Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik untuk mu, dan boeh jadi kamu menyuki sesuatu padahal itu tidak baik untuk mu.
Tidak ada sebuah kebetulan, semua telah di tentukan, tidak ada perbedaan paham ataupun sudut pandang jika Allah sudah mengizinkan dan menjodohkan nya tulang rusuk pasti akan kembali pada sang pemilik nya.
"Apakah dunia sekecil ini samapai aku harus terus di pertemukan dan berurusan dengan nya...!?"
Decak kesal Ansell, yang menggerutu akan sebuah kebetulan yang terus terjadi pada nya.Namun ia tidak menyadari kalau itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan suratan takdir yang telah tertulis kan dalam perjalanan hidup nya.
Ya dia adalah Ansell Arian Rendra, laki laki tampan nan kaya. Dengan segal kekuasaan dan kehormatannya, membuat Ansell hidup bebas sesuka hati menjalani kehidupan. Bar, Club malam, minuman, bahkan wanita penghibur pun menjadi kesenangan sebagai pemanis dalam kehidupan nya. Hidup bebas dalam kegelapan tanapa ada nya teguran dan bimbingan.
Namun suatu saat Dia malah di pertemukan dengan seorang wanita Muslimah.
*
"Sudut pandang semua orang memang berbeda...! dan dengan perbedaan itu bukan kah kita bisa memilih dan mengimbangi mana yang terbaik untuk kita...!?" ujar seorang wanita dengan reflek, bicara dengan tertunduk pada seorang laki laki yang baru di pertemukan dengan nya.
Wanita itu adalah Zahra. Lebih tepat nya
Aisyah Az Zahra. Dia tumbuh besar di lingkungan pesantren, walaupun keluarga nya bukan termasuk orang yang dekat dengan Agama,
namun semenjak ibunya meninggal dan Ayahnya memutuskan untuk menikah lagi,
kasih sayang Ayahnya terampas oleh ibu tiri dan adik tirinya,
hingga membuat nya memilih mondok di pesantren dan tumbuh besar menjadi wanita muslimah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Zahra kini mulai turun dari mobil,
memberikan beberapa lembar uang kepada sang sopir, dan mengucapkan banyak terimakasih pada nya.
Zahra kini melangkahkan kakinya masuk ke dalam sambil menarik koper besar barang bawaannya. sampai di depan pintu Zahra langsung disambut sang pelayan rumah keluarganya dan langsung dibantu sang pelayan membawa kopernya masuk ke dalam.
"Assalamu'alaikum bi...!". salam Zahra kepada sang pelayan rumah dengan tersenyum ramah.
"Wa'alaikumsalam... Non...!" jawab salam sang bibi membalas senyuman Zahra.
"Biar ini bibi bawa Non, Non segera masuk saja... dari tadi ibu dan tuan sudah menunggu kedatangan Nona" ucap si bibi menjelaskan sambil mengambil koper Zahra.
"Ada apa ya bi...?" tanya Zahra merasa heran karena tidak seperti biasanya Zahra selalu di tunggu di rumah setelah dia pulang dari luar negeri.
"Bibi tidak tau Non...!"
"Iya... aku masuk dulu ya bi, terimakasih..."
Zahra mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam menelusuri setiap isi rumah untuk mencari keberadaan ayahnya, langkah nya kini menuju ke ruang tengah, setelah di sana,
barulah ia melihat ayah dan ibu nya yang sedang duduk di sana.
" Assalamualaikum....!" salam Zahra sambil melangkah mendekat ke arah Ayahnya dan langsung meraih tangan sang Ayah dan mencium punggung tangannya.
"Wa'alaikumsalam...!" jawab salam Ayah Zahra sambil mengelus kepala anaknya,
karena merasa rindu kepada sang Ayah Zahra langsung memeluk Ayah nya.
" Apa Ayah sehat...?" tanya Zahra saat sudah melepaskan pelukannya dan kini langsung menatap wajah Ayahnya.
" Ayah sehat Nak...kamu gimana sehat...?" Tanya balik Ayah Zahra.
" Alhamdulillah Yah, Zahra sehat... kuliah pun lancar dan Zahra mendapat peringkat satu berkat dukungan doa dari Ayah dan semuanya," ucap syukur Zahra.
Kini Zahra mulai beralih ke arah ibunya, langsung mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan sang ibu tirinya.
"Assalamualaikum...Bu,!"
"Wa'alaikumsalam!" jawab ketus sang Ibu menerima uluran tangan Zahra dengan terpaksa.
"Ya Allah...Ibu selalu saja begini kalau lagi ada masalah,, sekarang masalah apa lagi ya,"
batin Zahra sudah tau kebiasaan ibu tirinya, yang selalu bersikap jutek pada nya, saat Zahra melakukan kesalahan pada nya.
"Dari mana saja kamu baru pulang...? bukankah seharusnya kau sudah pulang, kenapa pulangnya siang sekali..?" tanya ketus sang Ibu.
"Maaf bu tadi Zahra ke Pesantren dulu," jawab jujur Zahra.
"Orang di rumah lagi kesusahan kamu malah bebas keluyuran di luar, kenapa kau tidak mengangkat telepon Ayah mu?" tanya Ibu sambil memarahi Zahra.
"Tadi Ayah menelepon??
aku tidak tahu karena hp ku tertukar dengan orang lain,"
batin Zahra.
"Maaf Bu" ucap lirih Zahra sambil menunduk mengakui kesalahan nya,,? namun tidak ingin menceritakan kalau hp nya tertukar, Zahra memilih untuk diam.
"Kalau kau merasa bersalah maka kau harus mendengarkan perkataan Ayah mu, dan melakukam semuanya,"
ucap Ibu karena memang dari tadi Ayah Zahra menelepon Zahra ada sesuatu yang ingin di bicarakan dengan Anaknya.
Perkataan sang ibu membuat Zahra terkejut menerka nerka apa yang sebenarnya terjadi, dan langsung melihat ke arah ayahnya dan menatap wajahnya.
"Sini sayang... Ayah ingin berbicara padamu, Ayah harap kamu bisa mengabulkan permintaan Ayah karena ini semua untuk kebaikan keluarga kita...!"
pinta Ayah Zahra membuat Zahra makin bingung apa sebenarnya yang mereka inginkan sampai sampai Ayahnya berucap manis kepada nya tidak seperti biasanya.
"Iya Ayah... bicara lah... jika Zahra bisa.. Zahra akan mengabulkan permintaan Ayah" ucap luluh Zahra melangkah mendekat ke arah Ayahnya dan langsung duduk di samping nya.
" Nak...perusahaan Ayah mengalami kerugian besar...sampai keuangan perusahaan
tidak setabil, kalau keadaan nya terus begini, mungkin perusahaan Ayah akan bangkrut" mencoba menjelaskan semuanya.
" Kamu mungkin bisa membantu Ayah,
Ayah akan memperkenalkan mu pada pemimpin Perusahaan Rendra group, hanya
perusahaan itu bisa membantu perusahaan Ayah, karena perusahaan itu merupakan perusahaan besar di sini."
ucap Ayah dengan sedikit ragu.
Karena dalam pikiran Ayah Zahra hanya dengan cara mendekatkan Zahra dengan sang CEO di sana, mungkin Zahra bisa merayunya dan membuat perusahaan itu mau membantu perusahaan nya.
Zahra yang mendengarkan perkataan Ayah, hanya bisa tertunduk mendengarkan nya, karena dia sudah mengetahui arah pembicaraan Ayah.
"Jika kamu dekat dengan Tuan Ansell, mungkin dia bisa berbaik hati dan bisa membantu perusahaan Ayah!"
ucap Ayah Zahra menjelaskan.
"Tapi Yah...," tolak Zahra merasa kecewa dengan permintaan Ayahnya, dan kini berani mengangkat kepalanya.
"Jangan menolak, ini semua demi keluarga kita, apa kau mau perusahaan Ayah mu bangkrut dan keluarga kita jatuh miskin
karena kau tidak mau melakukan perintah Ayah mu!" sewot ibu pada Zahra, karena memang itu semua adalah ide dari Ibu tirinya.
Ibu ingin Zahra bisa dekat dengan pemimpin perusahaan Rendra group yang terkenal playboy itu, dan mencoba memanfaatkan Zahra dan mengambil keuntungan dari itu.
"Kau hanya perlu mendekati dan merayu CEO nya agar mau membantu perusahaan Ayah, apa susahnya...!
lagi pula, Tuan Ansell sangat baik" jelas Ibu menegaskan, merayu Zahra agar mau melakukan apa yang mereka inginkan.
"Astaghfirullah bu... itu perbuatan tidak baik, itu dosa...Zahra tidak mau melakukan nya" tolak keras Zahra.
"Jangan so alim kamu, apa kau mau keluarga kita jatuh miskin dan kita kesusahan" sewot ibu masih kekeh.
"Bu...rezeki dan hidup manusia Allah yang mengatur nya, kita tidak perlu takut walau kita harus jatuh miskin,
kalaupun kita memang harus jatuh miskin mungkin itu jalan yang terbaik untuk kita, dan jalan yang di ridhoi Alloh," kilah Zahra
"Terus di saat seperti ini kita harus diam saja...?" timpal ibu tidak mau kalah tidak menerima perkataan Zahra.
" Bukan maksud Zahra seperti itu Bu...kita memang di wajibkan untuk beriktiar... namun harus dengan cara yang baik,
kalau dengan cara seperti itu, kita malah akan di benci Allah, dan kekayaan dan kemewahan yang kita dapat pun tidak akan manfaat dan berkah" jelas Zahra tidak menerima permintaan Orang Tuanya.
"Maaf...Zahra bukan bermaksud melawan pada Ayah dan Ibu,tapi Zahra tidak bisa membantu Ayah dengan cara seperti itu,
biar Zahra membantu Ayah dengan cara yang lain."
ucap Zahra sudah tidak ingin berdebat dengan kedua orang tuanya, karena walaupun bicara seperti apapun, mereka tidak akan mengerti dan tidak akan menerima apa yang di katakan Zahra, karena jelas keyakinan mereka berbeda.
Namun Zahra yakin dia bisa menemukan jalan keluar yang terbaik, jalan keluar yang di ridhoi Allah.
Karena di saat Allah memberikan cobaan pada umatnya, pasti Allah juga memberikan jalan keluar nya.
"Ayah dan Ibu jangan terlalu di bebani dengan masalah ini, insyaallah... Zahra akan memikirkan jalan keluar yang terbaik untuk perusahaan Ayah dan itupun akan dengan cara Zahra...!!
maaf Zahra istirahat dulu..."
pamit Zahra sambil beranjak dari duduknya, bukannya dia tidak sopan meninggalkan kedua orang tuanya yang sedang berbicara dengan nya, namun Zahra butuh menenangkan dirinya untuk tidak berburuk sangka kepada kedua orang tuanya, karena menyuruh Zahra melakukan hal yang jelas itu tidak mungkin ia lakukan. karena itu sangat si larang dalam ajaran islam.
Dengan beeberat hati Zahra pun langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar nya.
***
Malam hari keadaan di rumah Ansell.
Ansell terlihat baru pulang dari kantornya.
langsung masuk ke dalam, bergegas melangkah ke kamar nya untuk mengistirahatkan tubuh nya.
Rasanya hari ini lelah sekali, kejadian buruk selalu saja menimpa nya,
serasa keberuntungan kini tidak berpihak ke pada nya,
dari mulai gagal mendapatkan tender besar, dan kekesalan yang terus saja menghampiri nya.
Setelah membersihkan diri Ansell langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur nya,
tangan nya kini mulai meraih hp Zahra yang masih ia simpan walaupun keadaan hp itu sudah rusak dengan layar yang pecah.
"Akh...ternyata membosankan jika tidak bisa menghubungi para wanita untuk menemani ku" decak kesal Ansell. stelah sadar bahwa yang ada di tangannya bukan lah ponselnya.
tok...tok...tok...
"Kak...sedang apa...?? aku masuk ya...!"
Ternyata suara ketukan pintu Alika yang ada di depan kamar Ansell.
"Masuk..." seru Ansell.
Alika pun dengan cepat langsung membuka pintunya dan langsung masuk ke dalam.
"Kak...apa kau akan terus bermain dengan para wanita??
apa tidak ada wanita yang ingin menjadi Kakak ipar ku??
kapan aku akan mempunyai Kakak ipar,
rasanya bosan sekali tiap hari selalu sendiri"
keluh Alika sambil mendudukkan badannya di sofa kamar Ansell.
"Bukan tidak ada...tapi terlalu banyak..." jawab Ansell dengan santai nya. berucap dengan penuh kenarsisan karena memang itu kenyataannya.
"Awas ya.. kalau calon Kakak iparku seperti wanita murahan kayak tadi, melihat nya saja risih sekali!" gerutu Alika kesel mengingat wanita wanita seperti tadi.
"Memang mereka bukan calon Kakak iparmu... mereka hanya mainan ku, mainan yang orang tua mereka berikan sebagai alat penukar kekayaan mereka" ucap santai Ansell, yang masih nyaman rebahan di atas kasur nya.
"Tapi Kakak tidak harus melayani nya kan,
apa tidak bosan terus bermain main, cari lah wanita yang baik baik yang mau menerima Kakak apa adanya"
ucap Alika menasehati Ansell.
"Diamlah kau masih kecil, tidak perlu memikirkan hidup Kakak" tukas Ansell, mesra gengsi bila harus di ceramahi adiknya.
"Ya terserah Kakak saja, memang tidak akan pernah bisa menceramahi orang Keras kepala seperi Kakak..."
Sudah tau kelakuan Kakak nya Alika pun langsung berhenti bicara.
~
Keren merasa bosan Alika kini memainkan ponselnya.
Dan saat itu Alika langsung mengingat Zahra, dalam pikiran Alika mungkin jika dia menghubungi Zahra dan menjalin hubungan dengan nya, mungkin Zahra bisa menjadi teman baiknya,
dan Kakak nya pun akan mengijinkannya bergaul dengan Zahra karena Zahra wanita baik baik, dan tidak akan mungkin terjerumus ke pergaulan bebas.
Alika kini mulai melihat nomer kontak nya, langsung mencari nama Zahra dan langsung memanggil nya.
Ansell yang sedang santai rebahan kini terganggu karena ada panggilan masuk di hp Zahra, dengan cepat dia membawa hp Zahra dan langsung mengangkat panggilan nya.
Mengira bahwa itu Aisyah sang pemilik hp yang memanggil nya.
Dengan cepat Ansell langsung mengangkat telepon nya dan langsung menyapa nya.
"Hallo..." sapa Ansell.
Membuat Alika terkejut karena yang mengangkat panggilannya adalah laki laki.
"Apa ini pacarnya...kenapa yang mengangkat nya, suara laki laki..." batin Alika kaget penuh tanya, merasa heran seorang Zahra yang alim, ternyata bisa telepon nya di angkat oleh seorang laki laki.
Alika yang kaget hanya bisa terdiam tidak berkata kata.
Membuat Ansell yang menerima telepon dari Alika jadi kesal karena tidak ada suara di telepon nya.
"Hei...apa ada orang di sana... Hallo...!"
ucap Ansell makin mengeraskan suara nya.
Membuat Alika langsung berbalik ke arah Kakak nya, karena suar Ansell yang terdengar jelas di dalam kamar, dan juga terdengar jelas di suara dalam hp nya.
"Kak..." panggil Alika di telepon nya,
sambil berjalan mendekati Ansell.
Dan terdengar jelas di suara hp yang di pegang Ansell.
Membuat Ansell kaget, kenapa suaranya malah seperti suara adiknya, membuat Ansell seketika langsung beranjak duduk dan melihat Alika yang sudah berdiri di depannya.
"Ini kau...?" tanya Ansell masih mendekatkan telepon nya di telinga nya.
"Iya...!" jawab singkat Alika yang sama sama masih mendekatkan telepon nya.
Mendengar jawaban Alika Ansell dengan cepat langsung melihat nama panggilan di layar hp nya, yang bertuliskan nama Alika.
Membuat sepasang Adik Kakak itu langsung terkejut bukan main.
"Kakak...!"
"Alika....!"
Panggil mereka berdua bersamaan. dengan ekspresi yang sama sama terkejut.
"Apa Kakak bisa jelaskan semua ini? kenapa hp si peringkat satu bisa ada di tangan Kakak?!" tanya kaget Alika, dengan cepat ia bicara karena sudah penasaran dengan apa yang terjadi, kenapa bisa hp Zahra bisa ada di tangan Kakak nya.
Ansell yang mendengar perkataan adiknya dia tidak kalah terkejut mendengar nya, sampai membuatnya terbatuk batuk karena terkejut.
"Jadi si pemilik hp ini adalah si peringkat satu yang selalu Alika ceritakan, kenapa bisa kebetulan seperti ini!" batin Ansell tidak habis pikir membayangkan nya.
"Kakak... tidak tau ini hp milik siapa...! yang jelas hp Kakak tertukar dengan hp orang ini, saat tadi menjemput mu di bandara, kami tidak sengaja bertabrakan membuat hp kita terjatuh... dan orang yang punya hp ini terlebih dulu mengambil hp nya, hingga membuat hp kita tertukar!" jelas Ansell menceritakan.
Membuat ekspresi Alika makin terkejut.
"Jadi saat tadi siang aku mengirim pesan pada Kakak,, hp Kakak ada di tangan si peringkat satu?" tanya Alika memastikan.
"Hemmm" dengan santai nya Ansell menjawab, membuat Alika berteriak kesal, bisa bisanya Kakaknya itu masih bersantai santai saat ada orang yang mengetahui aib nya, di tambah lagi orang yang mengetahui nya adalah orang alim yang shaleh,
tidak tau malu sekali.
"Kakak....!" teriak Alika kesal.
"Hilang sudah harapan ku berteman dengan nya Kak... malu sekali aku jika dia tahu kalau aku mempunyai Kakak yang playboy kaya kamu" frustasi Alika sambil mendudukkan badannya di tepi kasus Ansell sambil mematikan panggilan nya pada nomor Zahra yang ternyata ada di tangan Kakaknya.
Membuat Ansell tersenyum kecil melihat reaksi adiknya itu.
.
.
.
.
.
bersambung,,,,,
Mampir juga yuk kakak yang baik hati di novel saya
"Cinta berakhir di lampu merah."