NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Bos Galak

Menjadi Istri Bos Galak

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Kehidupan di Kantor / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Menjadi sekretarisnya saja sudah sulit, apalagi kini aku jadi istrinya.
Dia bos galak yang tak kenal kompromi.
Dan aku… terjebak di antara cinta, gengsi, dan luka masa lalu yang siap menghancurkan segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Malam harinya, kamar Aruna terasa begitu sesak. Lampu kamar menyala temaram, jendela tertutup rapat, dan jam dinding berdetak begitu lambat seakan sengaja mempermainkannya. Ia berbaring di ranjang, namun matanya tetap terjaga. Bayangan wajah Arkan terus muncul—tatapan dingin, suara datar, juga kalimat terakhirnya di depan pintu tadi siang.

  “Aku nggak pernah minta ini terjadi. Tapi kalau memang sudah di putuskan, jangan tunjukan kelemahanmu di depan orang lain.”

Aruna memeluk bantalnya erat, menahan sesak yang makin kuat di dadanya. “Kenapa aku? Kenapa harus aku?” bisiknya pada diri sendiri. Matanya basah lagi. Ia sudah terlalu sering menangis sejak kabar itu datang, namun air mata tak juga habis.

Seharusnya ia marah. Seharusnya ia benci. Dan memang begitu adanya. Namun entah kenapa, setiap kali mengingat genggaman tangan Arkan yang sempat menangkapnya saat hampir jatuh, ada rasa aneh yang ia benci rasakan.

Arkan itu dingin, galak, keras kepala. Dia bukan pria yang bisa kucintai… kan?

Detik jam terasa makin lambat. Hingga akhirnya, mata Aruna benar-benar berat, dan ia tertidur dengan sisa air mata masih membekas di pipi.

Keesokan paginya, cahaya matahari menembus tirai tipis kamar. Aruna terbangun dengan kepala pening. Begitu menatap cermin, wajahnya tampak pucat, kantung matanya menghitam. Ia menghela napas panjang, lalu berusaha merapikan diri.

Begitu keluar kamar, ia mendapati Mama sudah duduk di meja makan dengan beberapa lembar brosur pernikahan.

“Na, sini duduk,” panggil Mama tanpa basa-basi.

Aruna mendekat dengan langkah berat. Pandangannya langsung jatuh pada brosur-brosur itu—gaun pengantin, dekorasi pelaminan, undangan elegan. Semua tampak indah, tapi justru menyesakkan dada.

“Kita harus cepat pilih. Keluarga Dirgantara minta persiapan jangan berlama-lama. Minggu depan kalian fitting baju pengantin. Mama nggak mau kita terlihat setengah-setengah,” jelas Mama, matanya tajam.

Aruna menggenggam rok tidurnya erat-erat. “Ma… aku masih belum siap. Aku—”

“Aruna!” suara Mama meninggi. “Berapa kali Mama harus bilang? Kamu pikir pernikahan ini permainan? Ini bukan tentang siap atau tidak siap. Ini tentang kehormatan keluarga kita!”

Aruna terdiam. Tenggorokannya kering. Kata-kata itu seperti cambuk yang menampar wajahnya. Ia ingin melawan, tapi tubuhnya lemah, suaranya hilang.

Siang hari, rumah mereka kedatangan tamu dari pihak wedding organizer. Ruang tamu berubah ramai dengan tumpukan katalog gaun dan dekorasi. Mama sibuk memilih, Papa sesekali memberi pendapat, sementara Aruna hanya duduk diam seperti patung.

Setiap kali ditanya, ia hanya mengangguk pelan. Bahkan saat diminta mencoba membayangkan gaun impian, bibirnya kelu. Baginya, tak ada kata “impian” dalam pernikahan ini. Semua terasa seperti drama yang ia paksakan perannya.

Di tengah keramaian itu, ponsel Mama berdering. “Halo, Bu Dirgantara… oh, iya… tentu… besok? Oh, baiklah, kami datang.”

Aruna menegakkan tubuhnya. Jantungnya langsung berdebar. Mama tersenyum puas setelah menutup telepon.

“Besok kalian fitting di butik keluarga Dirgantara. Arkan juga akan datang. Jadi persiapkan dirimu, Aruna. Jangan bikin malu Mama.”

Aruna terdiam. Napasnya terasa berat. Besok. Itu artinya ia harus bertemu lagi dengan pria itu—Arkan, calon suaminya yang dingin.

Malam itu, Aruna mencoba mencari ketenangan dengan keluar sebentar ke teras. Angin malam menyapu wajahnya, membawa aroma harum parfum yang ia pakai. Ia mendongak ke langit, menatap bintang-bintang.

Kalau saja aku bisa kabur sejauh mungkin… kalau saja aku punya keberanian untuk menolak semua ini.

Namun bayangan wajah Mama muncul. Tatapan kecewa itu. Kata-kata keras yang selalu mengingatkan tentang kehormatan keluarga.

Aruna meremas dadanya sendiri, menahan tangis. Ia terjebak. Tidak ada jalan keluar.

Akhirnya Aruna memasuki rumah dengan perasaan yang masih sedih, ia berbaring di kasur miliknya berharap bahwa semuanya tidak pernah terjadi.

Keesokan harinya, suasana butik megah itu begitu asing bagi Aruna. Lampu kristal, deretan gaun putih mempesona, aroma bunga melati yang wangi. Semua orang tampak sibuk: desainer, asisten, penjahit.

Aruna melangkah pelan di samping Mama, tubuhnya kaku. Hingga matanya menangkap sosok yang berdiri di dekat cermin besar—Arkan.

Ia mengenakan setelan jas hitam sederhana. Tubuh tegapnya terlihat semakin gagah, wajahnya tetap dingin tanpa ekspresi.

Tatapan mereka sempat bertemu. Aruna buru-buru menunduk, hatinya berdetak keras.

“Ah, kalian sudah datang. Mari kita mulai,” sambut desainer butik itu ramah.

Aruna digiring ke ruang ganti. Ia mencoba beberapa gaun satu per satu. Tiap kali keluar, semua mata tertuju padanya. Mama berulang kali memberi komentar keras:

“Itu terlalu sederhana.”

“Yang ini kurang pantas.”

“Aruna, jangan malas berdiri tegak!”

Aruna hanya menurut. Wajahnya pucat, senyumnya hilang.

Hingga akhirnya, ia mengenakan sebuah gaun putih berpotongan sederhana namun anggun. Begitu keluar, semua terdiam. Gaun itu jatuh sempurna di tubuhnya.

Mama tersenyum puas. “Nah, ini baru cocok.”

Aruna berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri. Rasanya asing. Siapa gadis di cermin itu? Benarkah itu dirinya?

Tanpa sadar, tatapannya bergeser ke arah Arkan yang berdiri tak jauh darinya. Pria itu menatapnya lekat, tanpa berkata apa-apa. Hanya tatapan itu—dingin, tapi dalam.

Aruna buru-buru memalingkan wajah, pipinya panas.

Setelah sesi fitting selesai, mereka duduk sebentar sambil menunggu catatan desainer. Aruna duduk di kursi pojok, mencoba menyembunyikan diri.

Tiba-tiba, suara rendah terdengar di sampingnya.

“Gaun itu cocok untukmu.”

Aruna terperanjat. Ia menoleh, mendapati Arkan duduk di sebelahnya. Wajah pria itu tetap datar, namun kata-katanya jelas terdengar.

“A-apa?” suara Aruna tercekat.

“Gaun itu. Cocok,” ulang Arkan singkat.

Aruna tercekat. Ia tak tahu harus berkata apa. Bagian dalam hatinya bergetar aneh. Ia menunduk lagi, menggenggam ujung roknya erat-erat.

Arkan tidak berkata apa-apa lagi. Hanya diam. Tapi diamnya justru membuat suasana semakin berat.

Perjalanan pulang, Aruna hanya menatap keluar jendela. Mama di sampingnya terus berbicara tentang detail pernikahan, tapi telinganya terasa tuli.

Yang terus terngiang hanyalah kalimat sederhana Arkan, “Gaun itu cocok untukmu.”

Kenapa kata sesederhana itu bisa membuat hatinya bergetar? Kenapa ia merasa seolah ada sisi lain dari Arkan yang tidak pernah ia lihat?

Air matanya jatuh tanpa sadar. Bukan karena sedih semata, tapi karena ia benar-benar bingung.

Apakah ia masih membenci Arkan? Atau… mulai goyah?

Pertanyaan itu menghantui pikirannya, membuat malam itu kembali sulit ia lewati.

1
Surati Surati
kok udh selesai thoorrr ???bersambung nya mana??
Nfzx25r: Belummmmm, ini lagi bikin naskah baruuu, jadi tunggu update selanjutnya yaa!!
total 1 replies
Surati Surati
smoga itu hanya mimpi yg jadi bunga tidurmu naa bukan kenyataan yg pahit yg akan kamu trima ntinya justru sebaliknya naa kamu akan benar""bahagia bersama arkan dan tk seorangpun yg bisa memisahkan kaliyan amiinn dan arkan akan selalu menlindungimu dan mencintaimu slamanya /Heart//Rose/lanjut thorr
Surati Surati
job dina jadi tameng buat aruna slalu kuatkan aruna dan semangatilah aruna slalu ok dinaa sepulu jempol buatmu dinaa/Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Surati Surati
ayolah arunaa arkan akan benar""mencintamu dan melindungimu dari diapapun yg brani mengusikmu dan siapapun yg akan mencelakaimu runaa bukalah hatimu lebar""buat arkan dan bahagialah bersamanya lanjut thorr dan smoga arkan benar""bucin sama aruna amiinn/Heart//Heart/lanjut thorr/Coffee//Coffee//Coffee//Rose//Rose//Rose/
Surati Surati
job thorr buat arkan tambah bucin sama aruna ya thorr dan aruna jg makin bucin jg sama arkan /Smile/lanjut thorr/Coffee//Coffee//Coffee//Rose//Rose//Rose/
Surati Surati
iya aruna kamu pasti kuat dan bisa melawan rani ulet bulket ituu dan percayalah arkan pasti akan melindungimu dari ancaman apapun yg membayakanmu runaa lanjut thorr
Surati Surati
alhamdullah aruna dilimdungi oleh Ibu yg baik hati nsn lembut,dan tegas melawan ullet bulket ,/Tongue/ tapi ttp hati"kamu aruna jangan pergi kluar sendirian yaa takut rani menemukanmu sendiri dan buat macem"sama kamu ,dan arkan jangzn lengah lindungi slalu aruna yaa pasang bodyguard mu buat menjaga aruna arr
Surati Surati
alhmdullah akhirnya aruna di bela sama mama arkan dan smoga arkan bisa bucin sama aruna lanjut thoorr dan sirani ulet bulket jauh""sana dari hidup arkan dan kluarga nya lanjut thorr
Surati Surati
karna kamu mulai jacin sama arkan runa....lanjut thoorr
Surati Surati
buatlah arkan dan aruna saling bucin thorr dan aruna berdamailah dengan hati dan rasa nya pada arkan si ceo kutub,/Grin/moga perjodohannya langgeng dan menua bersama aminn🤲🤲💓lanjut thorr
Surati Surati
aq suka bc smua cerita nya thorr
YULI ANI
ga ada kelnajutan nya lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!