Kayla datang untuk menghadiri pesta pernikahan sepupunya. Namun, pernikahan itu menjadi pernikahan mendadak baginya karena sepupunya kabur dari rumah.
Untuk menutupi rasa malu pada tamu undangan, Ibu Kayla meminta Kayla menggantikan posisi sang sepupu. Dia tak ingin nama baik keluarga besar menjadi cemoohan tamu undangan.
Kayla tidak bisa menerima pernikahan ini, tapi demi mengabulkan permintaan sang ayah yang di paksa ibunya untuk membujuk Kayla, akhirnya dia terpaksa menerima takdirnya.
Dengan terpaksa dan hati yang luka Kayla melaksanakan permintaan sang ayah, pria terhebat dihidupnya.
Perjodohan ini mengantarkan mereka pada cinta pertama yang dulu sempat dikuburnya.
lanjut baca yukk...novel ini akan update setiap hari 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Ghina Fithri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Apa?"
Kayla mengernyitkan dahinya, dia yakin ayahnya akan membicarakan masalah yang sangat penting.
"Dulu, sewaktu kamu masih kecil ayah sering membawamu ke sini, tapi semenjak kita pindah ke Bandung. Ayah tidak pernah lagi membawa kamu ke tempat ini," ujar Bram memulai pembicaraan.
Dia menatap jauh pada lautan lepas, menyelami kenangan di masa lalu.
"Ayah menangis?" tanya Kayla mulai khawatir melihat buliran benih jatuh di pipi sang ayah.
Bram menoleh pada gadis yang sangat disayanginya, dia menatap intens pada gadis itu.
"Sejak ada kamu dalam hidup ayah, hidup ayah berwarna. Kamu pelipur lara hati ayah di saat ayah dirundung kesedihan,"
"Kamu selalu menjadi pelepas dahaga di saat ayah lelah bekerja, kamu adalah anak ayah!" Bram mulai terisak.
"Yah," lirih Kayla.
Dia bingung harus berbuat apa, dia tidak bisa memeluk ayahnya karena teringat sang ayah sudah bertahun-tahun tidak melakukan itu padanya.
"Kayla, apakah kamu mau melakukan apa yang ayah minta?" tanya Bram mulai pada inti pembicaraan.
"Apa pun yang ayah minta, adalah kewajiban Kayla untuk melakukannya, karena di dunia ini ayah telah memberikan segenap kasih sayang ayah untuk Kayla," jawab Kayla penuh keyakinan.
"Kamu yakin, Nak? Walaupun ayah memintamu melakukan sesuatu yang tidak kamu suka?" tanya Bram pada putrinya.
"Apa sebenarnya yang ingin ayah minta dariku?" gumam Kayla mulai bertanya-tanya di hatinya.
"Katakan, Yah! Jangan buat aku bingung!" pinta Kayla.
Matanya mulai berkaca-kaca, dia semakin takut sang ayah meminta hal yang tidak bisa dilakukannya.
Bram mengubah posisinya, kini dia dan Kayla saling berhadapan.
"Satu hal yang harus kamu ketahui, permintaan ini adalah permintaan yang paling menyakitkan buat ayah." Bram tak dapat lagi menahan sakit yang dipendamnya.
"Ibumu meminta ayah untuk mengizinkan kamu menjadi pengantin pengganti Irene, sepupumu." Akhirnya Bram mengatakan inti pembicaraan mereka.
"A-apa?" lirih Kayla tak percaya apa yang baru saja didengarnya.
Dia melangkah mundur sambil menggelengkan kepalanya.
"Ti-tidak mungkin, Yah," lirihnya.
Kayla pun menjatuhkan tubuhnya, hijabnya yang panjang kini mulai menyapu tanah.
Bram merasa hancur melihat ekspresi Kayla, dia sendiri tak tahu harus bagaimana.
Dia harus memilih antara Rayna dan Kayla, sehingga terpaksa memilih Kayla yang sudah mulai dewasa karena Rayna masih sanga muda.
Bram hanya bisa menyesali keputusannya, kali ini dia tidak bisa berbuat tegas. Ancaman dari istrinya membuat dirinya tak berdaya.
Keheningan terjadi di antara Ayah dan anak itu. Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Kayla pun mulai berdiri setelah beberapa waktu meratapi takdir yang akan dijalaninya.
“Yah, apakah Kay juga harus berhenti kuliah?” Tanya Kayla mendekati sang Ayah.
Bram menoleh ke arah putrinya.
“Ayah akan perjuangkan sekolahmu, Nak. Ayah tidak akan pernah membiarkan kamu putus kuliah karena ini,” ujar Bram.
Dia melihat sorot mata penuh harap di manik sang putri. Kini terlihat Kayla mulai tegar, pipinya yang sembab kembali ceria demi sebuah senyuman di wajah pria hebatnya.
“Kayla akan melakukan apa yang ayah minta, permintaan ayah adalah kewajiban bagi Kayla,” ujar Kayla berusaha mengulas senyumnya.
“Terima kasih, Nak. Kamu putri ayah yang sangat ayah sayangi,” ujar Bram.
Di lain tempat, Wisnu menemui Surya di perusahaannya. Dia ingin menyampaikan beberapa persyaratan yang diajukan Bram pada Surya.
“Wisnu?” Surya kaget saat sahabatnya dating menemuinya di kantor.
“Kamu sedang sibuk?” Tanya Surya langsung.
“Tidak, silakan duduk!” ujar Surya, dia berpindah ke sofa yang tersedia di ruangannya.
“Ada apa, Nu?” tanya Surya penasaran dengan kedatangan Wisnu.
“Aku ingin membahas pernikahan anak kita!” ujar Wisnu ragu-ragu.
“Kamu tidak ingin membatalkan pernikahannya, kan?” tanya Surya khawatir.
“Tidak, tidak!” Wisnu menggelengkan kepalanya.
“Lalu?” tanya Wisnu.
“Begini, Nu. Sesuai kesepakatan kita. Kita akan menikahkan putra dan putri kita setelah kerja sama terjalin di antara kita.” Wsnu menghela napas sejenak.
“Lalu?” lirih Wisnu.
“Bolehkah aku mengajukan beberapa persyaratan dalam pernikahan mereka nanti?” tanya Wisnu pada sahabatnya.
“Mhm, syarat apa?” tanya Surya semakin penasaran.
“Gadis yang akan menikah dengan putramu adalah putri dari adikku, dia masih kuliah di salah satu Universitas di Jakarta. Setelah menikah, dia ingin tetap kuliah. Bisakah kalian mengizinkannya tetap kuliah?” tanya Wisnu pada Surya.
“Oh, itu permasalahannya.” Surya tersenyum.
“Sebenarnya putraku juga masih kuliah, kami terpaksa mencari jodohnya saat ini karena dari jauh hari dia sudah menolak untuk mengembangkan bisnisku.” Surya mulai menceritakan perdebatannya dengan sang putra beberapa bulan yang lalu.
Flash back On.
“Raffa ingin menjadi motivator terkenal, Pa!” bantah Raffa saat sang papa memintany untuk menjadi penerus perusahaan yang sudah dirintisnya.
“Lalu siapa yang akan melanjutkan perjuangan papa, selain kamu?” tanya Surya pada putranya.
“Entahlah, aku tidak tertarik dengan dunia bisnis!” jawab Raffa cuek.
“Percuma selama ini pap berjuang untuk kamu, dan ini balasannya?” bentak Surya pada sang putra.
Mama Raffa langsung menghampiri mereka yang sedari tadi berdebat tanpa adanya solusi dari perdebatan itu.
“Raffa, jika kamu menyayangi kami. Urutilah keinginan kedua orang tuamu ini, Nak!” pinta Arumi pada putra semata wayangnya.
Raffa hanya diam, dia mulai berpikir sejenak tentang masa depan yang diangan-angankannya.
“Baiklah, aku akan mengikuti kemauan Mama dan Papa dengan beberapa syarat,” ujar Raffa mulai memutuskan.
“Apa?” tanya Surya dan Arumi serentak pada putra mereka.
“Aku akan melanjutkan perjuangan papa di perusahaan setelah aku selesai kuliah S1 dan S2, serta setelah ada wanita yang mau menjadi istriku tanpa mengenali diriku sebelumnya!” ujar Raffa memberi tantangan pada kedua orang tuanya.
Raffa yakin, pada masa sekarang tidak aka nada wanita yang mau menikah dengan pria mana saja tanpa mengenali calon suaminya.
“Baiklah,” ujar Surya mulai berpikir.
Flash back off.
“Kalau begitu mereka bisa berpisah sementara setelah menikah untuk melanjutkan study mereka?” ujar Wisnu senang.
“Ya, aku akan mengizinkan gadis itu untuk melanjutkan kuliahnya,” ujar Surya.
“Jika gadis itu masih mempertahankan kuliahnya setelah menikah, semoga gadis yang di jodohkan dengan Raffa merupakan gadis yang baik,” gumam Surya di dalam hati penuh harap.
“Kalau begitu, aku pamit dulu.” Wisnu pun berpamitan pada sahabatnya setelah menyampaikan permintaannya.
Acara pernikahan sudah di depan mata, Kayla duduk termenung di depan meja rias. Air mata terus membasahi pipinya.
“Aku harus kuat, ini merupakan balas budiku pada ayah yang sudah memberikanku kasih saying selama ini." Dia terus menguati dirinya di dalam hati.
“Kak,” panggil Rayna saat memasuki kamar.
“Kakak sudah siap?” tanya Rayna pada sang kakak.
Rayna melihat wajah sang kakak sembab akibat buliran bening yang terus jatuh di pipinya. Dia tak sanggup melihat kakak kesayangannya seperti ini.
“Kak, aku harus melakukan apa? Supaya pernikahan ini dibatalkan?” lirih Rayna tak tahan.
“Tidak, Dek. Kamu hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk kakak,” ujar Kayla.
Rayna memeluk sang kakak dengan erat.
“Kak, MUA nya sudah datang,” ujar Rayna setelah melihat Kayla mulai tenang.
“Suruh masuk, Dek!” perintah Kayla.
Seorang wanita dengan penampilan make up natural masuk ke dalam kamar dengan membawa beberapa perlengkapan make up.
DIa mulai memoles wajah cantik Kayla dengan alat tempurnya.
“Done,” ujar sang MUA setelah menyelesaikan pekerjaannya.
Kayla keluar dari kamar diiringi oleh Rayna, mereka melangkah menuju ruang tamu yang sudah di sulap menjadi tempat akad nikah.
“Wali hakim dan mempelai pria sudah siap untuk ijab Kabul,” ujar sang penghulu dengan lantang.
“Wali hakim? Kenapa bukan ayah yang menikahkan Kayla?” tanya Kayla menolak pernikahan untuk di mulai.
Bersambung . . .
.
.
.
.
Hai readers, terima kasih sudah membaca karya Author🙏🙏🙏
Tetaplah dukung Author dengan meninggalkan jejak berupa . . .
- Like
- Komentar
- Hadiah
dan
-Vote
Terima kasih atas dukungannya 🙏🙏🙏