"Namanya siapa?" tanya Gavindra, seorang pebisnis muda, pemilik pabrik skincare sedang menatap intens pada seorang gadis yang merupakan karyawannya. Tiba-tiba saja bagian dari tubuh bawahnya menegang saat menatap gadis itu.
Sebuah moment yang sudah lama tak dirasakan oleh Gavindra merasakan gairahnya bangkit setelah dikhianati oleh sang kekasih. Dan ia pastikan bahwa perempuan itu akan menjadi incarannya.
Gadis itu bernama Jasmine Putri salah seorang tim content spesialist di perusahaan Gavindra. wajahnya cantik, postur tubuhnya tinggi, dan kepiawaiaannya public speaking menarik perhatian Gavindra yang baru menginjakkan kakinya di perusahaan ini.
Selama ini perusahaan miliknya dihandle oleh sang kakak, dan sekarang sang kakak harus pindah ke Singapura mengikuti sang suami, otomatis Gavindra mengambil alih posisi sang kakak itu.
Bagaimana kisah mereka? ikuti kisahnya yang penuh gelora dan di luar nalar. happy reading.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENJAUH
Keduanya keluar dari kantor di atas jam 9 malam, setelah Gavindra memastikan semua area kantor sepi dan tidak ada karyawan. Keduanya melewati lift khusus dan langsung menuju parkiran. Jasmine minta masker agar siapa pun tak mengenalinya. Peristiwa kotor malam ini cukup dia dan Gavindra yang tahu.
Gavindra memaksa Jasmine untuk mengantar pulang. Karena tak mau ambil pusing dan ingin hari ini segera berlalu, Jasmine menuruti saja. Sampai detik ini, Gavindra belum mengatakan keputusannya. Jasmine juga tak peduli, yang jelas ia sudah memberi ketegasan. Kalau dipikir ia hanya rugi bibir dan dada saja, setidaknya kehormatannya masih terjaga.
Keduanya diam saja di dalam mobil, tak ada yang mau berbicara. Kalau Jasmine sudah jelas, ia akan menjauh dari Gavindra apapun kondisinya. Sedangkan Gavindra sendiri, otak dan hatinya sedang bertengkar.
Harusnya dengan penawaran nikah siri tentu ia diuntungkan, setidaknya ia bisa menyalurkan hasratnya kepada gadis pujaan. Jujur saat dia berduaan dengan Jasmine si Elang kembali beraksi, namun ia paksa untuk bekerja dengan laptop, agar tak melihat keberadaan Jasmine.
Namun hatinya berontak, ada sisi tak tega kalau ia memanfaatkan Jasmine hanya sebagai pemuas hasrat saja, sedangkan untuk menikah resmi sepertinya tidak mudah, keluarga Gavindra belum tentu mau menerima Jasmine.
Jasmine turun tanpa mengucap sepatah kata pun, tak ada niatan untuk menawari Gavindra mampir ke rumahnya. Pria itu hanya bisa mengamati gadis yang masih marah dengannya. Gavindra diam sebentar, mengamati lokasi perumahan Jasmine. Ia tak tahu apakah rumah yang ditempati gadis itu milik sendiri atau mengontrak, yang jelas kondisi perumahan juga sepi.
Jasmine melempar kresek baju miliknya ke tong sampah belakang rumah, kemudian mengambil korek api dan membakar baju itu sembari menangis. Mau bagaimana pun ia sangat terluka dengan sikap yang dilakukan Gavindra itu, sangat merendahkan dirinya sebagai perempuan.
Ia yakin dengan ketiga penawaran Jasmine itu, Gavindra akan memilih pilihan pertama. Ya menurut Jasmine memang pilihan pertama yang terbaik untuk keduanya. Menjauh dan minim interaksi. Ia yakin bosnya itu pengecut yang tak mau ambil resiko.
Tebakan Jasmine benar. Setelah hari itu, Gavindra menghindari Jasmine, bahkan hampir tak pernah berpapasan atau berinteraksi meski mereka satu kantor. Jasmine sendiri sangat lega, akhirnya bisa bekerja dengan tenang.
Ia juga tidak berusaha mencari si bos. Suka-suka dia bertindak, mungkin sudah punya korban baru untuk si Elang. "Min, lo sama bos?" Sandra penasaran sekali, sejak hari itu tidak ada Jasmine yang ceria, manja dan jutek di kantor. Ia cenderung diam dan fokus sama kerjaan saja. Bahkan untuk makan siang dia lebih memilih meminta tolong pada OB untuk membelikan makanan, dan tentunya memberikan uang tip pada OB tersebut.
Perubahan Jasmine inilah yang membuat Sandra penasaran apa yang terjadi setelah pertemuan antara Jasmine dan Gavindra. "Gue dan bos kenapa, Mbak?" tanya Jasmine masih asyik menatap layar tapi menyahut ucapan Sandra.
Sandra pun mendekati juniornya itu, menatapnya lekat. "Lo lagi gak ada yang disembunyikan?" tuduh Sandra, Jasmine terlalu baik menyembunyikannya, justru dia tertawa. Pura-pura dia yang menang setelah pertemuan itu. Padahal setiap malam menangis dalam sunyi.
"Ya Mbak Sandra pasti tahu lah, gimana gue kalau mendebat cowok modus!" ucapnya santai. Sandra mengangguk saja. Memang soal itu Jasmine juara, tapi apa mungkin ia seberani itu menolak si bos.
"Ya gue sih percaya, cuma otak gue aja kali, Min. Yang masih belum terima bagaimana lo menolak si bos."
"Ya aku menjelaskan kayak biasanya, cuma aku kasih sedikit ancaman!"
Sandra jelas kaget, Jasmine berani sekali memberikan ancaman pada bos, gimana kalau malah dirinya dipecat?.
"Kamu mengancam bos?" tanya Sandra memastikan apa yang ia dengar. Jasmine mengangguk, ia bahkan memutar kursinya menghadap Sandra.
"Iya!"
"Kamu ancam apa, Tot! Ya Allah, lo yang mengancam gue yang takut coba!" Sandra sudah deg-deg an, eh malah Jasmine tertawa ngakak.
"Menjauh dari saya atau saya resign, just it!"
Sandra melongo, bahkan sampai menutup mulutnya dengan tangan. "Tot!" panggilnya tak menyangka juniornya seberani itu. Padahal nih, sosok Gavindra itu suamiable banget. Ganteng, kaya, pintar. Siapa coba yang gak pengen punya pacar atau suami kayak dia.
Bayangkan saja bangun tidur mata melek langsung disuguhi makhluk Allah seganteng itu, belum lagi dada dan perutnya, Sandra yakin di balik kemaja slim fitnya tercetak enam roti sobek yanga duhai, dan Jasmine menolaknya.
"Lo boleh gue tonyor gak sih, Tot. Ya Allah, gemes gue!"
"Ya gue gak suka."
"Emang si bontot itu gila! Kesempatan bagus tanpa harus cari perhatian berlebih malah disia-siakan," sahut Fadli yang sejak hanya menjadi pendengar.
Jasmine hanya mengedikkan bahu. "Kalian tahu lah trauma gue!"
"Tot, ya ampun Tot, nih ya kalau gue nih ya," Sandra masih tak terima dan berlagak seperti dirinya yang ditembak Gavindra untuk menjadi kekasih. "Sandra mau gak jadi pacar aku! Gue langsung say yes, Tot. Gak perlu pikir dua kali."
"Ya namanya gak cinta!"
"Heh, Jasmine putri dengerin gue please. Dalam rumah tangga itu cinta nomor seratus, yang penting uang dan komitmen. Kalau uangnya banyak, hidup loh aman, Min. Ya Allah! Nih ya kalau lo nikah sama Pak Bos, lo tinggal melayani dia dong di kasur, urusan anak dan rumah tangga udah ada yang handle!" cecar Sandra berpikir realistis sesuai pengalamannya menjadi ibu rumah tangga.
Melayani? Jasmine ingin tertawa miris. Dia belum jadi apa-apanya Gavindra saja, sudah melayani hasratnya. Kurang baik apa coba Jasmine, dan sikap brutal Gavindra itulah yang membuat mindset Jasmine tentang cinta itu semakin buruk. Gak ada cinta tulus, yang ada cinta itu hanya nafsu dan ambisi saja.
Sandra pun menyarankan bila ada cowok oke dan menembak Jasmine please konsultasi dulu pada Sandra atau Fadli, biar kedua seniornya ini bisa membuka mindset Jasmine tentang masa depan dan pernikahan.
Sandra pun lebih protektif pada Jasmine, khawatir saja bos melakukan hal yang tak terduga dengan memecat Jasmine, ia akan menjadi orang pertama yang melindungi Jasmine apapun itu. Dia perempuan kuat, yang sebenarnya rapuh. Sandra tak rela kalau bos sampai memecat Jasmine hanya karena perasaan.
Sandra melihat Jasmine juga siap-siap saja kalau dipecat, emang anak ini gak mau ribet. Dipecat ya sudah cari pekerjaan lain, begitu pemikirannya bila ditanya kemungkinan terburuk efek dari penolakan kepada bos.
Terlebih Gavindra juga tak memperpanjang. Terlihat cuek dan mungkin sadar bahwa pentingnya profesionalisme dalam bekerja sehingga saat Jasmine menolak beliau, diterima dengan lapang dada.
"Andai gue belum menikah, pasti gue pilih Pak Gavin," gumam Sandra sembari menyenderkan punggung di kursi. Jasmine dan Fadli tertawa ngakak, kompak mengejek senior mereka itu.
"Tapi Pak Gavin gak mau sama lo!" ucap keduanya bareng, kemudian Jasmine dan Fadli tos, puas mengejek Sandra.
nunggu otornya aja deh.
banyak kejutan tiap bab nya, seru, tegang , penasaran
ditunggu lanjutannya thor
mumet kan, lagian elang Mulu yg difikirin
aku hadir thor