Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMARAHAN DEVANDRA
Devandra menangis tanpa tau harus berbuat apa apa. Dia sama sekali tak menyangka jika hal ini bisa terjadi.
Padahal baru saja dia mengantar Casandra, dan baru saja dia merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
Devendra memegang tangan dokter dengan berlinang air mata dengan suara merintih Devandra berusaha meminta pertolongan.
"Dok, saya bersedia membayar berapapun yang dokter mau,, ,, tolong kerahkan semua usaha dokter yang terbaik untuk keselamatan Casandra."
Dokter mengangguk dan melepaskan tangan Devandra sambil menarik nafas
"Saya akan berusaha melakukan semua hal yang saya bisa, yang sekarang Casandra butuhkan adalah doa untuk keselamatan beliau,,,,, Bapak harus sabar dan tenang"
Casandra sudah terlentang di ranjang pasien dan siap untuk di dorong masuk ke ruang operasi, Devandra segera berlari kecil untuk mengikuti perawat yang mendorong Casandra.
Melihat tubuh Casandra penuh dengan darah, Devandra menangis lagi sambil mengacak acak rambutnya. Devandra mengusap air mata sambil mengepalkan tangan.
"John, kamu tau kan harus berbuat apa" , ucap Devandra dengan wajah penuh kemarahan dan matanya yang tajam.
Mendengar hal tersebut John mengangguk dan melangkah pergi.
Sementara di luar sana, Aurora datang kerumah William berniat untuk mengambil mobil.
"Assalamualaikum Buk,,, " Ucap aurora sambil mengetok pintu.
Rani membuka pintu dengan mengerucutkan bibir sambil tersenyum kecut. Melihat hal tersebut, Aurora sudah tak ambil pusing karena Rani memang sudah seperti itu dari dulu.
Selama ini Rani bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa sementara Hamdan, bapak William bekerja sebagai tukang parkir di pasar.
Walaupun selama ini Aurora selau berbuat baik pada keluarga William, namun keluarga William terutama ibunya tidak begitu suka terhadap Aurora.
Karena Rani merasa William tidak cocok untuk Aurora apalagi sekarang William telah diangkat menjadi Manager perusahaan besar.
Aurora masuk kerumah dan melihat rumah yang agak berantakan karena Rani baru saja selesai memasak. Terlihat bahwa Rani belum selesai membereskan sisa sisa kotoran bekas memasak.
Melihat hal itu Aurora berinisiatif untuk membantu Rani diantaranya menyapu, mencuci bekas perabotan masak dan juga mengupas buah untuk Bapak dan Ibu William.
"Buk,,, aku kesini mau ambil mobil karena mobilnya ada sedikit masalah", ucap Aurora sambil menaruh irisan buah.
"Tuh kuncinya di atas lemari es," jawab Rani sambil menunjuk lemari es.
"Memang mobilnya rusak atau bagaimana, kok William gak bilang", timpa Rani judes sambil menyeduh air di gelas yang akan dia minum.
"Gak apa apa kok buk,,, abis nabrak kucing aja,, sambil mau sekalian di servis karena udah lama belum di servis sama William
Aurora mengambil kunci mobil tersebut, lalu dia minta izin untuk pergi ke bengkel.
Sementara John, pergi ke kantor polisi mencari data data yang patut di curigai dan berkolaborasi dengan polisi.
John menghubungi para petinggi polisi dan jajarannya untuk segera menyelesaikan kasus tersebut.
Sementara di kantor polisi, para polisi kalang kabut karena tau siapa yang meraka hadapi sekarang.
Dia adalah seorang Devandra pemilik sekaligus CEO sebuah perusahaan besar yang tidak ada tandingannya. Bisa dibilang kekayaannya sangat berlimpah dan tak akan habis.
Devandra mempunyai beberapa anak perusahaan dan banyak properti yang tersebar di seluruh ibukota.
Polisi mencoba mendeteksi cctv jalan poros, hingga menemukan tiga buah mobil yang di curigai.
John memberi kabar dan mengirimkan tiga buah nama yang sangat patut di curigai sambil dia menyetir mobil menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi
Devandra melihat salah satu nama dan melihat foto tersebut lalu bergumam
" Aurora Mecca,,,, kenapa wajah ini tidak asing aku seperti pernah melihatnya tapi dimana."
Devandra sambil mencoba mengingat dan melihat keatas.
"Dia adalah pelayan yang melayaniku saat membeli cincin waktu itu, kenapa bisa kebetulan seperti ini." Devandra sedikit kaget dan mengernyitkan dahi
Dokter keluar dengan peluh yang membasahi wajahnya sambil melepas masker dan menarik nafas.
Melihat dokter keluar, Devandra berlari kecil dan menyambut dokter tersebut dengan penuh harapan
"Gimana Dok kondisi calon istri saya," ucap Devandra melihat dokter yang menghembuskan nafas berat.
"Pak Devan, saya dan tim sudah berusaha sekuat tenaga kami,,, namun Allah berkehendak lain pak,,, ibu dan calon bayi tidak bisa diselamatkan,, Bapak yang ikhlas dan harus bersabar", ucap dokter sambil mengusap pundak Devandra.
Mendengar hal tersebut, Devandra berteriak lalu memegang kerah dokter dan siap memukul dokter tersebut.
"Saya sudah bilang, saya bersedia membayar berapapun untuk keselamatan mereka,,, bahkan membeli rumah sakit ini pun saya bersedia", ucap Devandra sambil memukul dokter dua kali dan mencengkeram kerahnya dengan sekuat tenaga.
Para perawat dan satpam segera melerai Devandra dan John yang baru sampai di rumah sakit berlari ke tempat Devandra.
"Pak stop ,,, stop pak Devan", ucap John sambil membentak Devandra dan John memegang tangan Devandra dan membawa jauh dari dokter tersebut.
Dokter tersebut sangat memahami dan memaklumi hal itu karena melihat kondisi Devandra , betapa terpukulnya Devandra.
"Maafkan pak Devandra dok,,, beliau sangat terpukul dan syok", ucap John sambil membungkuk. Mendengar hal tersebut, Dokter mengangguk dan tersenyum tipis.
Devandra menangis dan berlari menemui Casandra, memeluk dan menggoyang goyangkan badan Casandra berharap agar Casandra bangun.
Devandra menampar wajahnya sendiri dan berharap semua ini hanya mimpi namun kenyataannya justru sebaliknya.
Tak sampai disitu, Devandra memukul mukul tangannya ke lantai sampai tangannya penuh dengan darah.
Melihat hal itu John berlari mencoba menghentikan aksi Devandra sementara orang orang yang melihat , semuanya terdiam. Menatap Devandra dengan nanar dan pilu. Seolah olah ikut merasakan apa yang dirasakan Devandra.
John ikut berlutut dan duduk disamping Devandra mencoba untuk menenangkan dan mengembalikan logika Devandra yang kalut
"Pak,,, kita harus segera mengurus jenazah bu Casandra ,,, Bapak harus kuat dan Bu Casandra akan sedih melihat kondisi Bapak yang seperti ini.
Devandra mendengarkan John dan sedikit sadar. John mulai membantu Devandra untuk bangun.
"Ya kamu benar", ucap Devandra sambil memejamkan mata dan mengusap sisa sisa air matanya.
"Urus semuanya dan jangan sampai ada yang terlewat", ucap Devandra sambil melangkah pergi entah kemana.
Sementara Aurora telah sampai ke bengkel dan menyervis mobilnya dan mobilnya yang sedikit penyok telah selesai diperbaiki.
Aurora mengangguk tanda mengerti atas hal yang disampaikan montir tersebut, kemudian Aurora menuju tempat cucian mobil untuk membersihkan mobil nya.
Sesampainya mengurus mobilnya, Aurora pulang kerumah karena ini adalah hari liburnya. Aurora ingin beristirahat dirumah dan menghabiskan waktu bersama neneknya.
Aurora makan bersama Hamida dengan sayur asem terong dan ikan asin sambel teri kesukaan dia dan Hamida.
Mereka makan dengan santai dan bercanda ria. Belum selesai makan, terdengar orang menggedor gedor pintu dengan keras seakan akan tak sabar untuk segera dibuka..
Saat Hamida membuka pintu,, dia terlihat kaget dan mulutnya menganga...
Hamida memegang dada dan menarik nafas sambil salah satu tangan nya berpegangan pada daun pintu mencoba menguatkan.