Mengisahkan tentang kisah kehidupan dari seorang pemuda biasa yang hidupnya lurus-lurus saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan cantik yang sekonyong-konyong mengigit lehernya kemudian mengaku sebagai vampir.
Sejak pertemuan pertama itu si pemuda menjadi terlibat dalam kehidupan si perempuan yang mana si perempuan ini memiliki penyakit yang membuat nya suka ngehalu.
Dapatkah si pemuda bertahan dari omong kosong di Perempuan yang tidak masuk akal itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Di Persingkat Saja DPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan beling?...
Beberapa saat kemudian para peserta sudah berbaris di garis start dengan wajah yang tegang dan serius semua.
"Serius amat. Santai saja dan jangan terlalu bersemangat juga ketika sudah di mulai. Apa kalian mengerti!?" Aku memperingati semua peserta.
"Lah. Bukanya malah bagus kalau kita bersemangat ya?" Tanya seorang bocil padaku dengan tatapan penasaran.
"Iya memang bagus. Tapi tahun lalu ada yang sampai berguling-guling saking semangatnya dia dan yang paling parah ada yang sampai melanggar aturan karena saking semangatnya ingin menang!"
"Ingat baik-baik. Kalau kalian curang akan langsung di diskualifikasi!" Semuanya mengangguk pada apa yang aku katakan.
Setelah selesai aku mundur karena wasitnya bukan aku, aku cuma bertugas mengatur mereka saja.
Aku berdiri di antara para warga yang bersorak-sorai menyemangati orang yang sedang lomba balap karung.
Waktu itu aku melihat wajah semua tampak penuh semangat dan kegembiraan.
Kebanyakan dari mereka mengenakan baju merah yang menandakan kalau mereka sangat mencintai tanah air mereka.
Senyum di wajahku tidak bisa aku sembunyikan sama sekali ketika melihat ada banyak orang yang bahagia dan bersemangat.
Dan tak lama kemudian datang seseorang yang tidak aku sangka-sangka akan benar-benar datang yaitu Ketua Kelas Santi.
"Dimas!!" Dari kejauhan ia memanggilku dan aku langsung menoleh ke arahnya dengan mata yang terbuka lebar.
Itu karena ia datang agak berbeda dari biasanya...
Yang aku maksud berbeda adalah jubah yang ia gunakan kini berwarna merah putih padahal biasanya hanya hitam legam tanpa corak ataupun warna lain.
"Apa aku terlambat? Tadi ada macet soalnya!" Ia menghampiriku sambil membuka tudung kepalanya.
Di keningnya aku melihat ada ikat kepala merah putih seperti yang aku gunakan sekarang ini.
"Tidak kok, acaranya baru saja di mulai. Bahkan lomba pertama baru saja di mulai!" Ketika itu lomba balap karungnya baru saja di mulai.
"Wah!... Jadi ini yang kalian lakukan untuk merayakan hari kemerdekaan ya!" Ketua Kelas berdiri di sampingku.
Ia tersenyum dengan kilatan mata yang berbinar-binar penuh semangat ketika melihat hal baru.
Ini mungkin hal biasa bagiku karena di tahun-tahun sebelumnya aku biasa menonton.
Namun beda cerita dengan Ketua Kelasku ini yang hampir tidak pernah melihat perlombaan seperti ini.
Bukan karena ia tidak mau.
Tapi pikirannya itu membuatnya selalu takut untuk berada di luar apalagi di bawah sinar matahari.
Dari samping aku terus memperhatikannya yang terus tersenyum dengan begitu polosnya.
Jujur... Itu membuatku merasa hangat entah kenapa.
Di antara banyaknya senyaman dan tawa orang-orang yang ada di sini hanya senyuman dan tawanya saja yang berbeda di mataku.
Santi... Semoga cepat sembuh...
Di sisi lain yang tak jauh dari tempat acara lomba ada pak bos yang sedang berdiri secara sembunyi-sembunyi.
Dari sana ia memperhatikan kami berdua terutama anaknya itu.
Setelah beberapa memperhatikan si pak bos pun tersenyum dengan tatapan mata yang terlihat lega.
"Banyak sekali hal yang berubah... Semoga pemuda ini bisa membantu kamu keluar dari halusinasimu anakku Santi..." Ia pergi.
Tanpa menyapa atau melihat perlombaan ia langsung pergi sambil tersenyum.
Kerutan di keningnya terlihat agak berkurang karena kecemasannya mungkin juga telah berkurang.
Dari pagi hingga siang loma terus berlangsung.
Satu demi satu perlombaan selesai dan orang yang menang hanya tinggal mengambil hadiah mereka setelah di umumkan.
Siang itu sebelum waktunya Dzuhur para pemenang di umumkan dan di panggil satu demi satu.
Dan orang untuk memanggil mereka semua tidak lain adalah adalah aku sendiri.
"Selanjutnya pemenang dari lomba tarik sarung adalah Imron. Teruntuk Imron silakan datang ke panggung untuk menerima hadiah dari pak RT!" Orang yang aku panggil langsung maju.
Wajahnya songong seakan telah memenangkan sesuatu yang luar biasa saja.
Setelah ia menerima hadiahnya si Imron ini langsung turun kembali ke tempat.
"Selanjutnya pemenang dari lomba makan beling silahkan maju... Eh bentar?!" Karena ada yang salah aku memeriksa lagi apa yang tertulis di kertas.
"Ini apa tidak salah tulis? Kenapa ada debus di acara lomba ini?!" Aku bertanya pada orang yang menulis skripnya.
Ia kemudian memeriksa kembali...
"Ah, iya. Ini harusnya lomba makan kerupuk. Tadi salah ketik!" Alis mataku langsung tertekuk.
"Kerupuk dan beling itu dua kata yang berbeda juga. Kok bisa typonya sampai sana?!..." Aku hanya bisa geleng-geleng kepala.
Lanjut aku memanggil orang-orang yang jadi pemenang.
Akhirnya semua pemenang mendapatkan hadiah mereka dan acara pun bubar tapi barang-barang yang ada di lapangan ini tidak di bereskan dulu karena sudah keburu Dzuhur.
Jadi semua orang sholat dulu baru setelah itu membereskan sisa-sisa dari lomba hari ini.
Dan ketika aku sedang beres-beres aku melihat si Ketua Kelas sedang main-main dengan alat-alat yang sempat di gunakan dalam lomba tadi.
Ia terlihat penuh dengan rasa penasaran seperti anak kecil yang baru keluar rumah saja.
Melihatnya seperti aku hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala kemudian lanjut bekerja.