NovelToon NovelToon
Om Duda Genit

Om Duda Genit

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Lune

Punya tetangga duda mapan itu biasa.
Tapi kalau tetangganya hobi gombal norak ala bapak-bapak, bikin satu kontrakan heboh, dan malah jadi bahan gosip se-RT… itu baru masalah.

Naya cuma ingin hidup tenang, tapi Arga si om genit jelas nggak kasih dia kesempatan.
Pertanyaannya: sampai kapan Naya bisa bertahan menghadapi gangguan tetangga absurd itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Lune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sore Penuh Celetukan

Arga dan Raka masuk ke dalam rumah. Pintu pagar masih terbuka, membiarkan angin sore ikut masuk bersama mereka. Arga langsung menjatuhkan diri di sofa ruang tamu, menyandarkan punggungnya dengan wajah santai. Ia mengambil remote TV yang tergeletak di meja, menyalakan televisi tanpa benar-benar fokus.

Sementara itu, Raka berdiri di depannya, kedua tangannya dilipat di dada. Bocah lima tahun itu menatap Arga dengan tajam, seperti sedang menginterogasi seorang tersangka.

Arga mengerjap, lalu mengangkat alis. “Kenapa kamu natap Papa kayak gitu?” tanyanya santai, meski agak bingung.

Raka tidak langsung menjawab, tatapannya tetap menusuk. Setelah beberapa detik, ia maju satu langkah. “Papa… jangan suka genit sama Kakak itu lagi, ya.”

Arga hampir tersedak ludahnya sendiri, buru-buru menegakkan duduk. “Lho, siapa yang genit? Papa cuma ramah.”

“Ramah apanya,” balas Raka cepat, wajahnya serius banget. “Papa tuh keliatan kayak om-om aneh yang suka gangguin orang.”

Arga melotot, tapi bocah itu tetap tenang, bahkan menatapnya sambil mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai.

Arga mendengus, berusaha menutupi rasa malu dengan nada cool. “Raka, kamu kebanyakan nonton kartun deh. Papa cuma bercanda.”

“Bercanda tapi bikin Kakaknya ilfil,” potong Raka.

Arga terdiam, tangannya yang memegang remote hanya bisa berhenti di udara. Bocah itu benar-benar berhasil bikin gengsi seorang Arga sedikit runtuh.

Arga akhirnya menghela napas panjang, mencoba menjaga wibawanya. Ia meletakkan remote di meja, lalu melirik Raka dengan tatapan datar. “Udah, kamu masuk kamar aja sana. Jangan kebanyakan komentar.” Suaranya tenang, tapi tegas, khas gaya cool seorang Arga.

Raka bukannya menurut, malah nyengir lebar. “Halah, Papa ngusir Raka gara-gara bener, kan?”

Arga mengangkat alisnya, tetap santai. “Papa nggak salah. Papa cuma capek dengerin kamu ngoceh terus.”

Raka melipat tangan di dada, mencondongkan tubuh sedikit ke depan, wajahnya penuh keberanian. “Kalau Papa bener, harusnya nggak tersinggung dong. Tapi karena Papa nyuruh Raka masuk kamar… artinya Papa ketahuan salah.”

Arga sempat terdiam sepersekian detik. Bocah lima tahun itu jelas lebih cerewet daripada wartawan gosip. Tapi dengan cepat ia kembali ke sikap cool-nya, menegakkan badan sambil tersenyum tipis. “Pinter juga kamu. Cuma sayang, pinter kebanyakan ngomong.”

Raka terkekeh kecil, merasa menang. “Nggak apa-apa banyak ngomong, yang penting ngomongnya bener. Papa tuh harus belajar dari Raka.”

Arga mendengus, lalu menyandarkan tubuh ke sofa sambil menyalakan TV lagi. “Ya udah, terserah kamu deh. Papa malas debat sama bocah lima tahun.”

Raka menjulurkan lidah sebentar, lalu akhirnya berlari kecil ke kamarnya. Tapi sebelum menutup pintu, ia sempat melongok keluar dan berkata lantang, “Pokoknya jangan genit lagi ya, Pa! Malu-maluin banget!”

Arga hanya mengusap wajahnya dengan pasrah, tapi senyum tipis tak bisa ia tahan. Anak sekecil itu sudah bisa bikin dirinya kalah argumen.

Sedangkan di seberang jalan bu Rini, berniat mau mampir ke kontrakan Naya buat nanya kabar: gimana kondisi kontrakan, ada yang kurang atau nggak. Tapi niat itu mendadak buyar. Ia justru terhenti di tempat, menatap penuh curiga ke arah dua orang itu.

“Wah, jangan-jangan mereka udah saling kenal lama… terus ada hubungan spesial gitu?” gumamnya sambil menepuk-nepuk dagu.

Padahal Naya dan Arga sudah pada masuk ke rumah masing-masing, tapi Bu Rini masih setia nongkrong di pagar, matanya tak beranjak dari kontrakan baru itu.

“Hmmm… ini bisa jadi gosip top!” katanya dengan semangat, senyumnya melebar penuh kemenangan seolah baru menemukan berlian.

Ia sampai mengangguk-angguk sendiri. “Besok pagi pasti rame nih kalau aku lempar di arisan. Wah, bisa heboh sekampung!”

Bu Rini akhirnya memutuskan untuk tidak jadi menghampiri kontrakan Naya. Niat awalnya yang ingin sekadar menanyakan kabar penyewa barunya itu langsung surut setelah melihat interaksi singkat antara Naya dan Arga. Dengan langkah yang sedikit terburu-buru, ia kembali ke rumahnya sendiri, sambil membawa segudang dugaan di kepalanya. Wah, wah… kalau bener mereka ada apa-apa, aku harus lebih hati-hati nanyanya nanti. Bisa panjang urusannya.

Sementara itu, di rumah seberang, Arga sudah duduk di sofa ruang tamu. Lampu redup menemani heningnya suasana. Tapi pikirannya jauh dari tenang justru melayang entah ke mana. Ia masih memutar ulang kalimat yang tadi keluar begitu saja dari mulutnya ketika berbicara dengan Naya.

Arga mengusap pelipisnya, menghela napas panjang. “Kenapa gue bisa ngomong gitu, sih?” gumamnya pelan. Selama ini ia selalu dikenal dingin, menjaga jarak, apalagi dengan perempuan. Ia jarang, bahkan hampir tidak pernah, tergerak untuk melontarkan ucapan yang begitu… hangat.

Ada sedikit rasa heran sekaligus gusar dalam dirinya. Sejak kapan gue kayak gini? Bukannya biasanya cuek aja? Arga menggoyangkan kakinya gelisah, tatapan matanya kosong menatap dinding.

Bayangan wajah Naya sempat muncul jelas di benaknya. Senyum sederhana, ekspresi kikuk, bahkan nada suaranya yang agak canggung barusan semua seolah menempel di kepala Arga. Ia mengerutkan kening, mencoba mengabaikan perasaan asing yang tiba-tiba muncul.

“Ini nggak biasa. Sama yang lain gue nggak pernah kayak gini,” bisiknya lagi, nada suaranya berat, seolah sedang mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak kelewat terbawa suasana.

Namun semakin ia mencoba menepis, semakin jelas pula bayangan itu muncul. Membuat dadanya terasa sesak dengan sesuatu yang tak bisa ia definisikan.

Arga menyandarkan tubuhnya ke sofa, menutup mata sebentar, berharap bisa menenangkan diri. Tapi justru semakin tenang, bayangan itu semakin kuat. Membuatnya bertanya-tanya, Apa sebenarnya yang terjadi sama gue?

Arga akhirnya bangkit dari sofa. Rasanya duduk diam hanya bikin kepalanya makin penuh. Dengan langkah tenang namun berat, ia berjalan menuju ruang kerjanya yang berada di sebelah kanan ruang tamu. Pintu kayu berwarna cokelat tua itu dibukanya perlahan, menampilkan ruangan yang rapi dan penuh dengan rak buku serta meja kerja besar yang dipenuhi berkas-berkas.

Ia masuk, lalu menyalakan lampu meja yang remang. Suara denting jam dinding menjadi satu-satunya irama di ruangan itu. Arga menjatuhkan tubuhnya ke kursi kerja, menatap layar laptop yang masih terbuka. Jari-jarinya sempat terangkat, siap mengetik, namun tak satu pun kata bisa ia susun.

Berkas-berkas di hadapannya pun tak lebih dari kertas-kertas mati. Pandangannya kabur, pikirannya malah melayang kembali pada sosok Naya. Senyum kikuk perempuan itu, tatapan matanya yang sempat menghindar semua muncul begitu jelas, mengalahkan tumpukan angka dan strategi bisnis yang biasanya bisa ia kuasai dengan sekali lihat.

Arga menegakkan tubuhnya, mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. “Kenapa jadi nggak fokus gini?” desisnya. Biasanya ruang kerja adalah tempat paling aman, tempat ia bisa mengendalikan diri sepenuhnya. Tapi sore itu berbeda. Bahkan ruangan dingin penuh kertas pun terasa berisik oleh bayangan seorang wanita yang baru saja masuk ke lingkaran hidupnya.

Arga mencoba membuka satu berkas, menelaah isi laporan. Beberapa menit ia paksa membaca, tapi begitu sampai di halaman berikutnya, pikirannya kembali kosong. Ia mendesah, lalu menyandarkan punggung ke kursi, menatap langit-langit ruangan.

“Ini bukan gue banget…” gumamnya, suara beratnya nyaris tak terdengar.

1
Lembayung Senja
ceritanya mulai seru... semangat buat novelnya.....😍
Jen Nina
Jangan berhenti menulis!
Yusuf Muman
Ini salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, mantap! 👌
Yuri/Yuriko
Bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!