Terikat Janji Dengan Princess
Prologue :
Malam itu petir menyambar keras. Hujan rintik-rintik membasahi dedaunan. Seorang marshal (pemimpin prajurit elit istana) berlari sekuat tenaganya ke hutan. Nafasnya memburu dengan kotak yang berisikan bayi ditangannya. Jantungnya berdetak tak beraturan diiringi suara langkah kaki yang cepat.
Sampailah ia di depan sungai yang mengalir. Jika kau terus mengikuti aliran air sungai, kau akan sampai ke panti asuhan jika beruntung. Namun jika tidak, kau akan mati bersama air terjun yang tinggi.
"Ini adalah malam paling menyedihkan. Aku akan punya kenangan buruk yang terus saja menghantui ku di sungai ini." Ia menelan ludah dengan susah payah.
Sosok yang mengejarnya adalah pasukan iblis yang menginginkan bayi itu mati. Marshal itu menekukkan lututnya lalu menghanyutkan anaknya ke sungai dalam posisi setengah duduk. Tak lama, datanglah pasukan iblis yang berbondong-bondong menginginkan nyawa sang bayi dan nyawa sang marshal.
"Sial... kita terlambat," ucap salah satu iblis. Suaranya naik satu oktaf.
Sang marshal akhirnya membalikkan badannya lalu mengusap air matanya yang tak bisa ditahan. Para iblis menatap tajam sang marshal. Kini pedang sang marshal diangkat ke langit kemudian matanya merah menyala tanda sudah siap dihajar.
Pertarungan hebat antara keduanya pun tak bisa dihindarkan lagi. Pasukan iblis yang begitu banyak tak cukup kuat untuk bisa mengalahkan marshal satu ini. Dengan penuh amarah dia mengayunkan pedang, satu persatu iblis pun tumbang.
Pasukan iblis pun akhirnya berhasil dikalahkan, walau dengan luka di sekujur tubuh. Bukan hanya luka fisik, melainkan luka pada hatinya juga sangat terasa. Setelah semua iblis tumbang, ia berjalan pulang dengan langkah yang berat. Jalan pria ini pelan dengan wajah yang terus saja menunduk diguyur hujan kecil.
Sesampainya di rumah, betapa sesaknya dada sang marshal. Dinding rumahnya dipenuhi bercak darah. Kasur yang ditempati istrinya basah dengan noda merah.
"Kau yang menyuruh ku percaya bahwa takdir akan mempertemukan aku dengannya." Sang marshal menggenggam erat tangan istrinya yang sudah tak bernyawa.
"Dia akan menjadi anak yang hebat, benar kan sayang? Aku akan selalu menantikan menantikan momen indah bersamanya." Air matanya jatuh dalam keheningan.
"Tahun-tahun yang akan ku lalui adalah mimpi buruk yang tak pernah aku inginkan. Malam bisa saja berganti, namun tidak dengan mu"
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
8 tahun kemudian.
Di sebuah istana tampak seorang raja sedang duduk si singgasananya menunggu kehadiran seseorang. Tak lama seseorang yang ditunggunya muncul dan langsung menunduk memberi hormat.
"Pietro Marshal, momen yang paling kau nanti nantikan akan terjadi dihari ini. Sudah 8 tahun sejak insiden itu, kau pasti sangat menantikannya," ucap King Mizaliott of Tudor.
"Benar paduka."
King Mizaliott pun menyuruh Pietro Marshal untuk segera berangkat dengan kereta kuda. Dalam perjalanan tak henti-hentinya hati Pietro bernyanyi. Langit terbentang cerah tanpa awan, suasana terasa begitu hangat ketika membayangkan dirinya dengan anak yang ia rindukan itu.
Singkat nya, Pietro sampai di panti asuhan yang dekat dengan sungai. tanpa membuang-buang waktu, dengan cepat dan singkat Pietro mengadopsi anak yang tak lain tak bukan adalah anak kandungnya sendiri. Namun setelah dilihat dengan seksama, wajah anaknya itu tampak begitu murung. Kepalanya menunduk menghindari tatapan semua orang. Wajahnya menatap ke depan dengan tatapan kosong, kepala sibuk dengan pikirannya sendiri.
Singkatnya, anak itu berhasil diadopsi dan dibawa ke kereta kuda. Pietro pun mulai bertanya kepada anak itu. "Ehh... nak, siapa namamu?" tanya sang Marshal pelan. "A... aku... aku William paman, bukankah paman adalah seorang Marshal?" tuturnya halus terbata-bata. Matanya terus memperhatikan lencana yang bersinar-sinar di baju Pietro.
"Iya nak, nama paman Pietro, dan mulai sekarang hidup berbahagialah sebagai anak paman ya! Dan jangan manggil paman, panggil saja ayah." Pietro mengatakannya dengan penuh senyuman.
"Baik ayah, aku senang diadopsi seperti ini, terimakasih," Setelah senyuman, dia menundukkan kepalanya. "Tapi aku benci kepada orang tuaku yang telah membuang ku seperti ini. Aku sangat membenci mereka," suaranya naik. Wajah anak itu mengeras.
Pietro langsung terdiam sejenak, perkataan anak itu membuat hatinya sesak. Biar bagaimanapun dia tidak bermaksud membuat William berada di panti asuhan.
Setelah dia sejenak, Pietro menggunakan sihir kegelapannya dan membuat matanya menjadi merah menyala. Saat itu juga William yang menatap mulai kehilangan kesadarannya. William merasa tidak bisa memalingkan wajahnya itu, tanpa William sadari matanya juga jadi merah menyala dan ia merasa kalau ia nyaman berada di dekat Pietro walau tak tahu alasannya kenapa.
Sihir kegelapan Pietro pun dihentikan, wajah seramnya beralih menjadi wajah yang penuh dengan senyuman lagi.
"Nak... orang tua mu tak bermaksud menghanyutkan mu ke sungai, itulah yang harus kau percaya!" ucap Pietro, terdengar tak ada candaan dalam nada bicaranya itu.
"Sudahlah ayah, ucapan mu tidak masuk akal, aku rasa mereka memang tidak menginginkan keberadaan ku. Bisa bisanya mereka melakukan hal bodoh, apa mereka tak berfikir aku bisa saja mati tenggelam?" ucap William dengan nafasnya yang memburu.
"Kurasa dengan diadopsinya aku, aku bisa melupakan kenangan buruk yang kudapat akibat di panti asuhan itu," tambahnya.
Tak butuh waktu lama untuk Pietro memahami apa yang dimaksud dengan kenangan buruk yang dialami William. Pietro melihat ada luka kecil ditelinga anaknya itu, melihat hal itu Pietro langsung mendapat kesimpulan.
"Sudahlah nak, setelah kau diadopsi kau akan mendapat banyak teman," ucap Pietro menenangkan. Tangannya mengusap punggung mungil William.
"Aku benci teman, istilah teman terasa sangat jahat untuk didengar. Telinga ku terasa panas jika mendengar kata itu," ucapannya sembari menggigit bibir bawah, hampir berdarah.
"Aku yakin sebelumnya mereka mengajak anakku ini berteman, lalu setelah diterima satu persatu kenangan buruk mulai masuk kedalam memori William." Ucap Pietro dalam hati.
Saat hendak menasehati putranya, Pietro mendapat sambutan dari rekannya yang lain. Tanpa ia sadari ternyata sudah sampai di istana. Perjalanan terasa begitu singkat saat bersama dengan anaknya sendiri. Setelah sampai, Pietro mendapat perintah untuk segera menghadap raja. Saat itu juga Pietro pergi meninggalkan anaknya sendirian tak sempat bilang apa-apa.
William awalnya senang. Wajahnya tampak bahagia begitu melihat banyak anak-anak seumuran dengannya. William berfikir bisa memulai semuanya dari awal dan berteman baik dengan anak-anak prajurit elit lainnya.
Akan tetapi, wajah William berubah saat Dante yang merupakan salah satu anak dari prajurit elit bilang "Hai, berteman yuk!" ajak Dante. Wajahnya tampak begitu tulus saat mengatakan itu.
Namun saat mendengar hal itu seketika sikap dan wajah William berubah drastis. Ia malah berlari menjauh dari anak-anak disana. Melihat respon William yang seperti itu, Princess Mary yang merupakan putri kecil kerajaan Tudor pun menghampiri Dante. "Aku merasa ada yang tidak beres, jadi kau harus melihat waktu yang pas untuk mendekatinya!" tegurnya.
Anak anak disana ada 5 orang, dan mereka semua dibuat kebingungan oleh sikap Dante yang seperti itu. Biar bagaimanapun mereka tak ada niatan untuk menyakiti anak yang baru diadopsi itu.
William pun duduk sendirian di kursi taman. Kepalanya tertunduk dalam diam. Dia mulai memikirkan kehidupan menyedihkannya selama di panti asuhan. Setiap hari selalu saja terjadi hal buruk padanya.
Duduk sendirian dengan wajah penuh kesedihan, terlihat sangat kesepian, itulah yang dilihat oleh anak anak pasukan kerajaan. Dante yang melihat William merasa tak tega. William hanya duduk, tak melakukan apapun, hanya menunggu ayahnya datang menghampirinya.
Dante merasa sangat kasihan pada William. Setelah membulatkan tekad, ia pun menghampiri William. "Tidakkah kau tahu aku telah muak? Pergi sana! Aku tak menginginkan keberadaan mu." Kata kata William pedih, penuh hinaan tajam, nadanya pun sungguh tinggi.
Padahal belum sempat mendekat, Dante pada akhirnya benar benar pergi dan ia pun mengadukan ini semua kepada Princess Mary serta 3 kawannya yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments