Rahul adalah Seorang pemuda tingkat kelas bawah, tidak sengaja memperoleh bokor kecil dan mengubah segalanya.
Ia menguasai jalan kultivasi, pengobatan, teknik abadi yang mengguncang langit dan bumi.
Simak jalan ceritanya, lucu, lugu, penuh trik dan intrik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wang Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mithun.
Bagian 6.
Dan memang benar, Pretty menatapnya dengan wajah membara lalu mengangkat tangan dan menamparnya.
Namun kali ini Rahul telah waspada, tamparan itu seperti adegan lambat dalam film, ia dengan mudah menangkap pergelangan Rahul.
"Pretty, Pretty si bunga kampus yang besar kepala! Aku telah menyelamatkanmu semalam, kamu menampar aku? Oke masih bisa di maklumi"
"Tapi kamu tidur di tempatku dan malah menyalahin aku? Emang salahmku kalau kamu buka baju sendiri? Aku cuma niat baik bangunin kamu buat pergi ke kampus, aku ngak niat ngintip, paham!"
Setelah itu ia melepaskan tangannya dan berbalik pergi.
"Huh...Dasar manja, didik main tamparan"
Pretty terdiam terpaku, kata kata Rahul menusuk logika dan entah kenapa masuk akal.
Belum pernah ia di perlakukan oleh pria manapun, ia merasa marah dan heran. Ada perasaan aneh yang sulit di jelaskan.
Dan barusan tadi tubuhnya bereaksi
"Berarti dia suka perempuan?" Gumamnya pelan, pipinya berubah jadi kemerahan.
Tapi ia juga teringat Rahul semalam tidak pernah menyentuhnya sama sekali, itu adalah sebuah mukjizat.
Entah kenapa hatinya jadi ringan, dengan senyum di wajah, ia memanggil ke arah pemuda yang berjalan menjauh.
"Dasar bajingan! Rahul tunggu!"
Namun Rahul sedikitpun tidak menoleh.
Justru sikap cuek itu, Pretty semakin ingin mengejarnya.
"Rahul, kamu itu teman gay.Yaa?"
"Kamu yang gay, satu keluargamu gay semuanya!"
"Adikmu juga!"
"Kakak iparmu juga!"
Pertengkaran kecil mereka hingga mencapai gerbang kampus.
Pretty si ratu kampus adalah idola banyak lelaki yang ada di kampus, ia tak pernah kekurangan pengagum.
Jadi ketika ia berjalan dan beradu mulut seperti sepasang kekasih dengan Rahul, kabar itu langsung menyebar ke seluruh kampus.
Tidak ada yang tahu siapa itu Rahul, tapi semua mahasiswa tahu siapa itu pretty.
Satu pagi saja rumor si ratu kampus punya pacar mulai menyebar luas, bahkan ada foto yang di unggah ke forum mahasiswa.
Dan itu membawa bencana bagi Rahul.
Ketika jam makan siang tiba, Rahul di cegat di jalan menuju ke kantin.
Sosok yang menghadangnya bukan orang asing, dia adalah Mithun, bintang dari jurusan olah raga.
Tinggi badan seratus sembilan puluh meter, lebih tinggi satu kepala dari Rahul. Sosok maskulin yang sering masuk di majalah kampus.
"Kamu Tahu?" Tanya Mithun dengan nada tajam.
Di kelilingi oleh delapan anak anak olah raga lainnya.
Rahul tahu mereka sedang mencari masalah dengannya, tapi ia tidak pernah berurusan dengan Mithun sebelum senyumnya.
"Aku, ada apa?"
"Jangan dekati Pretty lagi dasar pecundang anak orang kampung, mau jadi kodok makan angsa ia?" Mithun menyeringai sinis.
Ucapan itu menyentuh titik rawan ayah dan ibu Rahul adalah sosok penting dalam hidupnya, menghina mereka adalah kesalahan besar.
Tangan Rahul mengepal, bunyi sendi terdengar jelas, Namun Mithun makin menjadi.
"Kenapa? Mau ngelawan, sini kalau berani maju. Coba kamu sentu aku!"
Saat kata kata itu meluncur, tinjunya melayang kearah Rahul.
Tapi sekarang tubuh Rahul bukan tubuh biasa, setelah di perkuat oleh gurunya.
Ia jauh lebih cepat, kuat dan tajam dari manusia biasa.
Dengan gerakan ringan ia memukul pergelangan tangan Mithun dan....
KRAK....!
Bunyi patah tulang langsung terdengar dan Mithun langsung menjerit.
Belum sempat terjatuh, sebuah tendangan menghantam perutnya, tubuh besarnya melayang sejauh tujuh meter.
Melihat itu, delapan rekannya langsung menyerang kearah Rahul, tapi mereka bukan lawan bagi Rahul.
Dalam waktu kurang satu menit, mereka semuanya terkapar di lantai mengerang kesakitan.
Dan itupun karena Rahul menahan kekuatannya agar mereka semua tidak hancur lebur.
Mithun menatap dengan ngeri, ia pikir Rahul cuma anak desa miskin yang tidak berdaya, ternyata dia seorang Monster.
Melihat Rahul mendekat ia jadi panik.
"Kau...Kau mau apa? Ini adalah kampus!"
"Tutup mulutmu, lain kali kalau mengatakan orang pikir pikir dulu. Ini cuma usapan saja, kedepannya lehermu yang patah. Enyah dari hadapanku!"
Dengan rasa malu dan takut, Mithun dan kawan kawannya pergi, tapi sebelum benar benar hilang dari pandangan. Dia sempat mengancam.
"Ini belum selesai, Rahul!"
"Kan belum tamat, kamu sih ngak baca episodenya!"
"Bomatlah....Bodoh amatlah!"
Rahul menepuk meluk bajunya dan berlalu pergi menuju ke kantin.
Di sepanjang langkahnya, para mahasiswa memperhatikannya, beberapa gadis tanpa terpesona.
Memuji ketampanannya, keberaniannya dan bertanya tanya dari jurusan mana dia berasal.
"Kayaknya dari jurusan mata turun ke hati aku deh..Hehehe.." Canda seorang gadis.
"Gila, dia bisa ngalahin Mithun!"
"Kayaknya dia dari jurusan sejarah deh!"
"Tapi dia dalam masalah besar!"
Rahul yang mendengar semuanya tak peduli dan hanya tersenyum kecil saja dan berkata.
"Siapa sangka, akhirnya aku di puja juga! Lumayan keren juga, yaa..."
Ancaman Mithun ia tidak peduli, Namun tepat saat ia ingin memasuki kantin, sebuah suara yang sangat familiar memanggil.
"Rahul, berhenti!"
"Pretty, kau benar benar tidak pernah kapok, yaa!"
Rahul berbalik dan melihat kearah Pretty yang berjalan kearahnya dengan kesal di temenin dua teman wanita cantik di sebelahnya.
"Bukankah kau sudah berjanji makan bareng setelah istirahat, kenapa ngak nunggu aku?"
Protes Pretty dengan mata membelalak lebar.
Sambil berbicara ia menunjuk kearah dua gadis cantik yang ada di sebelahnya dan memperkenalkan.
"Ini teman satu kamar dan sahabatku Lanin dan Lumia!"
Rahul mengangguk sopan dan berkata.
"Namaku Rahul, salam kenal!"
Kedua teman Pretty tidak kalah menarik, masing masing punya pesona tersendiri.
Pretty memang sudah terkenal dengan sebutan ratu kampus, jadi penampilannya tidak perlu di pertanyakan lagi.
Lanin memiliki kulit agak gelap, tapi dia manis dan punya postur tubuh tinggi, kakinya sangat panjang hingga membuat iri banyak lelaki.
Sementara Lumia memiliki wajah polos, lugu. Mata hitam bercahaya terang memiliki kesan ceria dan tomboy.
Benar saja seperti dugaannya, Lumia langsung bertanya pada Rahul.
"Rahul kamu benar gay, pemuka sesama jenis?"
Rahul hampir terpeleset karena ucapannya, ia tahu pasti Pretty yang telah membocorkan sesuatu.
Ia melotot kearah Pretty yang menahan tawa.
Rahul kemudian menjawab pertanyaan Lumia.
"Lumia, aku lelaki normal, tapi kalau kamu merasa tidak enak badan, aku sarankan segera periksa kedokter!"
Setelah mencerna ilmu pengobatan dari gurunya semalam, Rahul bisa melihat sekilas bahwa kondisi Lumia cukup serius.
Meskipun wajahnya di poles bedak ringan, kulitnya tetap pucat kekuningan jelas bukan warna sehat.
Perkataannya tadi berniat baik, tapi karena secara spontan, tapi justru Lumia naik pitam.
"Kamu yang sakit, aku tanya cuma karena penasaran! Mana mungkin kamu mengutuk gadis seperti aku?" Ujarnya tersinggung.
Pretty pun menyela.
Rahul, kita datang kesini sebagai teman, kamu keterlaluan ngomong begitu ke Lumia.
"Rahul tersadar, maksud baiknya di salah artikan, lalu menjelaskan.
Maksudku kalau kamu lagi datang bulan dan rasa nyerinya setelah lima menit, makin lama semakin tambah parah. Itu tandanya tubuhmu terlalu dingin dan kalau tidak di obati bisa pingsan karena kesakitan. Bahkan bisa berakibat fatal bagi dirimu, aku hanya kasih saran baik bukan menghina!"
Simak terus jalan ceritanya pada episode dan pasti makin seru ke depannya pada Bagian ke 7.