Mari Jatuh Cinta

Adhya sedang didandani oleh MUA sekarang. Lelah sebenarnya. Udah dari subuh lo dia. Lehernya terasa kaku. Untung kamarnya dingin. Kalo nggak, udah dari tadi dia pasti berkeringat.

Dari dalam kamar terdengar suara microfon yang sedang di cek ulang. Setengah jam kemudian Adhya sudah siap. Tinggal pakek hijab dan pakek gaun.

"Kabur aja sayang, kalau gak mau nikah," usul Mama Vina yang masih tidak terima dengan pernikahan Adhya dan Laka.

Adhya tersenyum lalu mengelus tangan mamanya menenangkan.

"Adhya siap," ungkapnya mantap. Dan sekarang ia sudah cantik dengan balutan gaun hanfu muslimahnya. Cantik sekali, hari ini Adhya menunjukkan kalau muslimah gak perlu melepas apapun untuk jadi cantik, gak perlu pula memperlihatkan bentuk tubuhnya. Percuma, kan kalau berhijab tapi bajunya pres banget dipakek.

Disisi lain, Laka sedang berada dalam mobil sedang sibuk mengulang ulang kalimat qobul nikahnya. Laka heran juga, padahal cuma kalimat begitu, tapi Laka sering, tuh waktu dateng ke ijaban temen atau saudara. Ada aja orang yang kesrimpet waktu ngucapin qobul. Grogi katanya.

Tak lama kemudian ia sampai, dan langsung digiring ke tempat ijab. Indah sekali halaman rumah Adhya didekorasi. Adhya juga punya taman bunga kecil didepan rumahnya. Jadi memang taman ini asli sudah cantik. Meski hanya sederhana, tapi tentu sederhananya keluarga Laka itu mewah untuk masyarakat umum. Dekorasi pernikahan saja pakek WO Queenbee yang terkenal paling mahal disana.

Laka sudah duduk ditempat ijab qobul didepannya sudah ada Papa Desta. Tinggal menunggu petugas KUA saja. Dua saksi juga sudah duduk disamping. Tamu undangan juga sudah penuh, mungkin tinggal sedikit yang belum hadir.

"Berdebar debar gak tuh, bang?" mulai, kan adek tengilnya ini. "Gue duduk sini dulu, ya bang? Nggak ketuker, kan nanti mantennya?" dengan seenaknya dia menduduki kursi untuk Adhya yang disediakan di samping Laka.

"Enak aja! Pergi sono. Ini buat istri!"usirnya.

"Gue, kok gak asing, ya bang. Kayak pernah kesini. Tapi kapan?" tanyanya menerka nerka. Sudah sejak tadi ia merasa begini.

Tapi tak lama kemudian ia ingat kapan pernah kesini.

"Gue pernah jemput pacar kesini bang! Iya. Pernah. Kayaknya ini rumah temen sekampus gue, deh bang?" ada jeda, lalu Zahid memasang ekspresi terkejut " Gila! Lo mau nikah sama temen gue!"

"Pa'an sih! Pergi sono! Ganggu aja!" ucap Laka sambil mendorong adiknya untuk menjauh.

Tak menunggu lama, petugas KUA datang tepat pukul delapan, sesuai yang tertera di undangan bahwa ijabnya akan dimulai pukul delapan. Mc segera membuka acaranya. Adhya masih di dalam. Dan didalam sana hatinya berdebar. Sungguh Adhya tidak menyangka kalau ia akan menikah secepat ini, dan yang menjadi suaminya adalah perusuh yang baru ia kenal dua minggu yang lalu. Ya, baru dua minggu. Bahkan Adhya belum tau keluarga besar Laka yang pastinya hari ini juga diundang. Adhya makin berdebar kala mendengar ayahnya mulai mengucapkan ijab. Kedua tangannya menggenggam tangan Renata dan Mama Vina. Setelahnya suara Laka yang mengucap qobul, dan suara para tamu undangan yang menggema mengucapakan kata 'sah'. Otak Adhya mendadak bleng. Gitu? Dia udah jadi istrinya Laka sekarang?. Disusul do a dari para kyai.

Dan setelahnya baru Adhya keluar menuju halaman. Tempat Laka dan semua orang berada. Kehadirannya sangat memukau. Jalannya yang pelan dan anggun seakan bukan Adhya yang biasanya. Yang selalu mengerjakan apapun dengan cepat. Laka gimana? Jangan tanyakan lagi, sia udah bengong sejak pintu rumah dibuka. Gak nyangka kalau istrinya secantik ini. Ya, iyalah..... Orang Adhya yang tanpa make up aja udah cantik. Apalagi yang udah di make over jadi tuan putri hari ini. Waaahh.... Jiwa buaya Laka meronta ronta. Ingin menjadikan Adhya pacarnya sekarang juga. Eh, udah jadi istrinya, kan ya? Gimana sih?

Mereka saling memakaikan cincin di jari manis. Lalu Adhya menyalami Laka.

"Cantik banget, sih" puji Laka berbisik saat Adhya mengecup tangannya.

"Jangan buat gue GR, lo muji gaunnya ,kan?" balas Adhya selesai mengecup tangan suaminya.

"Elo yang cantik," pujinya lalu mengecup kening Adhya. Adhya tertegun, tersipu oleh perbuatan Laka.

"Nunduk bentar," perintah dan Adhya mematuhinya. Sesuai apa yang Adhya pikirkan. Laka membacakan do'a untuknya.

Sedangkan disamping mereka, si Zahid masih kowoh. Terkejut dia. Ternyata kakak iparnya ini dosennya di kampus. Astaga kayak mimpi rasanya. Beneran mau tuh, Bu Adhya sama abangnya. Soalnya bayangan si Zahid, nih. Bu Adhya tuh suaminya tampan, rajin, pinter, minimal ustad lah. Lha ini? Abangnya? Yang terkenal pemalas, playboy, dan solatnya aja dzuhur dimepet in ashar, maghrib dimepet in isya' biar wudhunya sekalian. Jauh bangeeeet....

...****************...

Hari ini begitu melelahkan bagi mereka berdua. Bahkan Laka sudah mengeluh sedari tadi karena menyalami para tamu. Tangannya pegal. Padahal Adhya masih kuat. Setiap keluarga juga minta foto. Ya, namanya juga nikahan, Lak. Masak habis ijab langsung pulang. Ya minimal ramah tamahnya dan foto penganten. Banyak juga tamu undangan yang berfoto di kebun bunganya Mama Vina. Cantik cantik soalnya. Para wanita dirumah ini memang pandai merawat tanaman. Padahal Mama Vina juga punya kebun sayur dibelakang.

Bunda Maya tak henti hentinya memuji Mama Vina, kebetulan hobi mereka sama. Bunda Maya juga punya kebun bunga di belakang rumah.

pukul sembilan malam, Laka sudah benar benar gak sanggup. Kenapa sih yang diundang banyak banget.mereka hanya istirahat waktu solat. Ini lebih parah dari bekerja di kantor Ayah Hafiz. Ternyata menikah itu melelahkan.

Laka hanya membisu sejak tadi, untuk bicara saja rasanya tenaganya terkuras habis. Lebay, ah Lak! Adhya sudah mempersilahkan Laka memasuki kamarnya. Jadi Laka sudah tak ragu lagi memasukinya. Ia merebahkan diri di ranjang. Masa bodo Adhya belum masuk. Masih kuat bener tu bocah ngeladenin keluarganya. Laka saja sudah tepar.

Sekitar setengah jam kemudian, Adhya baru masuk ke kamarnya. Melihat Laka yang sudah terbaring terlentang di ranjang, menghancurkan dekorasi kamar pengantin mereka. Bunga bunganya bahkan sudah jatuh ke lantai. Adhya menggeleng. Tidurnya polah, tuh pasti. Batinnya. Lalu memilih membersihkan diri. Adhya menatap Laka yang terbaring begitu nyenyak. Jadi ragu buat ikut tidur di ranjang. Pantesan waktu kejadian hari itu katanya mereka ditemukan berpelukan. Orang Laka tidurnya kayak gini.

Sudahlah, ini, kan kamarnya. Masak ia tidur disofa. "jangan polah, lo! " monolognya menunjuk nunjuk Laka. Lalu memberi batas guling diantara mereka. Unik nih, pengantin. Biasanya, ada drama malam pertama. Tapi lihatlah Adhya dan Laka yang lansung tidur pulas tanpa banyak drama.

Eits, tunggu dulu. Jangan kalian pikir Adhya dan Laka normal normal aja. Mereka ini cukup unik. Posisi tidur mereka, tuh begini.⬆️⬇️ jadi kepala Adhya di kaki Laka. Kepala Laka di kaki Adhya.