Maria bereinkarnasi kembali setelah kematiannya yang tragis oleh tunangannya yang mengkhianati dirinya, dia dieksekusi di kamp konsentrasi milik Belanda.
Tragisnya tunangannya bekerjasama dengan sepupunya yang membuatnya mati sengsara.
Mampukah Maria membalaskan dendamnya ataukah dia sama tragisnya mati seperti sebelumnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 KITA TELAH SEPAKAT
Maria duduk tepat di depan cermin riasnya sembari menatap lama pantulan dirinya pada kaca.
Pembicaraan dengan Rexton membuatnya berada dalam pilihan yang sulit, harus memilih menolak atau menerima tawaran nikah kontrak dari Rexton, perwira tinggi dari Inggris yang datang ke rumahnya sedangkan dia membutuhkan bantuan Rexton untuk membalaskan dendamnya kepada Prinsen dan Haven.
Maria menarik nafas dalam-dalam saat pandangannya tertuju pada cermin, bila mengingat peristiwa mengenaskan yang terjadi padanya sebelum dirinya bereinkarnasi sungguh menyakitkan hatinya.
Surat nikah kontrak yang diajukan oleh Rexton telah dia baca bahkan berulangkali dan seusai makan siang, dia harus menemui Rexton.
Maria beranjak berdiri, dipandanginya sekali lagi penampilan dirinya pada pantulan cermin, hanya memastikan saja, apakah semua terlihat sempurna.
"Tidak ada pilihan lainnya..., aku tidak bisa melakukannya sendiri, dan suatu kebetulan kami bertemu dalam situasi unik ini...", ucapnya.
Maria berdiri tegak, mengatur nafasnya pelan-pelan sebelum dia pergi dari kamarnya menuju kamar tamu dimana Rexton menginap.
"Aku pasti baik-baik saja...", gumamnya lagi lalu menghela nafas sembari berjalan anggun.
Cuaca siang ini terasa sejuk meski musim kemarau tiba di Land-en Volkenkunde selama sepekan.
Angin khas tropis berhembus semilir mengiringi langkah kaki Maria menuju kamar tamu yang terletak di lantai utama kediaman Grand duke Herman yang tak lain ayah kandungnya, bangsawan Belanda.
Maria sedikit mempercepat langkah kakinya melewati jalan koridor yang sunyi.
Kediaman keluarganya terbilang sangat besar, ada sejumlah kamar dirumah ini, dan mereka menamai tempat tinggal ini, dengan sebutan groot huis dalam bahasa Belanda.
Rumah Grand duke Herman bercat putih memiliki atap grambel khasnya dan lis atap lebar yang menjorok, dengan dua kemiringan yang berbeda, sehingga rumah tampak seperti memakai topi kecil.
Sejumlah jendela berlapis mengelilingi rumah groot huis ini.
Maria terus berjalan ke kamar tamu, bermaksud menemui Rexton yang menunggunya siang ini karena mereka sepakat untuk sama-sama menandatangani surat nikah kontrak mereka.
"Tok... ! Tok... ! Tok... !" pintu kamar tamu antik diketuk oleh Maria selang berapa lama, seseorang membuka pintu kamar tamu.
Seulas senyuman menawan menghiasi sudut bibir Rexton yang berdiri di depan Maria.
"Selamat datang, Maria...", sapanya.
"Terimakasih atas sambutan ramahnya, tuan Rexton", sahut Maria yang terlihat gugup dalam balutan gaun renda menawan warna merah maroon yang menonjolkan warna kulit putihnya.
"Hmmm..., kau terlihat sangat cantik, hanya untuk menandatangani surat nikah kontrak kita, Maria...", ucap Rexton yang tersenyum ambigu.
"Aku hargai sanjunganmu itu, dan aku berterimakasih atas pujianmu, Rexton", kata Maria.
"Sama-sama, nona manis", sahut Rexton yang sengaja menggoda Maria.
''Tap... ! Tap... ! Tap... !" Tiba-tiba terdengar suara keras dari arah ruangan lainnya seperti langkah kaki seseorang. Dan semakin mendekat ke arah area kamar tamu.
Spontan Maria bereaksi panik, dia langsung mendorong cepat badan Rexton ke dalam kamar tamu.
"BLAM !" pintu kamar tamu terkunci rapat dan Maria membekap mulut Rexton.
"Sssttt... !" bisiknya pada Rexton saat suara langkah kaki semakin mendekati area kamar tamu.
Rexton hanya bisa pasrah saja ketika dirinya diperlakukan demikian oleh Maria padahal dia adalah salah satu perwira tinggi militer yang memiliki kekuasaan.
Apalah daya dirinya kini jika berhadapan dengan Maria karena semua wibawanya langsung menghilang di depan sosok perempuan bernama Maria.
"Ada orang yang datang...", bisik Maria yang masih membekap mulut Rexton.
"Ugh ???" gumam Rexton.
"Diamlah, Rexton !" bisik Maria memerintah Rexton yang melototkan kedua matanya itu.
Rexton hampir kehabisan nafasnya karena Maria membungkam mulutnya rapat-rapat, dan dia merasa tak nyaman sehingga menarik Maria lebih dalam ke ruangan kamar tamu.
Dihempaskannya tubuh Maria ke atas ranjang tidur tamu dan menindihnya.
"Tenanglah, Maria !" ucapnya.
Maria sontak terhenyak kaget ketika Rexton menahan tubuhnya, giliran Maria yang kesulitan bergerak sekarang ini.
"Tidak usah takut ketahuan, semua akan baik-baik saja, dia tidak akan melihatmu disini", ucap Rexton yang mencoba menenangkan Maria sedangkan Maria tampak berkeringat dingin.
Bukan lantaran dia takut pada orang diluar sana namun dia khawatir akan nasibnya di tangan Rexton saat ini karena mereka hanya berdua saja di kamar tamu.
Hal paling berbahaya bagi Maria adalah bersama Rexton sekarang.
"Le-lepaskan aku, kau menyakiti tanganku, Rexton...", ucapnya kaku.
Rexton segera tersadar, buru-buru dia menjauhkan dirinya.
"Maaf..., aku tidak bermaksud menyakitimu", sahutnya agak menyesal sembari melirik pelan ke arah Maria.
Maria mengusap-usap lengannya yang ditahan kuat oleh Rexton barusan.
"Maafkan aku juga karena mengejutkanmu", ucap Maria takut-takut saat menoleh ke arah Rexton.
"Bukan masalah", sahut Rexton sembari beranjak bangun dari atas ranjang tidur tamu lalu berjalan ke arah meja antik yang ada didekat jendela besar.
Rexton meraih lembaran kertas dari atas meja antik lalu menoleh kembali ke arah Maria yang masih duduk diranjang tidur tamu.
"Apa kau memilih menggodaku untuk datang ke atas ranjang tidur ataukah menandatangani surat nikah kontrak ini ?" tanyanya saat menatap serius kepada Maria.
Maria terlihat canggung dan bergegas beranjak dari atas ranjang tidur tamu lalu menghampiri Rexton.
"Aku akan menandatanganinya...", jawab Maria.
Rexton tersenyum tipis seraya membuang muka kemudian menoleh kembali ke arah Maria yang berada didekatnya saat ini.
"Rupanya kau lebih memilih surat nikah kontrak daripada memilih aku menidurimu dalam kasih sayang", ucap Rexton datar.
"Jangan mengada-ada, Rexton", sahut Maria sembari mengambil pena dari tangan laki-laki itu.
"Ayolah, Maria... Jangan tutup dirimu dariku, terbukalah padaku... !" ucap Rexton berharap tulus.
"Aku serius, Rexton", sahut Maria.
Rexton mendesis pelan ketika Maria selalu menjawabnya kemudian dia berkata.
"Kalau begitu kau sudah siap menandatangani surat nikah kontrak ini tanpa membacanya lagi, aku akan memberimu waktu jika kau menginginkannya", kata Rexton.
"Tidak usah, aku tidak membutuhkannya dan aku percaya padamu, kau bisa bersikap adil", sahut Maria.
"Baiklah..., silahkan mulai sekarang !" kata Rexton sembari melipat kedua tangannya ke depan dada.
Maria mengangguk pelan lalu membuka halaman lembaran kertas yang berisi surat nikah kontrak di atas meja antik.
"Dimana aku harus membubuhkan tanda tanganku ?" tanyanya.
"Disini di atas stempel !" sahut Rexton sambil menunjuk ke atas stempel bergambar mahkota kerajaan.
"Baiklah...", ucap Maria.
Maria segera membubuhkan tanda tangannya berupa paraf ke atas stempel.
"Aku sudah melakukannya", kata Maria lalu menyodorkan pena kepada Rexton. "Giliranmu sekarang... !"
"Baiklah, aku akan menyelesaikannya", kata Rexton kemudian dia mulai membubuhkan parafnya ke atas stempel khusus.
Rexton menoleh ke arah Maria, sejenak terdiam lalu berkata kembali.
"Setelah kita menandatangani surat nikah kontrak kita ini maka kita telah terikat hubungan spesial mulai dari sekarang, dan artinya kau adalah pasanganku, Maria", ucapnya.
"Ya, aku mengerti", jawab Maria. "Dan artinya urusan kita sudah selesai maka aku boleh pergi dari kamar ini."
Maria memutar badannya, berbalik cepat hendak meninggalkan kamar tamu.
Namun Rexton segera menariknya mendekat kepadanya, sehingga mereka berdua saling berdekatan lekat.
"Belum selesai...", bisik Rexton.
"A-apa maksudmu ???" tanya Maria panik ketika Rexton memeluk dirinya.
"Urusan kita tidak bisa dikatakan selesai sebab masih ada hal-hal lainnya yang belum kita lakukan", sahut Rexton.
"A-aku tidak mengerti", ucap Maria gelisah.
"Kau memang tidak perlu mengerti sebab sisanya adalah urusanku maka serahkan saja padaku maka semuanya akan selesai dan dimengerti", sahut Rexton yang mulai menggoda Maria sembari meniup leher perempuan itu.
"Hentikan Rexton !" ucap Maria. ''Kita tidak bisa melangkah lebih jauh lagi sebab kita telah sepakat bahwa kita hanya terikat nikah kontrak saja dan tidak lebih dari itu".
Rexton mendengus kesal namun pelukannya pada pinggang Maria lebih erat lagi.
"Rexton sadarlah !" pekik Maria yang berusaha menjauhkan dirinya dari Rexton.
"Kenapa, Maria ?" bisik Rexton dengan suara paraunya.
"Karena kita tidak saling menginginkan, Rexton", sahut Maria sambil memandang serius ke arah perwira tinggi militer itu.