
"APA? JANGAN BERCANDA, INI TEMPAT SAMA SEKALI TIDAK DINGIN. KALIAN MENIPUKU YA?" Teriakku kesal.
"Kami tidak bercanda, Putri. Ini istana dingin. Di tempat ini, biasanya rasa dingin muncul di malam hari," Ucap Salah Satu pengawal.
"APA? Gue mau disini, percuma juga disini. Kenyataannya tak sesuai ekspektasi. Nyesel gue ikut ke istana dingin ini," Ucapku kesal.
Para pengawal melongo mendengar kata-kata gue. Mereka tidak mengerti dengan apa yang gue katakan.
"Sudahlah, kalian keluar saja dari sini, sebelum gue makan kalian semua," Ancamku.
"Cringg (suara piring jatuh)." Tampak pelayan gemetaran melihatku.
"Kenapa Lo?" Tanyaku.
Beberapa pelayan dan pengawal berlari tunggang langgang keluar kandang kuda. Mereka ketakutan dengan ancamnku.
"Hahaha, mereka itu bodoh atau apa. Begitu ku ancam, langsung kabur. Emang gue psikopat, hingga mereka setakut itu. Ada-ada aja mereka," Gumamku.
○○○○○○○○○
Tiga hari kemudian, masa hukuman Putri Khina, Putri Irha dan Putri Andini telah berakhir. Mereka kembali ke kamar mereka masing-masing.
"Huh, melelahkan juga hukuman kemarin. Enak sih, waktu hujan mereka memasang tenda buatku. Hanya saja gak ada kasur, bajuku jadi kotor. Di sana juga enggak ada kamar mandi, badanku jadi bau deh. Aku mandi dulu ah, baru bobok cantik," Gumamku.
Saat hendak membuka baju, tiba-tiba pintu kamarku terbuka.
"KAU! NGAPAIN KAU MASUK KEDALAM KAMARKU TANPA IZIN! KELUAR! KELUAR CEPAT!" Teriakku marah.
"Tapi, Putri....saya mau membantu.....," Ucapannya terselah.
"KELUAR! AKU ENGGAK BUTUH BANTUAN. KAMU ITU TIDAK PUNYA SOPAN SANTUN, BESOK AKU BAKAL LAPORIN KE RAJA, BIAR MEMECATMU," Teriakku marah.
"Ampun Putri, saya mohon ampun. Tolong jangan buat saya di pecat. Jika saya di pecat, pengobatan Ibu bisa terhenti. Raja tidak akan menarik semua biaya pengobatan ibu, hiks. Tolong kasihanilah saya, Putri. Hiks, hiks, hiks," Ucapnya menangis.
'Kasihan juga dia....Aku enggak boleh kasian sama dia. Dulu waktu aku meminjankan bajuku ke Rina, Mama malah menganggapku bodoh. Aku enggak mau di anggap bodoh lagi. Tapi.....aku beneran enggak tega liat dia menangis. Apa aku beri kesempatan kedua buat dia?' Batinku.
"Baiklah-baiklah, aku enggak bakak lapor. Tapi kamu harus janji, kamu tidak boleh masuk tanpa izin kekamarku!" Ucapku.
"Terimah kasih, Putri," Ucapnya kegirangan sembari memelukku tanpa sadar.
"HEEMMM," Aku berdehem.
"Maaf, maaf kan saya, Putri," Ucapnya.
"Ya," Ucapku, "Siapa namamu?"
"Nurfa, Putri," Ucapnya.
"Owh....kamu bisa keluar? Aku mau sendiri dikamar," Ucapku.
"Baik, Putri," Ucapnya membungkukkan badan. Dia berjalan mudur dan keluar dari pintu kamar.
Aku pun membuka baju dan memasuki ke ruang permandian. Setelah mandi, aku mulai berdandan.
"Tok! Tok! Tok!"
"Masuk," Ucapku.
"Salam Yang Mulia Putri Mahkota. Saya membawakan makanan malam untuk Putri Mahkota," Ucap Sari.
"Aku tidak lapar, kamu bawa pulang saja atau kamu makan sendiri. Aku sudah ngantuk, mau tidur. Lebih baik kamu keluar!" Ucapku menyuruhnya pergi.
"Tapi...," Ucapannya terselah.
"KELUAR!" Ucapku dingin.
Sari keluar dari kamar dengan raut wajah kesal.
"Entah kenapa, aku merasa dia punya niat buruk padaku? Aku mending tidur daripada mikirin dia," Gumamku.
Di luar kamar, Sari berjalan dengan penuh amarah.
'RENCANA YANG KU BUAT GAGAL LAGI. AKU SUDAH CAPEK-CAPEK CAMPURIN RACUN KEDALAM MAKANAN INI, DIA MALAH TIDAK MAU MAKAN,' Teriak Sari dalam hati.
"Bagaiman? Berhasil?" Tanya seseorang tiba-tiba.
Sari berbalik dan terkejut. Tangannya mukai gemetar gelisah.
"Aku...aku..aku," Ucapnya gugup.
"KAU GAGAL LAGI, HAH. DASAR BODOH, TIDAK BERGUNA, PERCUMA AKU BAYAR MAHAL-MAHAL TAPI KAU TIDAK BECUS MENJALANKAN TUGAS," Teriak seorang wanita.
...¤BERSAMBUNG¤...