Disarankan untuk membaca ternyata aku Istri Kedua terlebih dahulu
"Aku benar-benar tidak bisa"
Pemuda itu segera berlari, menyambar apapun yang bisa digunakan menutup tubuhnya.
Sampai dikamar mandi Pemuda menguyur tubuh nya dengan air dingin.
Ini lali pertama mereka mencoba mendekat, mereka dua orang yang saling menyayangi tetapi dalam hal yang berbeda.
Si wanita dulunya adalah Kaka iparnya, mereka menikah demi dua anak yang sama-sama mereka sayangi.
" Aku merindukan mu Kak" Wanita itupun meremas selimut yang menutupi tubuhnya, belum terjadi apapun diantara mereka, bayangan masalalu tak bisa mereka tinggalkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedekatan
" Ansel tidurlah di tempat tidur, akan ku ambilkan kamu makan!" Bisik Rinjani
Mata Ansel terbuka sayu sebelum tubuh itu mulai berdiri dan benar-benar pindah ke tempat tidur, seperti intrusi Rinjani
Setelah Ansel kembali terlelap Rinjani mengamati wajah pemuda itu sekali lagi, demi apapun Ansel sudah sangat banyak membantunya, sangat banyak berkorban untuk dia dan anak-anak nya, kasih sayang Ansel memang tak seperti Nurry yang di tunjukan Dengan segala kemewahan, tetapi segala kebutuhan mereka Ansel memenuhinya dengan layak, Ansel adalah pemuda unik yang sangat menakjubkan, dia adalah pemuda lembut dan penuh kasih dengan topeng penyamaran yang bahkan baru Rinjani ketahui.
Rinjani menatap celana yang di kenakan Ansel, haruskah Rinjani juga Mengantinya??
Jika dulu Rinjani terus saja mengelak atas pengorbanan Ansel, lantas mau sampai kapan? Rinjani tidak mau terus mengabaikan kebaikan pemuda itu, semakin hari dia akan semakin berdosa jika dia terus masa bodoh
" Rinjani Kau??" Sepertinya Ansel terkejut saat Rinjani melepas kancing celananya.
" Ganti, pakai yang lebih nyaman saja , ini aku bantu gantikan untuk mu."
" Tidak harus sampai seperti ini Rinjani, kau membuat dirimu sendiri tidak nyaman" Ujar Ansel lirih.
" Aku harus membiasakan diri dengan mu, karena sekarang aku istri mu, semua yang yang ada dalam diriku milikmu, kau juga boleh menginginkan apapun dari ku, jadi biarkan aku membantu mu!"
Mencintai yang sebenarnya adalah merelakan, sesuatu yang terdengar klise terapi sangat susah di jalani, tetapi Rinjani akan mencoba mengubur segala kenangan, mencoba merelakan agar mendiang suaminya tenang di alam sana
Semua pasti akan sedikit susah dan tidak mudah, tetapi hidup harus tetap berjalan, meski ada keraguan, keresahan, kerinduan bahkan cinta lama, Rinjani harus yakin jika menerbitkan cinta yang baru untuk Ansel bukanlah suatu dosa, justru sebuah keharusan.
Rinjani buru-buru menghapus air matanya saat sadar dirinya menangis, untungnya Ansel kembali terlelap dan tak melihatnya berderai air mata. Rinjani mengambilkan makanan untuk Ansel, berniat untuk menyuapi pemuda itu
" Sel??" Rinjani terkejut saat masuk kamar dan melihat Ansel sudah duduk di bibir ranjang.
Pemuda itu menerbitkan senyum kecil saat Rinjani masuk kamar, Rinjani langsung meletakkan nampan di nakas dan mendekati Ansel.
" Mau ngapain??"
" Hanya ke kamar mandi"
" Aku bantu, kamu masih lemas"
" Aku bisa Rinjani"
" Biar aku bantu" Rinjani tetap bersikeras untuk membantu Ansel, biar bagaimanapun tubuh pemuda itu masih lemas
Akhirnya Rinjani benar-benar mengantar Ansel ke kamar mandi, perasaan keduanya campur aduk, Rinjani dan Ansel menyelami pemikiran mereka masing-masing.
Rinjani menekan tombol pada closed, untuk menyiram air seni Ansel, dan kembali memapah pemuda itu untuk kembali di atas ranjang
Sejak keluar dari kamar mandi, mata Ansel terus saja memperhatikan wajah Rinjani, entah apa yang di pikirkan pemuda itu, tetapi Rinjani tak berniat bertanya, Rinjani sudah bertekad akan melakukan apapun demi Ansel, bahkan jika pemuda itu mau meminta hak nya Rinjani siap.
Rasa canggung masih tetap ada terlebih sisa atmosfer kejadian di kamar mandi tadi, Rinjani benar-benar membantu Ansel menuntaskan keinginan nya, sampai kembali membetulkan celana tidurnya, sungguh kejadian yang tak terduga
Ansel sendiri seperti mimpi bisa di perlakukan selembut itu oleh Rinjani, saat raga tak mampu ada raga lain yang mau menopang itu adalah hal luar biasa, perhatian yang diberikan Rinjani pada Ansel sangat besar dampaknya pada diri Ansel pemuda itu merasa di cintai, meski dalam arti berbeda
Rinjani menyuapi Ansel dan di terima pemuda itu tanpa penolakan, setelah tandas makanan nya Rinjani memberikan satu gelas air hangat dan langsung di minum Ansel hingga setengah gelas, Rinjani menerima uluran gelas dari Ansel dan langsung meneguk sisanya membuat Ansel sedikit terkejut, Ansel tak menyangka Rinjani mau meminum bekas bibir nya.
" Letakkan di situ saja" Rinjani yang akan turun membawa bekas makan Ansel, mengurungkan niatnya dan menuruti perintah Ansel.
" Kamu membutuhkan sesuatu??" Tanya Rinjani khawatir
Ansel mengeleng. " Kemarilah" Ansel menepuk sisi ranjang mereka
Dengan perasaan canggung Rinjani duduk di sebelah Ansel, cukup lama Ansel dan Rinjani saling tatap satu sama lain, memikirkan apa saja yang sudah mereka lakukan dan lewati bersama.
Ansel menyentuh tepi bibir Rinjani, memberi sentuhan lembut dengan pandangan yang belum pernah Rinjani lihat sebelumnya.
" Terimakasih Rinjani"
" Jangan berterimakasih Sel, ini sudah menjadi kewajiban ku untuk mengurus mu"
" Aku tidak berterimakasih karena itu, aku berterimakasih karena kamu mau meminum di gelas yang sama dengan ku"
" Ha?" Rinjani di bikin linglung dengan ucapan Ansel
" Aku merasa sangat di hargai" tambah Ansel menangkup wajah ayu Rinjani.
Dada Rinjani bergetar mendengar ungkapan hati Ansel, apa se abai itukah Rinjani pada Ansel, sampai tindakan kecil yang baru saja dilakukan nya sangat berarti untuk Ansel.
Nafas lembut Ansel dapat Rinjani rasakan, Ansel mengecup puncak kepala Rinjani dengan tarikan napas yang begitu dalam, Rinjani berpegang erat pada pinggang Ansel entah sadar atau tidak Rinjani sudah memeluk tubuh suaminya
" Tidurlah, terimakasih sudah merawat ku" Bisik Ansel setelah mengecup kening Rinjani
Rinjani mengenggam tangan Ansel yang yang masih menangkup kedua pipinya
" Kau boleh jika menginginkan ku." ujar Rinjani menatap mata Ansel, Rinjani yakin ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahu Ansel bahwa dia siap memenuhi kewajibannya sebagai istri yang sesungguhnya
Ansel langsung menatap wanita yang saat ini berada di hadapannya, tangan yang tadi menangkup pipi Rinjani kini mulai membelai pelan pipi Rinjani, masalahnya bagaimana Ansel bisa tega menyentuh wanita yang masih mencintai mendiang Kaka nya, Ansel masih melihat cinta Rinjani yang untuh untuk Nurry.
" Akan kulakukan jika nanti kau siap, jangan terburu-buru Rinjani, aku tak akan kemana-mana, selamanya aku akan disini, di sisi kalian"
Bukan nya menenangkan, perkataan Ansel justru membuat Rinjani kian merasa bersalah, Rinjani meraih telapak tangan Ansel untuk di bawa ke permukaan perut nya.
" Aku siap kapan pun kamu ingin menanam benihmu di rahim ku "
Kali ini Ansel menatap Rinjani serius, mata Hanzel nya terlihat berbinar oleh pancaran lampu tidur.
Rinjani terkejut saat Ansel langsung memeluk tubuhnya, dekapan Ansel terasa panas karena tubuh pemuda itu yang masih demam, tetapi yang tak di mengerti Rinjani adalah Bahu Ansel bergetar, bahkan pemuda itu terdengar terisak, mungkinkah Ansel menangis?? mengapa??
Terimakasih atas dukungan para reader, kalian adalah penyemangat luar biasa, semoga kalian selalu di berikan kesehatan dan murah rejeki
Mohon dukungan like, komen dan vote nya, jangan lupa tekan favorit agar tak ketinggalan episode berikutnya..
happy reading ❤️❤️❤️❤️
bisakah ada cerita lagi tentang mereka di kehidupan ke2 kak nurry sama istri pertamanya dan rinjani sama ansel....
semangat terus dlm berkarya
nitip satu dong buat mantu yah...
kok bisa kecolongan sama tante sendiri...?
tetap semangatin Sel...