Demi ingin mencapai tujuan masing-masing, Ashley dan Hayden sepakat untuk melakukan pernikahan bisnis. Ashley harus mempertahankan miliknya yang ingin direbut Pamannya, sedangkan Hayden ingin hidup bebas dari kekangan keluarganya. Keduanya berjuang bersama. Ashley dan Hayden saling membantu, saling mendukung dan saling menghibur. Sampai tanpa mereka sadari, rasa ketertarikan muncul. Dan tumbuhlah benih cinta diantara keduanya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dea Anggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Persiapan Pernikahan
Persiapan pernikahan dilakukan sedemikian rupa dengan waktu yang singkat. Mattew telah membuat janji temu dengan seorang desainer ternama untuk masalah pakaian pernikahan. Dan kebetulam sekali, Desainer itu punya banyak sekali gaun dan stelan jas yang baru selesai dibuat. Desainer itu mengatakan, jika stelan jasnya kemungkinan akan sangat pas untuk Hayden. Untuk Ashley tidak perlu dikhawatirkan, karena diam-diam Desainer itu telah membuat gaun istimewa yang sagat cocok untuk Ashley. Keduanya pun mencoba gaun dan stelan jas.
Hayden keluar setelah mengenakan stela jas berwarna putih. Ia tampak sangat tampan, meski dengan tatanan rambut yang berantakan. Desainer memuji ketampanan Hayden, ia bertanya apakah stelan jasnya nyaman dipakai atau tidak? atau Hayden ingin mengenakan warna lain? Hayden menjawab, jika ukuran stelan jas sudah pas, dan sesuai seleranya. Soal warna ia tidak akan mengganti warnanya karena ia ingin stelan jasnya senada dengan gaun Ashley.
Tidak beberapa lama Ashley keluar dari ruang ganti di bantu dua pelayan. Pelayan memapah Ashley di kiri kanan, agar Ashley bisa berdiri. Hayden segera menghampiri Ashley dan menggendong Ashley duduk di sofa, Hayden melihat Ashley tidak nyaman, karena itu ia segera menggendongnya.
"Apa kau tidak apa-apa? kau kan tidak boleh terlalu memaksaka diri," kata Hayden menatap Ashley.
Ashley kaget, ia tidak percaya akan ada seseorang lain yang peduli dan khawatir padanya selain Papanya. Ashley terseyum memegang tangan Hayden, ia berkata tidak apa-apa. Ashley lantas bertanya pada Hayden tentang gaun yang dikenakannya. Apakah gaunnya cocok dengannya atau tidak?
"Bagaimana gaun yang kupakai? ini gaun istimewa yang dirancang khusus untukku. Apakah aku terlihat cantik?" tanya Ashley tersenyum menatap Hayden.
Hayden menatap Ashley, "Ya, kau sangat cantik. Semua wanita pasti akan iri hati melihat betapa cantiknya kau nanti," jawab Hayden mengusap wajah Ashley.
"Wah, wah ... aku tidak menyangka akan datang di mana aku melihat Ashley-ku bermesraan dengan kesayangannya, ya. Sungguh mengharukan," kata Desainer menggoda Ashley dan Hayden.
Ashley meminta desainer mengambil fotonya dan Hayden. Ashley berbisik, Hayden harus bersikap senatural mungkin dan terlihat senang, karena ia akan menunjukkan foto pada Papanya. Hayden tersenyum, ia merangkul mesra Ashley. Beberapa foto telah diambil dan semua hasil fotonya sangat bagus. Karena tidak ada lagi hal yang perlu dikhawatirkan soal gaun dan stelan jas untuk pernikahan, Ashley dan Hayden segera kembali berganti pakaian. Mereka akan pergi ke tempat percetakan untuk memilih undangan.
***
Hari itu begitu sibuk. Ashley dan Hayden seharian bersama, dari pagi mengepas gaun dan jas, lalu ke percetakan, sampai menemui perencana pernikahan untuk menentukan lokasi.
Ashley duduk bersandar, "Uh, lelah sekali. Pantas saja pasangan yang akan menikah selalu stres. Persiapannya bukan main," kata Ashley.
"Kita sudah sibuk seharian, sudah makan malam juga. Selanjutnya ke mana? kau mau langsung pulang saja?" tanya Hayden.
"Kau sendiri, bagaimana?" tanya balik Ashley.
"Aku? hm ... kalau aku mau minum, di apartemenku." jawab Hayden.
"Boleh aku ikut denganmu, ke apartemenmu dan minum juga?" tanya Ashley menatap Hayden.
Hayden terkejut, "A-apa? kau mau ikut? a-apa kau serius? bagaimana dengan Papamu? beliau pasti akan khawatir, dan akan berpikir aku adalah pria yang tidak tahu tata krama karena membawa putrinya yang belum dinikahi sah ke apartemenku." Kata Hayden.
"Papaku bukam orang kolot seperti itu. Lagipula Papa sudah menganggapmu seperti putranya sendiri, kan? aku akan hubungi Papa, dan memberitahu kalau aku ikut denganku. Sepertinya kau tak akan bisa tenang, kalau aku tidak begitu." kata Ashley.
Ashley mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Papanya. Ia memberitahu Papanya tentang kegiatan melelahkan hari itu. Ia juga langsung mengatakan, kalau ia akan ikut dengan Hayden ke apartemen Hayden. Ashley meminta Papany untuk tidak khawatir, karena Hayden pasti akan menjaganya. Mattew meminta Ashley hati-hati dan memberikan ponselnya pada Hayden, Mattew berkata ingin bicara.
"Hayden, Papaku ingin bicara," kata Ashley memberikan ponselnya pada Hayden.
Hayden mengambil ponsel Ashley dan berbicang dengan Mattew. Hayden meminta maaf, ia bukan sengaja mengajak Ashley, tapi Ashleylah yang ingin ikut pulang. Hayden khawatir Mattew berpikiran buruk tentangnya. Mendengar penjelasan Hayden, Ashley menahan tawa, Ashley yakin Papanya juga sama sepertinya. Mattew pun mengatakan, kalau ia tidak mempermasalahkan mau Hayden mengajak, atau Ashley yang memang ingin ikut. Ia bsepesan, agae Hayden bisa menjaga putrinya. Mattew tahu, Hayden adalah pria yang bisa dipercaya dan dipegang perkataannya. Hayden menjawab dengan yakin, jika ia pasti akan menjaga dan melindungi Ashley, seperti ia menjaga dan melindungi dirinya sendiri. Mattew kembali berpesan agar Hayden berhati-hati, laku mengakhiri panggilan.
"Hahhh ... (menghela napas) Jantungku hampir melompat." gumam Hayden tegang.
"Kenapa? apa Papa mengatakan sesuatu?" tanya Ashley.
Hayden meberikan ponsel Ashley kembai, "Tidak. Beliau hanya berpesan untuk hati-hati, dan agar aku menjagamu. Aku sudah khawatir beliau akan berpikiran yang tidak-tidak," jawab Hayden.
"Benar, kan. Aku tahu betul sifat Papaku. Lagipula kita akan menikah, bersama semalam atau beberapa malam bukan hal yang buruk." kata Ashley santai. Ia menerima ponselnya kembali, lalu memasukkan dalam tas.
Hayden menatap Ashley, "Meski begitu, ini pertama kalinya aku mengajak seorang wanita ke apartemenku. Jadi kau pasti mengerti apa yang kurasakan saat ini," kata Hayden.
Ashley menganggukkan kepala. Ia meminta Hayden segera bergegas, karena ia sudah lelah. Hayden mengemudikan mobilnya pergi meninggalkan perkiran.
***
Hayden dan Ashley sampai di gedung apartemen tempat tinggal Hayden. Ashley melihat sekeliling, ia tidak menyangka Hayden akan tinggal digedung yang biasa-biasa saja. Ia pikir Hayden akan tinggal di apartemen mewah.
"Kau pasti berpikir, kenapa aku tinggal di sini? benar, kan?" tanya Hayden mendorong kursi roda Ashley.
"Eh, kau bisa baca pikirkanku. Haha ... maaf, bukan maksud merendahkan atau apa-apa. Aku hanya penasaran saja," kata Ashley.
"Karena aku butuh menghemat pengeluaran. Lagipula di sini tidak seburuk yang kau pikirkan. Huniannya nyaman, keamanan terjaga." jawab Hayden.
"Seorang Direktur, menghemat pengeluaran?" gumam Ashley bingung.
"Nanti aku jelaskan detailnya kalau kita sudah sampai," kata Hayden.
Hayden menekan tombol lift dan tidak beberapa lama pintu lift terbuka. Ia menekan lantai tujuan dan pintu lift tertutup. Tidak lama mereka sampai di lantai tujuan, pintu lift terbuka dan Hayden mendorong kursi roda Ashley keluar dari dalam lift.
"Apa kamar di lantai ini ada penghuninya semua?" tanya Ashley.
"Em, entahlah. Aku tidak tahu soal itu. Aku jarang bertemu tetangga," jawab Hayden.
"Hayden ... " panggil seseorang yang tak asing.
Hayden dan Ashley bersama-sama menatap arah suara. Tepat di hadapan mereka, berdiri seorang wanita. Dan itu adalah Julia, mantan kekasih Hayden.
Cuma bab terakhir ini terkesan buru-buru.
Semangat berkarya ya Author........