Kayla lahir dari pernikahan tanpa cinta, hanya karena permintaan sahabat ibunya. Sejak kecil, ia diperlakukan seperti beban oleh sang ayah yang membenci ibunya. Setelah ibunya meninggal karena sakit tanpa bantuan, Kayla diusir dan hidup sebatang kara. Meski hidupnya penuh luka, Kayla tumbuh menjadi gadis kuat, pintar, dan sopan. Berkat beasiswa, ia menjadi dokter anak. Dalam pekerjaannya, takdir mempertemukannya kembali dengan sang ayah yang kini menjadi pasien kritis. Kayla menolongnya… tanpa mengungkap siapa dirinya. Seiring waktu, ia terlibat lebih jauh dalam dunia kekuasaan setelah diminta menjadi dokter pribadi seorang pria misterius, Liam pengusaha dingin yang pernah ia selamatkan. Di tengah dunia yang baru, Kayla terus menjaga prinsip dan ketulusan, ditemani tiga sahabatnya yang setia. Namun masa lalu mulai mengintai kembali, dan cinta tumbuh dari tempat yang tak terduga…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Olimpiade Sains
“Dan kamu sahabat terbaik kita semua,” timpal Rina.
“Kayla itu kayak benang jahit,” kata Lala tiba-tiba.
“Maksudnya?” tanya mereka serempak.
“Benang itu yang menyatukan kain-kain beda warna, beda bahan… kayak kamu yang nyatuin kita semua.” jawab Lala
Kayla tertawa kecil. “Kalian lebay banget.”
“Tapi bener,” ucap Rina serius. “Sekarang semua anak kelas satu kalau nyebut orang paling berpengaruh, jawabnya ‘Kayla’.”
Kayla terdiam. Wajahnya menunduk. Air mata nyaris tumpah.
“Aku… nggak nyangka akan punya keluarga baru kayak kalian.” ujar Kayla penuh haru
Malam itu mereka tidur lebih awal. Tapi sebelum tidur, Cika menarik selimut Kayla dan berkata pelan, “Mulai malam ini, kamu nggak sendiri lagi.”
Dan Kayla, untuk pertama kalinya sejak lama, tidur dengan senyum tenang.
Beberapa tahun berlalu, sekarang Kayla sudah SMA di sekolahan yang sama dan di kamar yang sama serta tiga sahabat yang sama.
“Kayla!”
Langkah-langkah kecil Lala terdengar keras di lorong asrama. Ia menerobos masuk kamar 207 sambil ngos-ngosan.
“Kenapa, La?” tanya Kayla yang sedang menyetrika seragam.
“Kamu dipanggil Bu Eni di ruang guru sekarang!” jawab Lala dengan nafas tersengal
“Bu Eni?” Rina menoleh. “Kepala sekolah?”
“Katanya penting banget! Kayla, buruan!” ujar Lala. Lagi
Mendengar itu Kayla ingin mematikan setrikaan tapi di cegah Rina karena ia yang melanjutkan pekerjaan Kayla.
---
Kayla masuk ke ruang guru dengan sedikit gugup. Di sana, Bu Eni dan beberapa guru duduk melingkar.
“Selamat siang, Bu…” salam Kayla
“Silakan duduk, Kayla.” Wajah Bu Eni terlihat serius namun ramah. Ia menyodorkan map.
“Kamu tahu Olimpiade Sains Tingkat Kota akan diadakan bulan depan?” tanya Bu Eni
Kayla mengangguk pelan. “Pernah dengar, Bu.”
“Kami ingin kamu jadi wakil sekolah untuk mata pelajaran Matematika.” jelas Bu Eni
Kayla terdiam. Tangannya mencengkeram ujung roknya. “Saya? Tapi saya…”
“Kamu terbaik di semua ujian. Kami percaya kamu mampu. Tapi tentu keputusan ada di tanganmu.” jawab Bu Eni dengan tenang
Kayla menghela napas. Ingatannya melayang ke surat dari Ibu Rika.
"Kalau kamu punya mimpi, kejarlah, Nak…"
Ia mengangguk mantap. “Saya mau, Bu.”
---
Malam itu, kamar 207 heboh.
“WOOOOW, KAYLA IKUT OLIMPIADE!” Rina melonjak-lonjak.
“Eh jangan teriak, nanti kakak kelas ngamuk!” Lala menutup mulut Rina sambil cekikikan.
Cika duduk di ranjang dengan senyum bangga. “Gue udah prediksi ini dari lama.”
Kayla duduk memeluk bantal.“Kalian berlebihan…”
“Ya jelaslah! Kayla yang dulu diem doang di pojokan sekarang mau bawa nama sekolah!” ujar Rina.
Lala tiba-tiba berdiri dan mengangkat tangan. “Demi mendukung Kayla, kita resmikan nama geng kita malam ini!”
Cika mengangkat alis. “Geng?”
“Empat Serangkai Srikandi! Kayla si otak, Rina si otot, Cika si pelindung, aku si cerewet…” jawab Lala antusias
Mendengar itu semua tertawa bahagia, canda tawa terdengar di kamar 207 malam itu
---
Beberapa hari berikutnya, Kayla mulai les privat tambahan dari sekolah. Jadwalnya padat—pagi sekolah, sore belajar, malam latihan soal.
Suatu malam, Kayla pulang ke kamar dengan wajah pucat.
“Wah, ini sih bukan Kayla. Ini Google capek,” celetuk Cika.
Kayla duduk lemas di kasur. “Soalnya… makin susah.”
Rina menyodorkan roti keju. “Nih. Isi tenaga dulu, baru lanjut.”
Lala ikut duduk di samping Kayla. “Kalau kamu lelah, ingat: kita semua di belakang kamu.”
Kayla menatap mereka satu per satu. “Dulu aku nggak punya siapa-siapa… Sekarang aku punya tiga orang yang selalu ada.”
Rina pura-pura usap air mata. “Huaaa, terharu banget…”
Sedangkan Cika menatap Kayla bangga dan juga haru
---
Hari perlombaan pun tiba. Aula besar sekolah unggulan dipenuhi peserta dari seluruh kota. Kayla mengenakan seragam sekolah lengkap, rambut dikuncir rapi, dan wajah tenang walau jantungnya berdetak kencang.
“Nomor peserta 027: Kayla Putri Anindya, dari SMA Negeri 4.”
Tepuk tangan kecil terdengar. Beberapa siswa dari sekolah Kayla membawa spanduk bertuliskan SEMANGAT, KAYLA
Satu jam berlalu. Kayla memecahkan soal demi soal. Hitungan rumit jadi seperti permainan. Tangannya tak berhenti menulis, semua yang melihat ketenangannya dalam mengerjakan soal membuat semua orang kagum. Tidak ada gurat apapun di wajah Kayla, saat waktu habis, ia menatap langit-langit aula. Dalam hati, ia berbisik:
“Ibu... semoga Kayla bikin kalian bangga.”
---
Tiga hari kemudian, pengumuman hasil muncul.
Rina berteriak duluan, “KAYLA JUARA SATU!”
Lala dan Cika langsung memeluknya.
“WOOOOO! KITA HARUS RAYAKAN INI!” seru mereka
“Kita masak mi instan rame-rame di dapur asrama!” usul Lala.
Kayla tertawa keras. “Itu bentuk selebrasi yang… sangat sederhana.”
“Eh, kita anak asrama. Hidup hemat adalah seni!” kata Cika.
---
Malam itu, kamar 207 penuh tawa, aroma mi instan, dan kenangan baru.
Di tengah gurauan, Kayla berdiri dan menatap mereka.
“Terima kasih, ya…” ujar Kayla tulus penuh haru
“Lah, tiba-tiba serius?” ujar Lala
Kayla tersenyum. “Kalian nggak tahu betapa berharganya malam-malam kayak gini buat aku. Sebelumnya… malam cuma tempat buat nangis pelan-pelan, kadang aku berpikir, apa aku tak pantas bahagian, karena semua yang aku sayang pergi. Aku pun pernah tidur emperan toko sendiri menahan dingin dan lapar, tapi aku gak mau mengeluh karena aku tau Allah sudah siapkan yang terbaik untukku. Jika aku sabar dan ikhlas aku pasti bisa melewatinya dan sekarang terbukti aku bisa menemukan kalian yang berharga" ujar Kayla dengan senyum dan air mata kebahagiaan
Semua terdiam.
Lalu Cika memeluknya dari belakang di susul Rina dan Lala
“Mulai sekarang, malam-malam mu cuma buat tertawa bareng kita.” ujar Cika
"Tentu saja karena kita Empat Serangkai Srikandi" seru Lala dan semua tertawa bersama.
Malam ini akan menjadi malam yang penuh kenangan bagi keempat gadis yang memiliki empat kepribadian yang berbeda tapi di satukan oleh yang namanya ikatan persahabatan yang kuat.
Keesokan paginya
Pagi itu di asrama 207, suara gaduh menggema dari balik pintu.
“Cikaaa! Handukku mana?! Aku udah telat jam olahraga!” seru Lala
“Itu! Di belakang pintu kamar mandi, La!” jawab Cika
“Ngapain kamu taruh situ?!” tanya Lala
“Lah siapa suruh kamu ngeluarin handuk terus tinggal!” jawab Cika
Kayla duduk di pojokan kasur sambil menulis di buku hariannya. Ia menahan senyum.
“Sudahlah,” gumamnya.
Rina muncul dari balik pintu sambil membawa loyang kecil. “Sarapan dulu! Aku nyolong roti isi cokelat dari dapur!”
“Eh itu buat anak kelas tiga loh!” bisik Lala dengan mulut penuh.
“Justru itu,” kata Rina bangga. “Kita anak kelas 2 harus unjuk gigi!”
Kayla akhirnya tertawa kecil. “Gara-gara kalian, hidupku di asrama nggak pernah tenang…”
Cika duduk di ranjang sambil mengeringkan rambut. “Dan kamu makin bisa ketawa sekarang. Misi kita berhasil!”
Bersambung
mantap 👍
kl orng lain,mngkn g bkln skuat kayla....
ank kcil,brthan hdp s luarn sna pdhl dia msh pnya sseorng yg nmanya ayah.....
😭😭😭
mudah dipahami
mna pas lg,jdinya ga ara th jd nyamuk....😁😁😁.....
Liam niat bgt y mau pdkt,smp kayla prgi kmna pun d ikutin....blngnya sih kbetulan.....tp ha pa2 lh,nmanya jg usaha....smngtttt....
trnyta ank yg d buang,skrng mlah jd kbnggaan orng lain....slain pntr,kayla jg tlus....skrng dia pnya kluarga yg syng dn pduli sm dia....