selama 7 tahun aku tidak bertemu dengan nya,dan kini aku sungguh kaget dengan perubahan nya yg sudah menjadi seorang pria bertubuh tinggi besar juga ,begitu dengan sifat nya yg semakin dewasa
"tapi kenapa hati ku dag Dig dug ya"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanaba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang Bersama
Kaniya berdiri di depan gerbang sekolah, menunggu Abah-nya menjemputnya dengan perasaan yang tidak pasti. Beliau tidak aktif, sehingga Kaniya tidak tahu apakah Abah-nya akan datang atau tidak,malam sudah hampir larut dan kaniya belum pulang
Tiba-tiba, suara klakson mobil dari belakang membuatnya kaget. Kaniya sedikit mengomel sambil melirik ke atas mobil tersebut, berharap tidak ada yang mengganggu waktu-waktu seperti ini. Namun, ketika mobil itu berhenti di depannya dan kaca jendela mobil diturunkan, Kaniya terkejut melihat Rendy yang mengendarai mobil tersebut.
"Kaget, Kak? Sorry," kata Rendy dengan senyum yang membuat Kaniya merasa sedikit lebih rileks.
Kaniya memperhatikan Rendy dengan sedikit terkejut. "Kakak kok belum pulang?tanya Rendy
" Aku nunggu Abah," jawab Kaniya, mencoba menyembunyikan kekhawatiran yang ada di dalam hatinya.
Rendy memperhatikan wajah Kaniya yang terlihat lucu sekali, dengan mata yang sedikit lelah karena menunggu.
"Belum dijemput?" tanyanya dengan nada yang penuh perhatian.
Kaniya mengangguk, merasa sedikit sedih karena Abah-nya tidak bisa dihubungi. "Ga aktif Abah," jawabnya dengan suara yang lembut.
Rendy pun menawarkan tumpangan kepada Kaniya, dengan senyum yang membuat Kaniya merasa lebih nyaman. "Mau aku anterin?" tanyanya, sambil memperhatikan Kaniya
Kaniya merasa sedikit ragu, tapi akhirnya dia mengangguk, karna ini pun sudah hampir larut merasa bahwa tidak ada salahnya menerima tawaran Rendy. "Oke, makasih Rendy," katanya dengan senyum, sambil membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.
Saat mobil melaju di jalan, Rendy melirik Kaniya sambil bertanya, "Sudah mendingan?"Kaniya terlihat bingung
"Kakak sudah mendingan?" tanya Rendy lagi, sambil memperhatikan Kaniya
"Tadi kenapa bisa masuk UKS? Demam, atau ga enak badan?" Rendy bertanya lagi, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Kaniya akhirnya ingat, dan tersenyum sedikit malu. "Iya, udah mendingan, Rendy," jawabnya. "Badan aku agak lemes tadi," katanya, sambil menggelengkan kepala.
Rendy tersenyum, sepertinya dia sudah paham apa yang terjadi. "Oh, jadi bukan karena demam?" tanyanya lagi, sambil memperhatikan Kaniya dengan mata yang penuh perhatian.
Kaniya menggelengkan kepala. "Tidak, hanya saja Vina yang terlalu khawatir, makanya mengantar aku ke UKS," jawabnya dengan senyum.
"Oh, iya, kakak kok bisa ada di kelas tiga?" tanya Rendy
Kaniya sedikit kesal, mengingat bahwa sudah 5 hari dia ngaji tapi rendy baru sadar bahwa dia ngaji di kelasnya. "Aku juga bingung, Rendy," jawabnya dengan sedikit kesal. "Sudah 5 hari aku ngaji, baru sadar kalau aku di kelas tiga," jawab nya asal
Rendy tersenyum, sepertinya dia menikmati situasi ini ,ia tau sepertinya kaniya kesal . "Mungkin aku terlalu fokus pada pelajarannya,trus pun kakak badan nya sebaya sama anak-anak,aku penasaran sih berapa sih tinggi badan kakak?" Rendy mulai menjahili kaniya
"rendyyyy ihh apaan sih,ga tau aku dehh",kaniya akhirnya sebal
"Rendy tertawa lepas ,aku becanda aja sih kak ,tapi fakta looh kan"semakin pecah Rendy tertawa
"iya aku pendek ,kurus kan itu maksud kamu kan"jawab kaniya yg sudah mengeluarkan kata-kata yg sering dikatai oleh orang
"iya,tapi imut kok "
Blushhhh
Pipi kaniya memerah,mendengar itu dari mulut Rendy ,dan kaniya memalingkan wajah nya ke arah jendela mobil
Rendy memperhatikan Kaniya yang terdiam, dan dia merasa heran. Apakah Kaniya marah padanya? Dia membiarkannya hingga tiba di depan rumah Kaniya.
Sebelum Kaniya turun, Rendy mengatakan, "Kak, maafkan aku ya, aku cuma becanda. Kakak jangan marah dong."
Kaniya hanya mengangguk, tidak menjawab. Rendy memperhatikan wajah Kaniya yang masih terlihat sedikit kesal. Dia tidak bisa membaca ekspresi Kaniya dengan jelas.
Kaniya sendiri merasa sedikit salting, tidak tahu bagaimana harus merespons. Dia hanya mengangguk, tidak ingin memperpanjang situasi yang sudah tidak nyaman ini. "Terima kasih, Rendy," katanya singkat, sebelum turun dari mobil.