Kehebatan ilmu bela diri serta kejeniusannya dalam bidang obat-obatan, mengantar Zhao Jun ke jurang maut mengerikan!
Zhao Jun dikhianati, dibunuh, dan semua hal termasuk gelar 'Tabib Jenius'-nya itu direnggut oleh sahabatnya.
Kematiannya yang tragis membuat Zhao Jun bersumpah pada langit, bahwa jika dia diberi kesempatan untuk hidup kembali, dia akan membalaskan dendam pengkhianatan ini berkali-kali lipat!
Dan ternyata, Dewa mengabulkannya. Zhao Jun terlahir kembali di tubuh seorang pemuda payah di pinggiran kota.
“Hmph! Aku akhirnya terlahir kembali! Dengan tubuh baruku ini, aku pastikan dendamku terbalaskan!”
Dengan ini, perjalanan Zhao Jun membalas dendam sebagai reinkarnasi Tabib Jenius pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shennaartha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Tunangan Berkhianat!
“Beraninya dia mendekati tunanganku?! Apa dia juga ingin merebutnya dariku?” geram Zhao Jun rendah.
Dari posisinya sekarang ini Zhao Jun bisa melihat Liu Chang dan seorang wanita yang barusan turun dari kereta kuda tersebut tengah berjalan berdampingan ke arah ruang dalam gedung Balai Obat Surgawi.
Meskipun sikap wanita itu tampak masih agak acuh tak acuh, tapi dia juga masih sesekali merespons Liu Chang yang terus mepet-mepet dengannya.
Wajah wanita itu ditutup kain cadar tipis. Sesekali, cadarnya akan terbang tertiup angin. Tapi bukan itu hal yang membuat Zhao Jun salah fokus.
Melainkan jejak air mata di pipinya yang masih terlihat jelas. Serta tatapan mata yang berkaca-kaca. Agaknya dia baru saja menangis.
“Apa kau menangisiku, Ying Fei?”
Dan memang, nama wanita itu adalah Ying Fei.
Dia adalah putri bangsawan Kekaisaran Nan tercantik penuh talenta yang menjadi kekasih Zhao Jun dan pada akhirnya resmi bertunangan bulan lalu.
Zhao Jun dan Ying Fei saling mencintai, sebab hubungan mereka juga sudah berjalan bertahun-tahun lamanya.
Semua orang memuja mereka berdua sebagai pasangan sempurna.
Sementara Zhao Jun jenius dengan ketampanan di atas rata-rata. Lalu Ying Fei sendiri mendapat peringkat gadis tercantik nomor satu di ibukota Kekaisaran Nan.
“Maafkan aku, Ying Fei. Aku sudah pergi lebih dulu dan mengingkari janjiku padamu. Tapi ini semua juga karena Liu Chang!” gumam Zhao Jun sangat lirih.
Hati Zhao Jun pun sangat sakit setelah melihat Ying Fei menangis seperti itu. Dia pasti sedih karena kematiannya yang mendadak. Padahal pernikahan mereka akan segera dilangsungkan beberapa bulan lagi.
“Maaf juga karena aku juga hampir melupakanmu setelah menghadapi kematianku kemarin. Hari-hari ini sangat berat untuk kuterima dengan ikhlas.”
Akan tetapi, belum juga Zhao Jun selesai membatin, dia justru dikejutkan dengan pemandangan yang begitu menyesakkan!
Dia yang masih mengikuti Liu Chang dan Ying Fei sampai masuk ke ruangan dalam bagian samping dekat gazebo taman itu terkejut luar biasa saat Ying Fei mengusap air matanya dan melepaskan cadar dengan senyum lebar!
“Ap-apa? Kenapa Ying Fei tiba-tiba tersenyum sambil membuka cadarnya?!” batin Zhao Jun kaget.
Untuk pertama kalinya, Zhao Jun melihat Ying Fei membuka cadarnya dengan bebas. Padahal, saat bersamanya saja dia tidak pernah membuka cadar. Senyumnya selalu dibatasi cadar, tampak samar.
Kecantikannya yang dikatakan nomor satu di seluruh ibukota itu tak pernah benar-benar dia lihat secara langsung. Tapi dia tidak mempermasalahkannya.
Karena Zhao Jun jatuh cinta pada Ying Fei karena sikapnya yang baik dan hangat. Apalagi saat dia melihat Ying Fei sering menolong rakyat yang kesulitan.
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
Dan tiba-tiba saja Liu Chang menarik pinggang Ying Fei ke pelukannya dan mereka berpelukan begitu erat. Raut bahagia dengan senyuman lebar juga menghiasi wajah mereka berdua.
Mereka tampak begitu mesra dan mirip sepasang kekasih yang saling mencintai.
“Apa-apaan ini?!” geram Zhao Jun lagi di dalam hati.
Tangannya sudah mengepal sangat kuat, sampai buku jarinya memutih semua. Urat nadi di lehernya juga tampak menonjol. Wajahnya merah padam, menahan amarah.
Setelah itu, Zhao Jun akhirnya mendengar percakapan mereka meskipun agak lirih.
“Kak Liu, akhirnya hari ini tiba juga. Setelah ini, kita tidak perlu repot bersembunyi dari semua orang. Kelak, kita bisa bersama dengan terang-terangan!”
Liu Chang mengangguk sambil mengulurkan tangannya untuk mengusap pelan wajah Ying Fei yang cantik dengan sangat lembut dan hati-hati.
“Iya, Sayang. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang Zhao Jun itu sudah mati. Kita hanya perlu menikmati waktu bersama dengan santai.”
Senyuman lebar tumbuh di bibir Ying Fei.
“Aku benar-benar senang karena tidak perlu menikah dengannya terlebih dahulu untuk bisa lebih sering bertemu denganmu. Aku tidak bisa hidup dengan orang yang tidak aku cintai!”
Mendengar ini, Zhao Jun seperti disambar petir tanpa adanya angin dan hujan. Telinganya hampir berdengung hebat karenanya. Dia bahkan mengira dia salah dengar!
Namun, perkataan Liu Chang selanjutnya membuatnya sadar kalau apa yang diucapkan oleh Ying Fei memang benar demikian, dia tidak salah dengar.
“Tenanglah. Bukankah sekarang kita sudah bersama? Selamanya juga akan seperti itu.”
“Hmm. Terima kasih banyak!”
Keduanya kembali berpelukan dengan erat. Setelah itu, mereka berbisik satu sama lain, sebelum akhirnya Liu Chang meminta Ying Fei memakai cadarnya lagi.
“Ayo keluar. Kau harus bersikap seperti kekasih yang patah hati karena ditinggal mati calon suamimu. Kalau tidak, mereka semua pasti akan curiga dan bertanya-tanya.”
“Um! Tidak perlu khawatir. Aku akan mengatasinya.”
Berikutnya, mereka berdua keluar melalui pintu lain yang berbeda.
Jelas bertindak demikian supaya tidak ketahuan kalau mereka baru saja bertemu dan bermesraan bersama!
Sedangkan Zhao Jun yang masih bersembunyi di balik tumpukan kotak lemari penyimpanan obat, kini akhirnya keluar dan berdiri dengan menatap nanar tempat di mana Liu Chang serta Ying Fei berpelukan barusan.
Untuk beberapa alasan, Zhao Jun terdiam membisu. Dia tampak linglung dan bingung seolah dunianya gelap dan hancur secara tiba-tiba. Ekspresinya kosong, auranya memudar.
Dia jelas sangat terpukul setelah melihat satu lagi orang yang paling dia percaya, dia sayangi, dia cintai sepenuh hati, berkhianat di depan matanya.
Dan setelah beberapa saat kemudian, Zhao Jun akhirnya tertawa. Tawanya terdengar hambar dan datar. Tidak ada sedikit pun kesenangan di sana. Yang ada hanya kesakitan tiada ujung.
Ibarat kata, saking sakitnya hati Zhao Jun sekarang, alih-alih menangis dia justru tertawa miris!
“Hah! Ha-ha-ha!”
Sambil memukul-mukul dada kirinya yang terasa nyeri, Zhao Jun menggeleng tidak mengerti.
“HA-HA-HA!”
Tubuh Zhao Jun ambruk ke lantai. Dia jatuh berlutut dengan tatapan mata yang mulai menajam.
“Kenapa? Kenapa harus begini?”
Zhao Jun tidak habis pikir, bagaimana bisa Liu Chang dan Ying Fei ternyata saling mencintai, hingga berani bermain api di belakangnya?
Dia juga tidak mengerti, kapan mereka mulai sedekat itu? Lalu, apa yang membuat mereka berbuat demikian kepadanya?
“Ck-ck-ck! Ying Fei, oh Ying Fei.”
Zhao Jun tersenyum dingin. “Kalau aku tidak mati, mungkin aku tidak akan pernah tahu kelakuan busuk kalian di belakangku.”
“Aku juga tidak pernah tahu bahwa sepanjang hidupku, aku ini ternyata adalah orang yang bodoh! Tidak jenius seperti yang dikatakan orang-orang!”
“Kalau tidak, bagaimana bisa aku dibodohi oleh kalian berdua selama bertahun-tahun?”
Zhao Jun mendengus.
“Hmph! Mungkin, aku tidak bodoh. Tapi aku buta dalam melihat kalian. Aku hanya melihat sisi baik kalian tanpa sedikit pun memerhatikan sisi kalian yang lain.”
“Hanya saja Ying Fei, aku benar-benar bingung. Kalau kau mencintai Liu Chang, untuk apa kau menyambutku? Untuk apa kau mau menjadi kekasihku?”
Seketika, Zhao Jun teringat dengan alasan kenapa Liu Chang berkhianat. Dia ingat betul ucapan Liu Chang saat dia sekarat kala itu.
“Oh? Apakah itu karena statusku? Kekayaanku? Ketenaranku? Atau bahkan kewenanganku dalam beberapa hal?”
Zhao Jun kembali tertawa. Tawanya berubah dari yang terdengar miris, menjadi terdengar kejam!
“Baiklah. Sekarang aku tahu bahwa di dunia ini, tak ada sama sekali yang bisa dipercaya. Bahkan, orang terdekat pun, orang yang paling aku sayangi pun sama saja.”
Dengan tangan terkepal, Zhao Jun memicingkan kedua matanya.
“Karena kalian yang memulai, maka aku tidak akan segan membalasnya. Kalian, akan menuai apa yang harus kalian tuai! Jadi kuharap, kalian tidak menyesal!”