NovelToon NovelToon
SETIAP HUJAN TURUN, AKAN ADA YANG MATI

SETIAP HUJAN TURUN, AKAN ADA YANG MATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu
Popularitas:311
Nilai: 5
Nama Author: Dranyyx

Riski adalah pria yang problematik. banyak kegagalan yang ia alami. Ia kehilangan ingatannya di kota ini. Setiap hujan turun, pasti akan ada yang mati. Terdapat misteri dimana orang tuanya menghilang.

Ia bertemu seorang wanita yang membawanya ke sebuah petualangan misteri


Apakah Wanita itu cinta sejatinya? atau Riski akan menemukan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Apakah ia menemukan orang tuanya?

Ia pintar dalam hal .....


Oke kita cari tahu sama-sama apakah ada yang mati saat hujan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dranyyx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 : Raga hidup, jiwa mati

Matahari yang terik, daun-daun yang berguguran menghiasi area sekitar rumah tua itu.

Teriakan Sinta pun berhenti terdengar. Suara burung gereja yang bersahutan sekejap menghilang saat burung-burung itu terbang menjauh. Suasana di rumah itu seketika menjadi hening. Tok! Tok! Tok!.. Cepat dan tajam. Langkah kaki Rizal menggema memecah keheningan.

"Sin.. Sinta....?". Saat ia sampai di bawah—dari jarak yang sedikit jauh, Rizal menatap Sinta. Ia berjalan perlahan mendekat sembari mengatur napasnya yang sejak tadi naik-turun tak beraturan. Sesampainya di sana, Rizal pun ikut terdiam, ibarat tembok yang diam membisu di keheningan malam. Wajahnya mengkerut—sesekali ia menarik napas panjang. Di hadapan mereka tergeletak sekujur bangkai yang berbalut darah. Aroma darah yang menyengat tak membuat mereka bertanya apa yang terjadi.

Rizal memperhatikan sekelilingnya. Menganalisis kejadian yang mungkin terjadi di sana. Mencari tahu apa dan siapa yang mereka lihat di depan bola mata mereka. "Itu sepertinya wanita yang di telfon." Tangannya menunjuk ke arah Dinda yang terbaring di lantai. Nafas Dinda pelan. Tanda masih ada kehidupan yang terlukis di sana. Sinta mengangguk pelan. Seolah langsung mengiyakan perkataan Rizal tanpa ragu.

Sinta membungkukkan badan, mengarahkan dua jarinya ke leher Dinda untuk memastikan apakah ia masih hidup atau tidak.

"Ini pasti ponsel Riski, tolong pegang dulu." Ia mengambil ponsel yang berada di genggaman Dinda . Ia lanjut meraba pergelangan tangan wanita itu untuk mengecek denyut nadinya. "Ia masih hidup."

Rizal mengangkat kedua tangan. "Ya meski kamu tidak bilang, sa tau ji. Nafas di dadanya saja masih terlihat dengan jelas."

Sinta mengerutkan dahinya—matanya menatap tajam ke arah Rizal . "Kamu lihat kemana?"

"Hah? Apa?... Bisa tolong jangan so'uzon dulu? Ayolah serius sedikit." Sembari mengantongi ponsel genggam itu.

"Kita masih belum tau apa yang terjadi. Tapi intinya, kita harus cari Riski dulu."

Sinta mengangguk. "Telfon 119?"

"Jangan dulu, kita cari Riski dulu. Bukan aku tidak punya empati dengan wanita ini. Tapi tidak menutup kemungkinan wanita ini pembunuh. Kita tidak tau apakah Riski korban juga atau bukan." Rizal tidak ingin mengambil sebuah keputusan yang gegabah.

Plakkkk....!! Sinta berdiri dan menampar Rizal . "Mulutmu itu tidak bisakah ucapkan yang baik-baik saja? Tolong jangan bicara yang tidak-tidak." Mata Sinta memerah. Nafasnya terengah-engah.

"Maaf, bukan begitu." Rizal mengusap pipinya yang memerah kesakitan.Tak berselang lama Rizal berlari menuju ke lantai dua, dengan lari yang tergesa-gesa dan napas yang memburu.. Berharap tidak terjadi apa-apa dengan sahabat karibnya itu.

Citt.. cittt.... cittt... Langkah Rizal yang berat mengusik ketenangan lantai kayu itu. Dilihatnya pintu kamar dari arah tangga. Matanya terfokus ke arah lantai kayu ruang kamar yang sekilas terdapat bercak darah yang mengering.Tanpa pikir panjang ia langsung masuk ke kamar itu. Saat masuk ke dalam kamar itu, ia langsung terkejut. Seolah pria tertunduk lesu di atas ranjang, dengan pakaian bersimbah darah kering. Tangan yang terdapat luka yang menganga di tangan kanannya. Dan di sebelahnya lagi terdapat pisau yang berlumuran darah. Rizal terdiam. Pemandangan yang ia lihat tak seperti apa yang ia bayangkan.

"Sinta....!!!!" Sinta yang kaget mendengar panggilan itu bergegas naik menuju ke sumber suara. Ia berjalan cepat masuk ke kamar itu, dan matanya bak terbakar. Pemandangan tak elok yang ia dapatkan. Seketika melewati Rizal bak angin kencang. Ia langsung memeluk Riski.

Ia terperanjat melihat pisau yang berlumuran darah berada di genggaman Riski. Pisau itu sangat erat di tangannya. Diambilnya pisau itu dan dilemparkan ke sudut ruangan.

Sreet....!!

"Riski... Bicaralah apa yang terjadi?" Riski tetap terpaku dalam pelukan Sinta. Tak ada sepatah kata pun yang keluar. Hanya mata Riski terbuka lebar. Tatapan kosong yang seolah terus menatap ke arah jendela.

Tangan Rizal langsung merogoh ponsel di sakunya.

Klik klik klik..!!!

"Heii siapa yang kamu hubungi, Rizal ?" Sinta seketika menoleh ke arah Rizal .

"119." ucap Rizal Sembari fokus menghubungi nomor itu.

"Nomor darurat ya.." Tatapan Sinta terfokus ke arah Riski.

Bip.. bip.. Suara sambungan pelan.

"Selamat siang. Ini 119. Ada yang bisa kami bantu?"

"Ini darurat, kawan kami—eh, saudara saya sedang dalam sebuah masalah." Rizal sedikit terbata-bata, dengan kening yang mengerut.

"Bisa tolong dijelaskan, Pak, apa yang terjadi?"

"Ada mayat yang tergeletak di lantai dapur sebuah rumah." Nafas Rizal pelan, seolah menguasai keadaan yang sepenuhnya belum terungkap.

"Baik. Kami segera kirim polisi dan ambulans ke lokasi. Jangan menyentuh barang di sekitar korban. Apakah ada saksi lain?"

"Tidak ada, Bu. Di lokasi hanya ada seorang wanita yang tergeletak tak sadarkan diri, dan mayat di sampingnya." Nada Rizal menjadi cemas, keringatnya bercucuran.

"

"aku tidak tahu pasti, kami hanya menerima panggilan dari saudara kami yang sedang dalam kondisi yang... Ahhh aku juga bingung untuk mendeskripsikan..." Suara Rizal mulai tak teratur.

"Tolong tetap tenang, Pak. Kami akan segera mengirimkan ambulans dan polisi untuk investigasi."

"Iyahh tolong sekali, Bu nomor darurat... Siapa nama Anda?"

Sinta menyikut perut Rizal . "Ahhh... Sakit."

"Pak? Pak? Anda baik-baik saja? Apakah ada pelaku atau anda nda diserang?"

"Ah tidak... Tolong segera kirim bantuan."

"Iya, Pak. Mohon tunggu sebentar."

"kamu kenapa, Sinta, hah?" Rizal mengusap perutnya yang kesakitan.

"Kau yang aneh, orang lagi darurat sempat-sempatnya tanya nama cewe. Dasar laki-laki gatal!!"

"Cewe gila..! Baca situasi lah kalau bercanda...."

Sinta berdiri dan menatap tajam ke arah Rizal.

"Bisa tidak jangan bercanda... Du.. Lu.."

Prakkk..... Mereka berdua pun kaget. Riski tiba-tiba tumbang dan tak sadarkan diri. Tubuhnya tergeletak tak berdaya di lantai kamar itu.

Seketika suasana menjadi hening dan... "Riski......." Sinta berteriak dengan sekencang-kencangnya. Nafas Sinta terengah-engah. Memeluk Riski dan langsung menaruh Riski di pangkuannya.

"Heii heii tenanglah.." Rizal mencoba menenangkan situasi dan mengusap pundak Sinta..

Sinta seketika memegang tangan Rizal dan menghempaskannya.

"Kau.. kau, Rizal ... Kau terlalu banyak bercanda. Lihat Riski... Lihatlah, Rizal ." Sinta pun bergelimang air mata. Wajah Sinta menjadi pucat. Bibirnya gemetaran. Sesekali mengusap wajah Riski yang berada di pangkuannya.

Suasana menjadi tegang..

"Heii.. sadar, heii.. istighfar kamu . Istighfar. Jangan kaya orang kesurupan begitu." Rizal menenangkan Sinta yang mulai histeris.

Sinta tetap histeris.

"Haii... Sinta... Dia hanya pingsan, bukan mati..." Suara Rizal menjadi besar.

"Hah, maksudnya dia tidak mati?"

"Masih ada nafasnya. Masa di pangkuanmu kamu tidak sadar. Istighfar. Lebih baik angkat dia dan kita taruh ke atas ranjang."

Mereka pun menaruh Riski ke atas ranjang, sembari Sinta mengipasi Riski dengan tangannya.

Rizal mondar-mandir. Wajahnya mengkerut. Keringat tak henti-henti bercucuran. Sesekali dia mengibaskan baju yang mulai basah...

"Kenapa lama sekali ini ambulan, beh. Pusing aku."

Kegelisahan itu pun seketika pudar...

Wiuuuu... wiuuu... wiuuu..!!!

"Mereka tiba....!!!" Teriak Rizal dan Sinta yang menggelegar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!