Dunia Elea jungkir-balik di saat dirinya tahu, ia adalah anak yang diculik. Menemukan keluarga aslinya yang bukan orang sembarangan, tidak mudah untuk Elea beradaptasi. Meskipun ia adalah darah keturunan dari Baskara, Elea harus membuktikan diri jika ia pantas menjadi bagian dari Baskara. Lantas bagaimana jika Elea merasa tempat itu terlalu tinggi untuk ia raih, terlalu terjal untuk ia daki.
"Lo cuma punya darah Baskara doang tapi, gue yang layak jadi bagian dari Baskara," ujar Rania lantang.
Senyum sinis terbit di bibir Elea. "Ya, udah ambil aja. Tapi, jangan nangis jika gue bakalan rebut cowo yang lo suka."
🌼🌼🌼
"Gue jadi milik lo? Cewe bego kek lo? Lo dan Rania nggak bisa disamain," cibir Saka dengan tatapan merendahkan.
Elea tersenyum kecut. "Ah, gitu kah? Kita bisa liat apakah pandangan lo akan berubah terhadap gue dan Rania, Saka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6| Meet Him
"Apa itu?" Isyana melirik ke arah paper bag yang dilemparkan ke atas pangkuannya.
Elea merebahkan tubuhnya di sofa, memejamkan perlahan kedua matanya. "Sogokan," jawab Elea sekenanya.
"Oh? Sogokan," ulang Isyana terkejut.
Tangan Isyana sontak saja langsung merogoh isi paper bag, hampir saja ia memekik keras melihat sebuah gaun mahal. Matanya melotot dengan mulut terbuka, Isyana melongok ke arah Elea. Elea membuka kembali kelopak matanya, membawa atensinya ke arah Isyana.
"Pakek baju itu ke ulang tahun Rania. Bukankah lo juga diundang? Gue penasaran gimana rasanya di hari ulang tahunnya, ada yang makek gaun yang lebih mahal dari yang dia kenakan," tutur Elea berterus terang.
Isyana tersenyum lebar, benar saja. Elea bukan sekutu kaleng-kaleng, gadis ini bisa memberikan apa yang tidak bisa ia dapatkan dengan mudah.
"Well, gue pun punya berita bagus buat lo. Bukankah nggak ada hal gratis di dunia ini," ujar Isyana, "malem nanti, gue tunggu lo di gerbang depan Sky Mansion. Sebagai balesan dari sogokan dari lo, gue jamin lo akan senang. Dan ini setara dengan gaun yang lo kasih ke gue."
Elea mengerutkan dahinya, Isyana lebih dahulu bangkit dari posisi duduknya di ruangan istirahat. Isyana melangkah meninggalkan Elea seorang diri, suara berat dari arah berlawanan perginya Isyana membuat Elea tersenyum miring.
"Apa-apaan maksud lo, huh," ujar Gala, wajahnya merah padam menatap kesal Elea.
Elea melipat kedua tangannya di bawah dada, menyandarkan punggung belakangnya di sandaran sofa. Kepalanya menengadah, tersenyum miring.
"Yah, kek yang lo tau. Gue pingin lo mendampingi gue di pesta ulang tahun, Rania," jawab Elea santai.
Gala mengerang frustrasi. "Gue udah bilang, kalo gue nggak bakalan datang. Ugh..., sialan sekali orang-orang, ini." Gala nampak sangat marah.
"200 juta," ujar Elea, "gue bisa kasih duit segitu untuk satu malem, syaratnya gampang banget. Lo jadi pasangan gue buat satu malem doang."
Gala tersenyum mencemooh. "Dasar orang kaya gila," makinya, "lo pikir gue bisa dibayar dengan uang busuk itu, huh! Lo telan aja uang sialan lo itu."
Gala membalikkan tubuhnya, suara Elea menggelegar di saat langkah kaki ia ayunkan. Langkah kaki Gala mendadak berhenti.
"Lo bukan lagi bagian dari Sky Mansion, hanya segelintir orang yang tau. Orang tua lo bangkrut, sementara Bokap lo kabur. Nyokap lo masuk rumah sakit, Adek lo butuh duit untuk tetap sekolah. Dan lo masih bilang nggak butuh duit?" beber Elea lantang, "gue bisa ngebantu Adek lo, serta ngebantuin ngelunasin biaya rumah sakit. Dan mengkokohkan posisi lo di sekolah ini, siapa yang bisa kasih lo tawaran segede ini selain gue, Gala."
Kedua telapak tangan Gala mengepal sempurna, geraham mengetat, senyum getir terbit.
"Gue nggak butuh duit lo, tau apa lo soal kehidupan gue." Gala berdecak dan melanjutkan langkah kakinya.
Elea paham, seberapa besar Gala menjunjung tinggi harga dirinya. Bahkan ia menyembunyikan fakta jika dia bukan lagi bagian dari Sky Mansion, berbaur menjadi satu dengan teman-teman lainya.
"Kita liat aja, seberapa jauh lo kuat menekan harga diri lo. Bahkan lo putus hubungan diam-diam dengan Rania cuma karena ini, dasar pria munafik," gumam Elea mencemooh.
...***...
"El! Sini!" Isyana melambaikan tangannya di saat ia melihat Elea dari kejauhan.
Elea bergegas menghampiri mobil Isyana, pintu mobil dibuka. Elea masuk ke dalam mobil duduk di samping Isyana.
"Jalan, Pak!" seru Isyana memberikan perintah.
Mobil sedan hitam itu mulai melaju meninggalkan pintu gerbang Sky Mansion, Elea menoleh ke samping membawa atensinya ke arah Isyana.
"Mau kemana kita jam segini?" tanya Elea panasaran.
Isyana mengerahkan jari telunjuknya, agar Elea mendekat ke arah Isyana. Gadis berambut coklat terang itu menunduk mendekatkan daun telinganya ke arah Isyana, Isyana berbisik pelan sebelum mengulas senyum kecil.
Elea kembali duduk dengan tegap, dahinya mengerut. "Eh? Apakah ada tempat kek gitu?"
Kepala Isyana mengangguk. "Ada, dan nggak sembarang orang yang bisa masuk. Karena gue udah jadi member di sana, gue bisa masuk dengan mudah. Di sana lo bisa jadi diri lo sendiri, dan yang terpenting di sana ada Saka. Cowo yang harus lo temui, tunangan Rania."
"Apa yang lagi lo rencanain?" tanya Elea memicingkan kedua matanya curiga.
Isyana tidak menjawab, ia malah terkekeh aneh. Gadis ini nampaknya tidak waras, seakan tahu apa yang ada di otak Elea.
"Bukankah lo harus ngerbut kembali apa yang harusnya jadi milik lo, termasuk Saka," sahut Isyana, "gue tau itu, hanya aja. Saka bukan tipikal cowo yang mudah buat diluluhin. Lo, harus mempertaruhkan semuanya untuk bisa dapatin, Saka. Dia bukan cowo baik-baik, dan bukan pula cowo begok. Saka berbeda dari kebanyakan cowo. Semuanya kembali ke lo lagi, seberapa beruntungnya, lo."
Elea menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Isyana, Saka Raka Buming cucu pemilik sekolah sekaligus lelaki paling dikejar oleh banyak kalangan. Dia mau menjadi tunangan Rania, bahkan tidak mempermasalahkan seperti apapun tingkah Rania.
"Nggak ada bocoran lain?" tanya Elea melirik Isyana.
Kepala Isyana mengeleng. "Ini aja sudah paling susah buat gue dapatin, Elea. Lo pikir siapa gue, bisa tau banyak soal si Saka. Dia emang kek Tuan Muda pada umumnya tapi, nggak satu pun bisa berteman dekat dengan dia. Karena nggak ada yang selevel dengan Saka."
...***...
Elea terus ditarik-tarik, suara bising dan sorak-sorai membuat Elea meringis. Telinganya terasa berdengung, mata Elea sontak saja mengedar di saat ia berada di kursi penonton. Lapangan luas dengan sirkuit terbentang luas, layar televisi besar di depannya. Disekat-sekat menunjuk seberapa tajamnya belokan serta terjalnya jalanan yang dilalui, suara keras menyatu dengan suara motor.
"Go!"
Tangan Isyana menunjuk ke arah motor hitam di bawah sana, yang melesat bersama dengan 20 motor di lapangan. Sorak-sorai lagi-lagi memekakkan gendeng telinga.
Isyana merogoh tasnya, mengeluarkan ponsel. Jari lentiknya bermain di atas layar, Isyana menunjukan ke arah Elea.
^^^(Motor hitam itu milik Saka, lo harus cari cara dekatin Saka dengan cara sealami mungkin. Kalo lo mau dapatin Saka, karena semua keputusan ada pada Saka.)^^^
Kepala Elea mengangguk, ia paham yang dimaksud oleh Isyana. Mata Elea tertuju pada layar lebar, motor Saka melesat ditikungan tajam Elea melihat ada 5 motor yang tumbang karena terpleset. Motor Saka masih jauh memimpin, seorang tuan muda memiliki hobi gila.
Teriakan kembali menggema keras di saat motor Saka keluar jadi pemenangnya, beberapa orang sontak saja berlarian ke arah motor Saka. Pemuda itu turun dari atas motor, melepaskan helmnya. Menyerahkan ke arah beberapa orang yang datang, ia turun dari motor.
Merasa ditatap, Saka membawa atensinya di bangku penonton. Mata mereka bersirobok, Elea menatap tenang Saka. Tidak ada reaksi berlebihan, gadis itu menatap datar Saka.
"Tuan Muda," panggilan di arah samping membuat Saka memutus tatapannya dari Elea.
"Tuan Besar menunggu di mansion," ujarnya, "menanyakan jam berapa pesawat Tuan Muda landing. Tuan Muda harus segera kembali, sebelum ketahuan."
Saka mencabik. "Gue baru aja main, dan harus diseret pulang." Saka berdecak kecil.
Ia mengayunkan langkah kakinya meninggalkan area balapan, Isyana menyenggol bahu Elea.
"Gimana, El?"
"Apanya?" tanya balik Elea pada Isyana.
Lidah Isyana berdecak. "Bukankah, dia keren."
Senyum terbit di bibir Elea. "Gue nggak tertarik buat ngeliat tampangnya, bagi gue dia nggak lebih dari objek yang bisa menumbangkan Rania." Elea menjawab santai.
Isyana terkekeh kecil. "Ya, lo benar. Tapi, siapa pun yang bisa bersanding dengan dia. Sudah pasti akan beruntung."
Elea mengangkat dan menurunkan kedua sisi bahunya. "Ayo, balik. Kita pun harus segera balik sebelum ketahuan."
"Ya, deh, iya." Isyana merangkul lengan Elea keduanya melangkah menuju tangga turun.
Bersambung....
semangat 💪💪💪