Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab7
Seperti biasa kegiatan yang dilakukan Avica hanya menemani anak asuhnya bermain di area taman. Ia jarang mengajak bermain diluar rumah jika tidak dengan majikannya. Karena itu sudah perintah sang majikan. Sedangkan bu Sarah ia sudah lama tidak mengunjungi cucunya karena sedang berada diluar negeri menemani suaminya yang sedang mengurus pekerjaan disana.
"Kak." Panggil Alula pada Avica.
Avica pun menoleh "Iya, ada apa, cantik?"
"Apakah kakak mau menjadi mama Alula? Alula pengen sekali kak Ica jadi mama Alula. Biar nanti kalau Alula sudah sekolah ada yang menemani seperti teman Alula dulu kalau sekolah ditemani mamanya. Sedangkan aku tidak pernah." Ucap anak itu sedih. Mungkin ini permintaan konyol bagi Avica. Bagaimana mungkin ia akan jadi mamanya, status nya saja hanya seorang baby sitter. Jika ia bersanding dengan Abizar itu bagaikan langit dan bumi.
"Kenapa harus kak Ica?" Avica penasaran kenapa anak itu ingin menjadikannya mama.
Alula menundukkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. "Karena Alula pengennya kak Ica. Kak Ica baik, Alula sayang sama kak Ica. Kak Ica mau ya biar nanti Alula bilang sama papa."
"Jangan!" Tolaknya
"Jika Alula bilang ke tuan Abizar bisa-bisa tuan Abizar berpikiran yang tidak-tidak terhadapku." Batinnya
"Kenapa? Apa kak Ica tidak mau?" Tanya Alula
"Bukan begitu Lula. Kita bahas itu nanti saja ya. Kita lanjutin bermainnya." Ucap Avica untuk mengalihkan perhatian anak itu.
Malam pun tiba, entah kenapa Alula belum tidur seperti biasanya. Setiap diajak tidur selalu bilang nanti.
"Alula sayang, ini udah malam lo, biasanya Alula kan udah tidur jam segini. Kita tidur yuk." Ucap Avica. Ia bingung dengan anak itu, entah apa yang ditunggunya.
Alula pun menggeleng. "Sebentar kak, Alula sedang papa." Ucap anak itu.
"Oke, baiklah." Akhirnya Avica pun pasrah. Entah apa yang akan anak itu lakukan jika papanya telah pulang.
Tepat pukul 20.30 Abizar yang sedang ditunggu tak kunjung pulang. Sedangkan Alula yang menunggu sang papa diruang tamu itu sudah sangat mengantuk.
"Kak, kok papa belum pulang sih?" Tanyanya sedikit lesu karena mengantuk.
"Kak Ica juga tidak tahu, Lula. Kalau Lula sudah sangat mengantuk tidur saja yuk." Ajak Avica. Karena dirinya juga sangat mengantuk.
"Tapi Alula pengen ngomong sesuatu sama papa, kak" Ucap anak itu lagi.
"Ngomongnya besok saja ya. Sekarang kita tidur dulu. Pasti papa masih sibuk, jadi belum bisa pulang." Bujuk Avica. Akhirnya anak itupun menurut. Lalu Avica menggendongnya untuk menuju kamar. Setelah sampai kamar tak lupa Avica menutup pintunya lalu menidurkan Alula yang sudah terlelap dalam gendongannya. Barulah dirinya ikut merebahkan diri disamping Alula lalu ikut memejamkan matanya.
Pagi Harinya dimeja makan Alula terlihat cemberut. Entah apa yang membuat Alula seperti itu. Avica yang melihatnya pun bingung padahal tadi sebelum turun untuk sarapan anak itu masih ceria, tetapi setelah bertemu papanya wajahnya langsung berubah.
"Kamu kenapa nak kok cemberut gitu?" Tanya Abizar penasaran. Alula tidak menanggapinya anak itu hanya diam saja.
"Alula, apa papa punya salah sama kamu sayang?" Tanyanya lagi.
"Kenapa tadi malam papa tidak cepat pulang?" Tanya balik anak itu. Mungkin anak itu merajuk pada sang papa.
"Papa kan kerja sayang. Papa kerja juga buat kamu." Jelas Abizar. "Ada apa? Coba bilang sama papa." Ucapnya lagi.
"Papa janji mau menuruti keinginan Alula?" Tanya anak itu. Avica yang berada disampingnya hanya mendengarkan percakapan antara anak dan bapak itu.
"Papa janji, asal Lula bahagia."
"Alula ingin punya mama, pa. Alula pengen kak Ica yang jadi mama Alula." Ucap anak itu dengan sangat antusias.
"Uhuk..uhukk." Avica yang mendengar penuturan anak itu pun tersedak. Sedangkan Abizar hanya mematung bingung harus memberi jawaban apa. Tetapi ia sudah terlanjur janji kepada sang anak. Keinginan anaknya itu tidak main-main. Sedangkan jika ia menuruti keinginan anaknya ia juga tidak boleh main-main untuk menjalin hubungan pernikahan dengan baby sitter anaknya itu. Karena itu berhubungan dengan kebahagiaan anaknya.