Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 06
"Paul, apa kau mengenal pria itu tadi? Kok aku merasa seperti pernah melihatnya dia di suatu tempat."
"Tidak Baginda Ratu, saya merasa belum pernah melihat pria itu. Tapi memang rasanya wajah itu tidak asing."
"Kamu kenapa lagi sih bicara seperti itu?"
Paul menunjuk ke arah depan. Rupanya mereka sudah dekat dengan istana. Hal ini lah yang membuat Paul kembali bicara seperti seharusnya. Dia tidak mungkin berbicara santai dengan Esme jika berada di lingkungan istana. Terlebih di depa sana berdiri Stefan yang agaknya menunggu kepulangan Esme.
Hap
Esme turun dari kuda, dan tanpa aba-aba Stefan menangkap istrinya itu. Pria tersebut lalu menggenggam tangan Esme lalu membawanya masuk ke dalam. Terus masuk hingga mereka sampai di kamar Esme. Dengan suara tegas, Stefan meminta semua dayang dan pelayan hingga hanya tersisa mereka berdua saja.
Greb
Cup cup cup
Stefan merengkuh tubuh Esme, lalu menciumi istrinya itu dengan sedikit terburu-buru. Tidak ada kelembutan di sana, bahkan sampai di menu utama pun Stefan tidak melakukan dengan baik.
Esme hanya pasrah, yang dia lakukan saat ini hanya melayani suaminya itu saja. Dia tidak perlu menerima perlakuan yang bagaimanapun juga karena dia tahu itu adalah bagian dari tugasnya.
Akan tetapi seharusnya tidak demikian. Sebagai pasangan suami istri, mereka harus melakukan bersama dan mendapatkan nikmat bersama. Jika seperti saat ini, bukankah Esme tak ubahnya hanya alat pemuas hasrat Stefan semata?
"Aku merindukanmu, Esme. Mengapa kau tiba-tiba berkata ingin cerai dariku. Sungguh aku tidak bisa melepaskan mu."
"Tidak Stefan, aku tetap ingin bercerai. Aku lelah, dan kau pun tahu aku tidak bisa memberimu keturunan. Jenna, dia lebih pantas berada di sisi mu. Dia jelas bisa memberimu pewaris, dan di mata orang dia lebih berarti dari pada ku. Jadi ku mohon, lepaskan aku Stefan. Aku mohon."
Sraaak
Stefan bangkit dari posisi tidurnya, dia kembali mengenakan pakaiannya dan buru-buru pergi dari kamar Esme tanpa bicara satu patah kata pun. Esme bisa tahu kalau Stefan marah saat ini, namun dia pun tidak akan mundur. Perceraian itu harus bisa terlaksana. Esme, dia tidak ingin lagi menjalani kehidupan yang mengerikan seperti sebelumnya. Berakhir mati di bawah alat penggal, sungguh dia tidak mau itu.
Tok tok tok
"Baginda Ratu?"
"Masuklah Daria, dan tolong bantu aku membersihkan tubuhku."
Daria mengangguk patuh, dia juga memanggil beberapa pelayan lainnya untuk menyiapkan air mandi dan sebagainya. Daria paham betul apa yang baru saja terjadi dan lagi-lagi wajah Esme sama. Ekspresi wajah Esme nampak datar dan tidak menunjukkan kesenangan sama sekali.
"Apa Anda sungguh tidak apa-apa?Kenapa Anda tidak mencoba bicara dengan Beliau."
"Tidak perlu, sebentar lagi akau akan berpisah dengannya jadi biarlah aku melakukan apa yang seharusnya lakukan. Tugas itu, biar aku lakukan semampuku."
Tanpa sadar Daria meneteskan air matanya. Sudah banyak yang ia lihat dari majikannya itu. Dan sebuah kesimpulan diambilnya, bahwa Esme selalu menjadi pihak yang paling berusaha sendiri. Baik dari posisinya sebagai ratu, maupun sebagai istri.
To tok tok
"Nona Daria, sebentar ... ."
Seroang pelayan memanggil Daria, dilihat dari ekspresi wajahnya nampak ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan.
Pelayan itu mendekatkan bibirnya ke telinga Daria. Dan apa yang dibisikkan itu membuat Daria terperanjat, Ia langsung berlari ke arah Esme dan menyampaikan apa yang dia dengar.
"Aah jadi begitu. Bagus lah, jadi aku bisa lebih cepat pergi dari sini. Ini lebih cepat sehari bukan?"
Apa yang dimaksud oleh Esme itu adalah pengangkatan Jenna menjadi selir resmi. Rupanya Stefan memanggil Jenna malam ini dan bukannya besok. Setelah dari kamar ini, Stefan kembali ke kamarnya dan memanggil Jenna. Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu, yang jelas Esme tak lagi peduli. Perasaannya sudah mati, dia sudah tidak memiliki perasaan apapun kepada Stefan.
Jika dulu Esme masih berharap dicintai oleh suaminya itu, kini setelah dia kembali dari kematian, Esme sudah tidak berharap apa-apa lagi. Dia hanya ingin lepas dan bebas.
Aaaaah
"Baginda, ini terlalu dalam eughhhhh."
Jenna meringis saat Stefan menggerakkan tubuhnya. Tanpa adanya pemanasan, tentu rasanya sangat sakit pada bagian bawah miliknya. Ya, Stefan langsung menyerang Jenna sehingga milik wanita itu terasa begitu perih. Dan Stefan tidak peduli saat Jenna mengeluh demikian.
Eughhh
"Baginda, saya mohon lebih pelan. Ughhh ini sakit sekali."
Air mata Jenna mengalir begitu saja. Ia benar-benar merasakan sakit yang luar biasa.
"Cih, dasar. Masa begini saja kamu tidak bisa menahannya. Bagaimana kamu akan mendapat anak jika tidak bisa menahannya."
"Maafkan saya Baginda. Mungkin karena ini yang pertama bagi saya. Lain kali saya akan melakukannya lebih baik lagi. Mohon maafkan saya."
CIh!
Stefan bangkit dari ranjang, ia menggunakan jubahnya dan pergi keluar. Tidak lama ada dayang dan pelayan yang datang untuk membawa Jenna pergi. Jenna sangat kesulitan berjalan, bagian bawahnya sangat sakit sekarang.
"Pria itu sungguh tidak bisa cara bercinta. Bagaimana dia bisa melakukan itu tanpa pemanasan lebih dulu. Ini sungguh gila, jika seperti itu terus bukannya dapat anak tapi bisa-bisa aku dapat kematian."
Jenna mengeluh dalam hati. Dia sungguh tidak tahu kalau Stefan sangat sangat payah dalam hal bercinta. Tentu ini akan jadi tugasnya untuk membuat pria itu mengerti bagaimana cara bercinta yang sebenarnya.
Sedangkan di sisi lain, saat ini Stefan tengah berada di ruang kerjanya. Perkataan Esme yang meminta cerai terus membayang dalam kepalanya. Bercerai, sungguh itu tidak ada dalam pemikirannya. Tapi apa yang dikatakan oleh Esme memang benar adanya. Jika Jenna berhasil memberinya penerus, maka wanita yang akan dihormati adalah Jenna dan bukannya Esme. Meskipun posisi Esme adalah ratu.
"Apa aku benar-benar harus menceraikannya? Tapi apa aku bisa melakukan semuanya jika Esme pergi. Bodoh kau Stefan, masa iya kamu takut karena Esme. Bukankah selama ini kau merasa terintimidasi dengan Esme. Jika Esme pergi, maka semua itu akan hilang bukan dan kau akan dipandang lebih oleh semua orang."
Kemelut dalam hati dan pikiran Stefan membuatnya berbicara sendiri. Dia membuat pertimbangan tentang perceraiannya dengan Esme. Baik dan buruk imbas dari perceraian pun juga ia pikirkan. Dan akhirnya Stefan mengambil sebuah keputusan.
"Jika memang itu yang dia inginkan, mungkin aku bisa mewujudkannya."
TBC
ditunggu kelanjutan dan keseruan kisah cinta dari janda mantan ratu dengan kaisar loyd /Drool/
semangat dan tetap sehat kak 🙏
daku padamu kaisar..sat set /Kiss/