Niat hati ingin mengugurkan kandungannya, malah bertemu ayah janin yang ia kandung. Lusi Caisa Vanholand, CEO wanita muda yang menghabiskan malam dengan Gasan Samiel Pedros seorang dokter spesialis kandungan dan anak namun memilih tidak ingin mempertahankan hasil benih semalam yang mereka lakukan. Bagaimana Gasan memperlakukan pasiennya itu? Apakah dia mampu memaksa Lusi untuk mempertahankan calon anak mereka? Bagaimana sikap Lusi dengan pemaksaan yang akan dilakukan Gasan padanya? Dukung novel ini agar mendapatkan retensi terbaik dan masuk menjadi novel pilihan pembaca! Terima Kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KAWAN LAMA
Di sebuah cafe dekat kantor perusahaan Vanholand, kini Lusi dan Sophie duduk berhadapan sambil menikmati makan siang mereka.
"Dakar dan Jazi udah pergi dari perusahaan" celetuk Sophie.
Lusi hanya merespon dengan senyuman menyeringai puas.
"Cuma senyum puas begitu respon mu setelah mendengarnya?" heran Sophie karena ia kira sahabatnya itu akan merespon heboh.
"Aku tau papi ku akan bertindak cepat. Lagipula aku sangat muak dengan mereka. Mendengar namanya saja udah bikin mules" sahut Lusi santai sambil tetap menikmati pesanannya.
Prook! Prook!! Prook.
Sophie malah bertepuk tangan karena memberikan apresiasi atas sikap tenang bosnya itu.
"Tidak salah lagi, kamu memang putri tersayang Tuan Jugos, Lus. Memiliki ayah sepertinya seakan akan dunia ini aman" ucap Sophie.
"Ya begitulah. Memiliki ayah seperti papi membuat ku enggan menikah. Sungguh sulit mendapatkan pria seluar biasa dia" sahut Lusi.
"Hmmmm..tapi tetap saja suatu hari nanti kamu membutuhkan seorang pria yang menjadi partner mu. Boleh lah kamu CEO hebat, wanita karir yang luar biasa, tapi kan lebih enak kalau hidup bersanding dengan seseorang yang mencintai mu sebagai belahan hidupnya juga, bukan sebagai anak seperti papimu" ujar Sophie.
"Kamu begitu percaya dengan namanya cinta ya, Sop? Wajarlah karena kamu bisa mendapatkan Arlo, lelaki spek langka yang cocok untukmu" ejek Lusi sambil tersenyum tipis.
"Ya dong, Arlo adalah pria terbaik yang kumiliki. Itupun kamu tau sendiri bagaimana kita bisa bersama. Takdirku bersamanya karena malam prom night yang membawaku memiliki putra kami sekarang" sahut Sophie dan Lusi tertawa kecil.
"Hahaha, maaf aku tertawa karena aku juga tau bagaimana kalian dulu menjadi lawan malah jatuh cinta" ujar Lusi.
"Tertawalah dengan puas karena aku akan melakukan hal yang sama saat kamu menemukan pria yang mampu membuatmu cinta mati" ucap Sophie dengan tatapan menggoda membuat Lusi menghentikan tawanya dan tersenyum tipis.
"Ck dasar pendendam" celetuk Lusi.
"Pendendam bagaimana? Itu adalah motivasi untukmu agar bisa benar benar menjadi independen women. Kalau kamu gak mau aku ketawain ya jangan jatuh cinta, tapi kalau kamu tidak bisa menahannya, maka terima lah aku tertawa didepanmu. Buktikan kalau kamu memang tidak butuh pria di dunia ini selain papi mu" sahut Sophie.
Lusi terlihat mencerna omongan sahabatnya itu yang juga ada benarnya dengan prinsipnya saat ini.
"Ya, aku pikir benar juga apa yang kamu bilang. Kalau aku yakin tidak akan jatuh cinta maka aku tidak perlu khawatir kamu akan mentertawakanku saat aku mencintai seorang pria karena aku tidak akan pernah jatuh cinta" ujarnya dan Sophie memilih tersenyum penuh kemenangan.
"Kita lihat saja, Lusi. Wanita independen sepertimu harus ditabrakan realita bahwa tetap memerlukan pria di hidupmu" batinnya.
Lalu keduanya kembali menikmati hidangan sebelum harus kembali ke kantor.
Di tempat lain, di rumah sakit Internasional Madrid, kini Gasan sudah mulai berpraktek menjadi salah satu dokter di poli anak lalu di sesi berikutnya di poli kandungan.
Sebelum itu, ia dikenalkan oleh Ollar kepada pegawai rumah sakit baik dari kalangan dokter maupun perawat melalui grup whatsapp.
Banyak perawat dan dokter muda yang terpesona dengan ketampanan Gasan, dokter muda berambut coklat muda serta iris mata berwarna biru.
*Visual wajah Gasan , tampan bukan ? 🤭
-selera author nih wkwk
Gasan terkesan begitu ramah dan ceria. Layaknya dokter yang suka bersosialisasi.
"Ada dokter baru! Tampan dan pintar sepertinya"
"Dokter baru yang dikenalkan oleh Dokter Ollar sangat tampan! Apakah dia sudah memiliki kekasih atau istri? Tapi belum memakai cincin jadi sepertinya belum menikah"
"Aduuuh! Adaa brondong lagi! Alamaak suamiku dirumah minggir dulu"
"Udah dokter kandungan ditambah dokter anak lagi! Nih dokter pasti suka anak anak dan pintar mengurus bayi"
"Bisa jatuh hati duluan sama dokter ini sebelum bisa berbicara dengannya"
Omongan omongan para penghuni rumah sakit yang menyambut kedatangan Gasan dengan suka cita.
Baru sehari Gasan bekerja, isi rumah sakit jadi ramai. Apalagi perawat yang bertugas di poli anak dan kandungan, mereka bangga memiliki dokter baru muda dan begitu mempesona.
Para pasien pun bertanya tanya pada perawat siapa dokter ini karena dokter kandungan sebelumnya sudah pindah tugas. Kini digantikan oleh Gasan.
Untuk Dokter spesialis anak, ada dokter lain yaitu Dokter Ranzel yang hari ini memang sedang tidak bertugas karena izin sakit.
Hingga malam hari, pukul 9 malam, Gasan baru menyelesaikan pasien terakhir di poli kandungan.
"AAAAKH!!! LUAR BIASA RUMAH SAKIT INI! BEGITU BANYAK PASIEN DI HARI PERTAMAKU KERJA" serunya saat baru saja merenggangkan tubuhnya di kursi dokter.
"Memang cukup menarik, jika aku bisa membangun rumah sakit ibu dan anak disini" batinnya.
Lalu ia bergegas membereskan peralatan dokternya lalu pulang ke rumah.
Baru saja akan keluar ruangan poli kandungan, pintu sudah diketuk seseorang.
Tok..tok..tok..
Lalu pintu Gasan buka.
"HELLO KAWAN! APA KABAR!!" seru seorang pria dihadapannya.
"ASTAGA, JERO!! KAMU DATANG KESINI!" sahut Gasan excited.
Mereka pun berpelukan layaknya teman seperjuangan.
"Aku langsung datang saat mendengar kabar rumah sakit ini mendapatkan dokter muda tampan double spesialis lagi hahaha. Ayahku yang mengabariku saat aku baru saja sampai rumah. Aku sangat senang kamu memutuskan untuk tinggal disini" ucap Jero.
"Ya, aku dengar kamu sedang di London untuk mengurus bisnismu dari Paman Ollar. Aku juga sangat senang jika kamu mengingatku, kawan" sahut Gasan.
"Pasti ingat! Kita bersekolah di tempat yang sama selama 6 tahun di Paris, sebelum orang tuaku kembali kesini" ujar Jero.
"Hahah benar juga. Kita habiskan kenakalan remaja bersama di Paris" ucap Gasan.
"Benar!" sahut Jero.
"Lebih baik kita mengobrol di tempat seru dan aku akan memperkenalkan keramaian kota Madrid! Ayo ikut aku" lanjutnya.
"Jangan bilang ke club atau diskotik? Aku sudah bukan penggemar keramaian itu" ujar Gasan jujur.
"Lebih baik, kamu datang kerumahku dan akan aku masakan dinner spesial. Bagaimana? Menginaplah dirumahku, kawan" lanjutnya.
Jero pun menyetujuinya lalu mereka berdua pergi bersama menggunakan mobil masing - masing.
Sesampainya di rumah dalam waktu berdekatan, Gasan mengajak Jero untuk masuk dan langsung menuju dapur.
*ilustrasi dapur rumah Gasan
"Aku menantikan masakanmu, Gas! Dari kita berdua yang hobi masak ya cuma kamu" celetuk Jero.
"Ya. Hobi memasak selalu melekat di diriku. Aku sangat menyukai memasak, seperti kamu sangat menyukai dunia club haha" sahut Gasan.
"Hahahahaha..ya benar juga kamu. Dalam dunia bisnis permainan wanita, uang, tahta begitu kental. Beda sekali dengan kehidupanmu sebagai dokter" ujar Jero.
"Meskipun berbeda sekali hobi kita namun 1 hal yang sama yaitu menyukai wanita yang sama hahahhaa.. atau paling tidak menyukai wanita cantik lah" ucap Gasan.
"Hust! Kamu mengingatkan perseteruan kita dulu. Tapi untung saja dia memilih pria lain. Hahahaa aku sangat mengingat bagaimana Leonardo mencium Juliet didepan kita saat prom night. Aku tau saat itu Juliet mencintai pria itu daripada kita berdua" jelas Jero dengan sendu diakhir.
Gasan memperhatikan mimik ekspresi Jero yang telihat sedih saat mengingat wanita favorit mereka di bangku SMA.
Duk!
Ia meletakkan sebotol bir dihadapan sahabatnya. Bir yang ia ambil dari kulkas.
"Minumlah! Meskipun ini tidak di club, aku menyediakan banyak bir. Jangan galau, bro. Juliet sudah hidup bahagia dengan Leonardo di London. Mereka sudah memiliki 2 anak" ucap Gasan menghibur pria disampingnya ini sambil tangannya menyiapkan perlengkapan masak.
"Kamu tidak tau saja, Gas. Kemarin aku bertemu dengannya dan ternyata hatiku masih berdetak kencang saat mata kami saling bertemu namun tak terucap sekata pun" batin Jero sambil meminum bir yang diberikan Gasan. Lalu ia duduk di kursi tersedia disana.
"Ya..aku rasa dia memang sudah bahagia hidup bersama pilihannya" lirih Jero yang lagi lagi terdengar galau.
Gasan pun hanya tersenyum tipis dan tetap fokus melanjutkan aktifitas memasaknya.
"Duduklah dan lihatlah aku menyiapkan makan malam untuk kita" suruhnya dan Jero mengangguk.
Gasan terlihat mahir menggunakan pisau dan peralatan dapur lainnya. Malam ini ia memasak spaghetti beef mozarella.
semangat update nya hehhehehe....