Light Merlin ditakdirkan sebagai seorang titisan March, dewa yang telah tersegel ribuan tahun. Dirinya yang dibebankan misi untuk membebaskan sang dewa justru harus menelan kekalahan pahit. Ia terdampar ke sebuah negeri bernama Jinxing dan mengembara sebagai pendekar pedang bergelar "Malaikat Maut Yiyue".
Misinya kali ini sederhana. Menaklukkan semua dewa dan mengalahkan musuh yang membuatnya sengsara. Namun, ternyata konspirasi di balik misi tersebut tidaklah sesederhana itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUKE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyaris
Hans mengarahkan drone-nya pada ketiga lawan yang siap bertempur. Lelaki itu tersenyum.
"Aku yakin kalian suka kejutan," ucapnya.
Berdasarkan data yang ditampilkan panel identitas, orang yang rambutnya panjang bernama Luke, pengguna aliran tenang dengan kadar flow 70%. Kemudian, pemuda berambut ikal namanya Hugh, aliran manipulasi sebesar 60%. Sementara itu, Frank adalah nama lelaki botak plontos yang sedari tadi tak sabar ingin menggempur Hans. Ia seorang pengguna aliran deras dengan kadar flow 65%.
"Clara, bantu aku," ujar Hans.
"Dengan senang hati."
"Hey, bagaimana denganku?" Abraham protes.
"Untuk sementara, kau nonton dulu, ya!" Hans menjulurkan lidah.
"WOY, DASAR KURUS SIALAN!!!" raung Abraham tak terima.
Hans dan Clara harus menghadapi tiga orang calon kadet sekaligus. Mereka kalah jumlah. Akan tetapi, seperti yang dikatakan Hans, mereka punya kejutan. Kejutannnya adalah aliran milik Clara.
"Blokade jalurnya!" perintah Hans.
"Aliran Mutasi: Tembok Es!"
Clara mengeluarkan lapisan es tembal yang menutupi gerbang jalan keluar. Untuk sekarang, tiada siapa pun yang bisa melewati jalur tersebut. Luke dan kedua temannya tentu kaget, tak mengira ada seorang pengguna aliran mutasi yang akan menjadi lawan mereka. Meski demikian, tiga orang tersebut tetap nekat menyerang karena sudah telanjur basah.
"Aliran Tenang: Ubur-Ubur!" ucap Luke.
Sepasang ubur-ubur biru seketika keluar dari tangan Luke. Makhluk kenyal itu melayang cepat menuju Hans dan Clara. Tak sampai sedetik, kedua ubur-ubur itu berubah menjadi bola air dan menempel di tubuh targetnya. Clara langsung terpatung. Tubuhnya seperti kena setrum.
Hans sempat memejamkan mata sebelum ubur-ubur menyentuhnya.
"Aliran Tenang: Benang!"
Kelima jari tangan kiri Hans seketika menembakkan benang biru berkilauan yang langsung melilit ubur-ubur di depannya. Ubur-ubur itu meleleh akibat terjerat kuat.
"A-aku nggak bisa bergerak," ujar Clara panik.
"Efek paralis," sahut Hans. "Aku akan melindungimu sampai efeknya selesai."
Hans bergerak maju menyerang tiga orang di hadapannya. Pemuda itu kembali menembakkan benang biru untuk melilit musuh-musuhnya. Luke yang sadar segera melompat mundur, sementara Frank justru ikut maju mendekati Hans.
"Aliran Deras: Batu Sungai!" teriaknya.
Kepala botak Frank dibungkus oleh lapisan air. Ia berlari ke arah Hans sambil berusaha menyudulnya. Sang lawan yang melihat hal tersebut segera menarik benangnya kembali.
"Aliran Tenang: Simpul!"
Jemari Hans begitu luwes bergerak membentuk sebuah simpul. Setiap kali jarinya bergerak, benang air juga ikut bergerak. Dalam sekejap, lelaki itu berhasil menahan pergerakan Frank dengan simpul jaring laba-labanya.
Frank tidak bisa maju lebih jauh karena kaki dan tangannya dijerat kuat sekali. Sama halnya dengan Luke dan Hugh, mereka tidak bisa mendekati Hans kecuali harus menembus jaring benang miliknya.
"Hugh, giliranmu!" perintah Luke.
"Siap, Bos!" Hugh menyeringai. "Aliran Manipulasi: Mencair!"
Tanpa diduga-duga, Hugh sanggup mencairkan tubuhnya sampai menjadi genangan air. Dalam wujud tersebut, ia dapat mendekati Hans melalui celah yang ada pada jaring. Ketika sudah sampai di depan lawannya, Hugh kembali menjadi manusia dan langsung melancarkan serangan.
Pemuda berambut ikal itu mengayunkan tinju tepat ke wajah Hans. Lawannya meringis menahan sakit. Meski begitu, Hans tidak mau kalah. Ia melayangkan tendangan ke arah Hugh, tetapi berhasil dihindari.
Karena satu tangannya digunakan untuk mengendalikan benang, Hans tidak bisa leluasa bertarung. Ia hanya berusaha mengimbangi serangan Hugh dengan menangkis dan menahan sakit.
"Ayolah, Jangkung. Jangan menahan diri!" Hugh memanas-manasi. "Rasakan ini!" Ia meninju perut Hans sampai memuntahkan air liur.
"Boleh juga kau," lirih Hans tersenyum tipis. "Aliran Tenang: Perangka—!"
"Aliran Mutasi: Kunci Es!" Clara menyerobot ucapan Hans.
Tiang es menyeruak dari dinding dan meenghantam Hugh. Pemuda itu panik saat tubuhnya membeku. Luke juga melongo karena tidak menyangka kalau aliran mutasi Clara bisa semengerikan itu.
"Akan kuurus sisanya," ujar Clara.
"Terima kasih," gumam Hans, lalu tersungkur.
Sialnya, jaring benang yang menjerat Frank berhasil diputus. Lelaki itu sontak melesat seperti roket dengan kepala berkilauan menuju Clara. Lawannya yang belum siap hanya bisa memejamkan mata karena tidak sempat merapal mantra. Tatkala Clara berpikir dirinya akan tamat, Abraham tiba-tiba muncul di depannya.
"Aliran Deras: Batu Karang!" Abraham berteriak.
Lelaki besar itu membungkus seluruh tubuhnya dengan lapisan air dan menahan sundulan super keras dari Frank.
BRUAKK!!!
Batu karang dengan batu sungai bertabrakan. Gelombang kejut menyebar ke seisi lorong, membuat siapa pun harus bertahan agar tidak terpental. Ketika kondisi sudah cukup kondusif, Clara mencoba memeriksa keadaan. Ternyata Frank sudah terkapar dengan kepala benjol, sedangkan Abraham hanya menguap kebosanan.
"A-apa-apaan ini!?" Luke tertegun mendapati kedua temannya kalah telak. Tanpa basa-basi, pemuda itu langsung kabur ketakutan.
"WOY, KEMARI KAU!" bentak Abraham.
"Gerbangnya!" seru Clara tiba-tiba.
Gadis itu melelehkan tembok yang memblokade jalan ke gerbang. Hasilnya membuat mereka semua kecewa. Waktu satu menit telah berakhir. Sekarang gerbang itu tertutup.
Abraham yang murka mencoba meringsek masuk dengan menabrak gerbang tersebut. Namun, ia malah jadi sempoyongan karena kalah kuat dengan gerbangnya.
"Sial! Kita harus cari jalur lain," ujar Hans. Ia terduduk karena kehabisan energi.
"Apa sebaiknya kita susul Light dan Kiana?" tanya Clara. "Mereka mungkin juga mencari kita."
"Ide bagus. Ayo kita pergi." Hans berusaha berdiri meski tergopoh-gopoh.
"Kau baik-baik saja, Hans?" Clara mencoba membantu Hans.
"Entahlah. Rasa-rasanya kadar flow-ku cepat sekali habis di sini. Apa mungkin Duodenum bisa menyedot kadar flow seseorang, ya?"
"Aku juga merasakannya. Kadar flow-ku berkurang drastis walaupun cuma merapal satu mantra."
"Ah, merepotkan sekali! Lebih baik kita fokus mencari Light dan Kiana dulu. Ayo!" Hans berjalan lesu.
"Hans! Bagaimana dengan Abraham?" Clara menunjuk Abraham yang terkapar di lantai.
Hans sontak tersenyum pasrah. Pupilnya bergetar seperti ingin menangis. Lelaki itu seolah baru saja ditimpa beban terberat dalam hidupnya.
"Bantu aku menyeret gorila merepotkan itu, Clara."
\~\~o0o\~\~
Light dan Kiana masih di tengah perjalanan menuju ujung jalur yang mereka pilih. Light tampak gelisah, terutama setelah pengumuman mengenai dua belas orang yang telah lolos. Ia tak menyangka seberapa besar pengaruh faktor keberuntungan dalam pelatihan kali ini. Kalau sampai dirinya gagal menjadi salah satu calon kadet yang lolos, Light tidak tahu lagi harus menaruh muka di mana.
"Gelisah cuma akan memperburuk keadaan, Liam," tegur Kiana.
"Aku berusaha tenang, Keiy, tapi susah. Kau tahu sendiri, ‘kan, seperti apa kebiasaan burukku?" Light menghela napas berat.
"Dari kecil kamu mudah sekali gugup, apalagi di saat-saat genting. Apa itu juga yang membuat kesulitan menghadapi Abraham?"
"Harusnya iya." Light membuka panel untuk menganalisis dirinya. "Karena aliran manipulasi butuh kadar flow yang stabil, aku jadi kesulitan bertarung kalau gugup atau kaget. Tapi, ada sesuatu yang aneh."
"Apa maksudmu?" Kiana penasaran.
"Penurunan kadar flow-ku ketika menghadapi Abraham terlalu jauh. Dari 90% menjadi 45%. Itu rekor kadar flow terburuk sepanjang hidupku. Sekarang kadarnya kembali normal lagi."
"Menurutmu apa yang menyebabkan itu?"
"Masih belum tahu. Faktor utamanya pasti keadaan mentalku yang tidak stabil saat kaget. Itu sudah biasa, dan paling-paling kadarnya menurun jadi 70%. Kalau tiba-tiba jadi 45%, sepertinya ada yang salah dengan tempat ini," tutur Light.
"Duodenum, ya?" Bibir tipis Kiana terkulum. "Tempat ini memang masih terhitung baru. Mungkin ada protokol yang bermasalah," simpulnya.
"Bisa saja begitu. Tapi, untungnya aku bertemu dia. Clara."
"Liam, kamu terlalu nekat buat bergaul dengannya, tahu. Kalau Papahmu tahu, kamu pasti dihukum," tukas Kiana.
"Iya, aku tahu. Terkadang jadi bangsawan itu rasanya menyebalkan. Aku tidak bisa bebas memilih teman atau orang untuk diajak bicara. Semuanya diatur, seolah-olah aku tidak sanggup mengurus diri sendiri," ketus Light.
"Mau bagaimana lagi? Sudah menjadi tanggungjawab kita buat meneruskan nama besar keluarga. Kalau sampai salah pergaulan, kita sama saja menghancurkan apa yang selama ini leluhur kita bangun."
"Tapi, kau juga suka berteman dengannya, 'kan?" Pertanyaan Light membuat Kiana tercenung. "Clara tidak seburuk rumor yang beredar. Dia itu manusia, sama seperti kita."
"Aku percaya Clara adalah gadis yang baik. Hanya saja, di dalam dirinya ada darah orang Bumi. Kamu sendiri tahu sebesar apa kebencian rakyat Mars pada Bumi. Kita dengan mereka bagaikan air dengan minyak."
"Aku harap Clara punya kesempatan untuk menghapus stigma buruk tentang darah ayahnya. Jika kesempatan itu datang, aku juga ingin membantunya tanpa keraguan. Karena … dia sudah membantuku tanpa ragu-ragu." Light tersenyum antusias.
Senyuman Light luntur tatkala bayangan seseorang berkelebat di lorong tempat mereka berada. Ia dan Kiana segera berbalik untuk memastikan siapa pemilik bayangan tersebut. Ternyata di belakang mereka sudah ada seorang pemuda berwajah pucat yang menenteng tas kopor.
"Ketemu juga akhirnya," ujar orang itu.
(Bersambung)
Ilustrasi karakter sampai saat ini:
1. Luke
Mungkinkah beneran 😱😱
Meskipun ini pasti nadanya emosi tapi aku yang lagi nyari referensi kalimat makian buat tokohku malah demen wak 🤣
Semoga aja dia bisa mengemban itu
Aku suka aku suka
Aku ampe bingung mo dukung siapa karena awalnya mereka saklek semua 😅
Sekarang mungkin aku sudah menentukan pilihan
Dewa egois katanya
Tapi.... pasti ada plot twist nanti