MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Kamu mau membawaku ke sebuah tempat?" tanya Zetta.
Alex mengiyakan sambil masih memperlihatkan senyuman manisnya.
"Memangnya kamu mau mengajakku kemana?" tanya Zetta lagi.
"Kalau aku memberitahu pada Kak Zetta sekarang, namanya bukan kejutan lagi." Alex mengelak memberi tahu.
"Haish, kamu mau main rahasia-rahasiaan segala."
"Aku jamin Kak Zetta tidak akan menyesal ikut denganku, malah akan sangat senang."
Zetta terdiam dan memandang Alex sejenak, sedangkan Alex terlihat menatapnya dengan penuh harap. Tampaknya pemuda itu telah menyiapkan sesuatu yang istimewa untuk Zetta dan akan sangat kecewa jika Zetta tak mau melihatnya.
"Bilang dulu padaku, kita mau ke mana," punya Zetta kemudian.
"Tidak, ini kejutan," tolak Alex sambil menggeleng tegas.
"Astaga, kamu ini sok misterius sekali." Zetta akhirnya tak bisa menahan kekehannya.
Perempuan itu tertawa renyah melihat ekspresi Alex, sehingga membuat aura di wajahnya menjadi berkali-kali lipat lebih bersinar dibandingkan dengan sebelumnya.
Tanpa Zetta sadari, dari kejauhan Keenan masih memperhatikan mantan istrinya itu. Tawa Zetta tampak begitu lepas dan ekspresi wajahnya juga terlihat sangat bahagia, semua ekspresi itu tak pernah Zetta tunjukkan di depan Keenan. Jangankan tertawa, Zetta bahkan tak pernah sekali pun memperlihatkan senyumannnya. Tentu saja hal itu karena Keenan tak pernah memberinya alasan untuk tersenyum apalagi tertawa. Tapi sudah pasti Keenan tidak akan menyadari alasannya dan tidak mau tahu juga.
Keenan terlihat mengepalkan tangannya dengan wajah yang mengeras. Entah apa yang dia rasakan saat ini melihat mantan istrinya bercengkrama dengan sangat akrab dengan seorang lelaki tampan dan muda, namun rasanya darahnya mendidih sampai ke ubun-ubun. Dia marah, tapi sudah pasti menyangkal jika ada yang mengatakan dirinya sedang merasa cemburu.
''Sudahlah, Keenan, memangnya apa yang membuatmu marah? Perempuan itu telah begitu akrab dengan seorang lelaki, bahkan sebelum perceraian kalian resmi tercatat. Bukankah itu artinya dia telah berselingkuh sejak jauh sebelumnya? Lalu apa yang kamu sesalkan? Tidak ada ruginya sedikitpun membuang istri yang telah berselingkuh!"
Keenan meyakinkan dirinya sendiri jika perpisahannya dengan Zetta adalah yang terbaik untuknya.
Toh, dia juga menikah dengan Zetta karena terpaksa dan tak pernah mencintainya sedikit pun. Lalu kenapa sekarang hatinya harus merasa risau?
Dengan perasaan yang masih bergejolak karena amarah, Keenan akhirnya masuk ke dalam mobilnya. Dia melajukan kendaraannya itu meninggalkan pelataran gedung kantor pengadilan masih dengan kepala panas menahan murka. Sementara itu, zetta secara tiba-tiba menghentikan tawanya dan menoleh ke arah tempat Keenan sebelumnya memperhatikan dirinya dari kejauhan.
Tak ada orang di tempat itu, tapi entah kenapa tadi Zetta merasa jika sebelumnya di sana dia melihat seolah Keenan yang tengah memandang ke arahnya. Zetta pun terlihat berpikir sejenak, lalu menyimpulkan jika dirinya sedang salah lihat.
"Ayo, kita berangkat, Kak." Suara Alex membuyarkan lamunan Zetta. Pemuda itu telah membukakan pintu mobil untuk Zetta dan mempersilakan Zetta masuk.
Zetta pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam mobil tersebut karena merasa penasaran dengan kejutan yang Alex siapkan untuknya. Mereka kemudian meluncur meninggalkan tempat itu, menuju ke sebuah tempat yang katanya akan membuat Zetta merasa senang saat melihatnya.
Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah restoran yang cukup mewah. Segera Zetta dan Alex turun dari mobil dan masuk ke dalam restoran tersebut.
"Karena ini kejutan, Kak Zetta harus menutup mata terlebih dahulu," ujar Alex sambil menutup mata Zetta dengan kedua tangannya.
"Astaga, kamu ini benar-benar, ya." Zetta protes dengan apa yang dilakukan Alex.
Namun begitu, Zetta tak menyingkirkan tangan pemuda itu yang menutupi matanya. Dia melangkah sesuai dengan arahan Alex hingga kemudian pemuda itu menyuruhnya berhenti.
Alex menyingkirkan tangannya dari mata Zetta, bersamaan dengan Zetta yang perlahan kembali membuka matanya. Seketika pemandangan yang Zetta lihat membuat perempuan itu terkesiap dengan mata yang agak melebar.
"Kakek?" gumam Zetta tak percaya saat melihat sosok lelaki tua yang tengah duduk di salah satu meja restoran.
Lelaki tua yang ternyata adalah kakek Zetta itu tersenyum pada cucunya.
"Apa kabar, cucuku? Sudah lama Kakek tidak bertemu denganmu," ujar sang Kakek dengan suara tuanya yang khas.
Dada Zetta mendadak bergemuruh hebat. Dia berhambur ke arah kakeknya dan memeluk lelaki tua itu dengan perasaan haru yang tak mampu dibendung, sampai-sampai airmatanya jatuh tanpa permisi lagi.
"Bagaimana keadaanmu selama ini? Kenapa kamu tidak pernah mengunjungi Kakek?" tanya Kakek Zetta sambil membelai lembut pucuk kepala sang cucu.
Rasa bersalah tiba-tiba saja memenuhi hati Zetta. Begitu fokus dia mengabdikan diri pada Keenan dan keluarganya selama menikah dengan lelaki itu, sampai tak mempedulikan yang lain lagi, termasuk menanyakan kabar dan mengunjungi keluarganya sendiri. Entahlah, mungkin saat ini rasa cintanya terhadap Keenan tanpa sadar membuatnya menjadi orang yang sangat tak masuk akal.
Zetta sebenarnya berasal dari keluarga yang terpandang. Di masa lalu, ayahnya memiliki sebuah perusahaan yang cukup besar, namun kemudian lelaki itu hancur karena masuk ke dalam perangkap seseorang. Karena perangkap jahat tersebut, ayah Zetta harus menjual perusahaannya sendiri. Semua dana perusahaan yang didapat dari para investor juga lenyap hingga ayah Zetta pun akhirnya dipecat dari perusahaan yang dia dirikan sendiri.
Zetta menghela nafasnya dan berusaha untuk menenangkan dirinya. Sesaat kemudian, dia mengurai pelukannya dan duduk dengan benar di kursi yang ada di samping sang kakek, sedangkan Alex juga ikut duduk di kursi yang lain.
"Zetta, sebenarnya Kakek meminta Alex untuk membawamu menemui Kakek di sini karena ada hal penting yang ingin Kakek sampaikan," ujar Kakek Zetta kemudian. Nada bicaranya berubah menjadi lebih serius daripada sebelumnya.
"Ada hal penting yang ingin Kakek bicarakan padaku?" ulang Zetta.
Kakek Zetta menganggukkan kepalanya, lalu menghela nafasnya sejenak. Kelihatannya apa yang ingin disampaikan oleh lelaki tua itu benar-benar sesuatu yang serius.
"Ini tentang kasus yang menimpa ayahmu dulu," ujar Kakek Zetta lagi.
Zetta terdiam, menunggu kakeknya itu mengatakan lebih banyak lagi.
"Selama ini Kakek telah berusaha sekuat tenaga menyelidiki apa yang terjadi. Dan sepertinya apa yang menimpa ayahmu ada hubungannya dengan keluarga Fernandez."
"Keluarga Fernandez?" ulang Zetta tak percaya. Keluarga Fernandez adalah keluarga di mana Helia berasal.
"Benar, saat itu, demi untuk menyelamatkan ayahmu, Kakek terpaksa sampai harus memberikan saham perusahaan kita pada keluarga Fernandez sebesar 51%. Tapi semakin diselidiki, sepertinya semua itu memang telah diatur oleh mereka. Besar kemungkinan mereka yang telah menjebak ayahmu untuk mengambil alih perusahaan kita," ujar Kakek Zetta lagi.
"Apa?" Zetta bergumam tak percaya. Ternyata keluarga Fernandez adalah dalang dari rencana jahat yang menjebak ayahnya di masa lalu.
"Sekarang Kakek telah berhasil mendapatkan kembali saham tersebut, tapi Kakek masih belum bisa menemukan dana yang hilang waktu itu. Kakek ingin menyerahkan saham itu padamu, Zetta. Tapi sebagai gantinya, kamu harus menggantikan Kakek mengungkap semua yang terjadi saat itu," tambah kakek Zetta lagi.
Zetta menatap kakeknya dengan sorot mata yang tajam dan ekspresi serius yang tak pernah dia perlihatkan sebelumnya. Kedua tangannya tampak agak mengepal, menandakan ada sesuatu yang sedang berusaha dia tahan.
"Kakek, serahkan semuanya padaku. Aku akan menyelidikinya. Aku berjanji akan mencari sampai dapat semua kebenaran dari kasus yang menimpa Ayah. Aku juga akan menemukan dana perusahaan Ayah yang dicuri waktu itu beserta orang yang telah mencurinya," gumam Zetta kemudian dengan penuh kesungguhan.