Ayunda Dan Dosen Dingin

"Pak Revan." gumam Ayunda ketika melihat dosennya.

Ayunda pun segera bersembunyi di belakang punggung Revan.

"Beraninya kau !" Pria itu menatap tajam pada Revan yang masih menahan tangannya.

Dia ingin menarik tangannya dan menghajar Revan. Namun cengkraman di tangannya semakin kuat sehingga membuatnya meringis.

"Aku akan mematahkan tangan ini jika kau macam-macam!" Revan memelintir tangan pria itu sebelum melepaskannya.

Meski tidak sampai patah, tapi bisa dipastikan tangan pria itu mungkin terkilir.

"Terima kasih, Pak." kata Ayunda dengan tulus.

Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika Pak Revan tidak datang menolongnya.

Revan tidak menanggapi ucapan terima kasih Ayunda. Pria itu langsung pergi. Bahkan sama sekali tidak melihat pada Ayunda.

Hal semacam ini sering terjadi di club. Orang-orang yang ada di sana hanya melihat sekilas tanpa berniat ikut campur dan tidak merasa terganggu.

Ayunda kemudian pergi dan langsung menemui manajer club. Dia langsung mengundurkan diri saat itu juga. Ayunda merasa ia tidak cocok bekerja di club. Beranda di sana membuatnya sangat.

Bukannya Ayunda pilih-pilih pekerjaan atau tidak berusaha keras mencari uang untuk pengobatan sang itu, tapi Ayunda ingat pesan ibunya, 'Jangan mengorbankan harga diri demi uang'.

Karena sangat bingung untuk mencari uang, Ayunda menerima saja pekerjaan itu. Andai ibunya tau, pasti ibunya tidak akan mengizinkan Ayunda bekerja di tempat seperti itu. Meski hanya mengantarkan minuman.

Akhirnya Ayunda keluar dari club itu. Sebelumnya dia sudah mengirimkan pesan kepada Wiwit dan mengucapkan terima kasih.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan Ayunda. Sebuah mobil yang tidak asing, tapi mobil siapa ya ?

Ayunda mencoba mengingat di mana dia pernah melihatnya mobil ini.

"Pak Revan." ucap Ayunda yang melihat dosennya yang keluar dari mobil itu.

Pantas saja dia merasa sering melihat mobil itu. Ternyata mobil Pak Revan yang selalu dia lihat di kampus.

"Lingkungan ini tidak baik untuk mu. Sebaiknya kau pulang sekarang!" Revan bicara dengan nada yang datar sambil menatap Ayunda dingin.

"Iya, pak. Saya akan pulang sekarang." balas Ayunda yang baru akan memesan ojek online.

"Masuk!"

Hah ?

Ayunda terkejut ketika mendengar Pak Revan mengatakan 'masuk'. Apa kah dosennya itu bicara padanya dan menyuruh dia masuk atau apa ? Batin Ayunda bingung.

Mau bertanya tapi dosennya itu sudah menghilang ke dalam mobil.

Beberapa detik kemudian jendela kaca mobil terbuka.

"Ayo masuk!" ucap Revan dari dalam mobil.

Ayunda jadi gelagapan dan langsung masuk ke dalam mobil.

Astaga, dasar dosen dingin. Menawarkan tumpangan tapi seperti memberi perintah. Batin Ayunda.

Setelah Ayunda masuk, Revan pun mulai menjalankan mobilnya. Beberapa menit berlalu suasana terasa begitu sunyi sampai akhirnya Ayunda buka suara lebih dulu.

"Terima kasih Pak." Ayunda mengucapkan terima kasih sekali lagi.

"Terima kasih untuk yang tadi." tambah Ayunda lagi karena Revan hanya diam.

"Di mana rumah mu ?"

Alih-alih menanggapi ucapan terima kasih Ayunda, Revan malah menanyakan tempat tinggal mahasiswinya itu.

"Aku tinggal di ..." Ayunda pun menyebutkan alamat rumah tempat tinggalnya.

"Tapi..." Ayunda bermaksud untuk meminta Revan mengantarnya ke rumah sakit saja.

Namun belum sempat Ayunda melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ayunda pun langsung menjawab panggilan itu.

"Selamat malam nona Ayunda. Kami dari rumah sakit Medika Sejahtera. Kami ingin menyampaikan kondisi ibu Rumi tiba-tiba drop. "