NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Takdir

Bukan Sekedar Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:854
Nilai: 5
Nama Author: xzava

Aku tak pernah percaya pada cinta pandangan pertama, apalagi dari arah yang tidak kusadari.
Tapi ketika seseorang berjuang mendekatiku dengan cara yang tidak biasa, dunia mulai berubah.
Tatapan yang dulu tak kuingat, kini hadir dalam bentuk perjuangan yang nyaris mustahil untuk diabaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Di sisi lain, Aldin, Febi, Hana, dan Rizki masih sibuk berbelanja di supermarket. Troli yang mereka dorong sudah penuh sesak dengan berbagai bahan makanan dan camilan.

“Gue yakin banget, Yura bakalan ngomel-ngomel liat belanjaan segini banyak,” ucap Febi sambil melirik troli yang hampir tumpah.

“Biarin aja, siapa suruh gak ikut,” celetuk Hana santai sambil memilih snack yang baru saja ia lihat diskon.

“Bener tuh,” timpal Rizki yang sudah menambahkan lima bungkus es krim ke dalam keranjang.

“Lo mah doyan makan, apa aja yang keliatan enak lo embat,” sindir Febi sambil menunjuk tumpukan makanan ringan di keranjang.

“Lo juga sama kali Feb,” balas Hana sambil melirik ke arah dua bungkus cokelat besar yang dibawa Febi.

Febi hanya nyengir lebar, memamerkan senyum Pepsodent-nya tanpa rasa bersalah.

“Udah semua belum nih?” tanya Aldin yang sedari tadi menjadi ‘driver’ troli.

“Kayaknya udah deh,” jawab Hana sambil menepuk-nepuk kantong celananya.

Mereka pun langsung menuju kasir. Saat total belanjaan muncul di layar, mereka semua terpaku.

Rp717.500.

“Gila… tujuh ratus ribu?! Sekali belanja doang?” desis Rizki.

“Ya ampun, fix Yura bakal meledak,” kata Aldin sambil mengusap wajahnya.

Setelah membayar, mereka menuju mobil. Begitu semua barang dimasukkan ke bagasi, mereka tertawa lepas.

“Tadi semangat banget ambil ini itu, sekarang nyesel,” kata Febi, masih tertawa.

“Gue rasa kita harus iuran berempat aja deh, daripada Yura makin ngamuk liat notanya,” ujar Febi lagi, mulai ketar-ketir membayangkan reaksi Yura.

“Lah makin ngamuk dia nanti kalau tahu kita malah gak ngajak dia bayar,” sahut Hana sambil menggeleng.

“Udahlah, terima nasib aja,” ucap Rizki dengan pasrah, tapi masih dengan senyum-senyum geli.

Semua pun mengangguk sepakat, sambil dalam hati masing-masing berharap Yura sedang dalam mood yang bagus saat mereka pulang nanti.

Rizki melajukan mobil kembali ke rumah Yura. Meskipun tawa terus mengisi perjalanan, diam-diam mereka semua masih menyimpan kekhawatiran. Yura sudah mengingatkan agar tidak belanja berlebihan, dan melihat isi bagasi tadi bisa-bisa mereka benar-benar dimarahi.

Setibanya di halaman rumah, mereka melihat Yura duduk santai di teras, membaca buku dengan secangkir kopi di sampingnya. Wajahnya tampak tenang dan damai, sebelum badai datang.

"Jangan lupa baca doa guys," celetuk Hana sambil membuka pintu mobil. Yang lain hanya terkekeh kecil menanggapi.

Yura langsung tersenyum melihat teman-temannya datang.

“Lama banget sih? Tadi ke mana aja?” tanya Yura begitu mereka mendekat. Wajahnya masih tenang, meski terdengar sedikit curiga. Mereka memang pergi hampir empat jam.

“Hari ini macet banget Yur,” jawab Aldin cepat sambil menggaruk-garuk kepala, mencoba terdengar meyakinkan.

Yura hanya mengangguk, tidak menaruh curiga. Ia lalu berjalan ke arah bagasi sambil bertanya, “Perlu bantuan enggak?”

Belum sempat mereka menjawab, Yura sudah lebih dulu melihat bagasi mobil. Seketika matanya membelalak.

“ASTAGA! Ini kalian beli apa aja?! Bagasi mobil penuh banget!”

"A...a...anu..." keempat temannya langsung panik. Mereka saling melempar pandang, bingung harus menjelaskan dari mana.

“Udah deh, daripada marah-marah, mending bantu angkat ini dulu,” ucap Rizki sambil menyodorkan satu kotak besar ke Yura.

Meski kesal, Yura tetap membantu membawa belanjaan masuk ke dalam. Satu per satu kardus dan kantong plastik diturunkan dan dibawa ke ruang tengah. Yura langsung duduk di sofa, sementara yang lain mulai membuka dan menyusun belanjaan.

“Mana struk belanja kalian?” tanya Yura, masih berusaha menahan diri.

“Tadi Febi yang bayar,” jawab Rizki dengan cepat, seolah melempar tanggung jawab.

“Gue yang bayar, tapi bukan gue yang pegang struknya,” bela Febi.

“Nih,” kata Aldin akhirnya, sambil menyerahkan struk ke tangan Yura.

Yura mengambilnya dan mulai membaca detail belanjaan. Matanya langsung membulat.

“Tujuh ratus ribu?! Kalian beli apa aja sampai segini banyak?” serunya, masih belum bisa percaya.

Matanya terus menyapu daftar belanja. “Ayam lima kilo... daging sapi juga lima kilo?! Kita cuma berlima, kalian mau buat pesta satu RT apa gimana?!”

“Maaf Yur... kita kalap,” kata Febi, wajahnya terlihat menyesal, tapi tetap terkekeh pelan.

“Nanti kalau gak habis, kita bungkus pulang kok,” timpal Hana. “Atau bisa juga dibagiin ke tetangga lo. Sekalian silaturahmi.”

Yura menarik napas panjang. Amarahnya perlahan surut. Bukan karena uang yang keluar, tapi karena ia paling tak suka makanan terbuang sia-sia. Mendengar rencana membagikan makanan jika berlebih membuatnya sedikit lega.

“Ya udah... asal jangan ada yang kebuang, gue ikhlas,” ucap Yura akhirnya.

Keempat temannya pun serentak menghela napas lega.

“Siap bos!” ucap Rizki sambil memberi hormat pura-pura.

“Kita siap bakar-bakar sampe kenyang,” tambah Aldin sambil tertawa.

Yura pun tersenyum tipis. Meski kadang menyebalkan, tapi momen-momen bersama mereka ini yang selalu membuat harinya lebih berwarna.

Yura pun segera membantu teman-temannya membereskan belanjaan. Selain stok daging dan ayam, mereka juga membeli banyak camilan untuk teman ngobrol saat acara bakar-bakar nanti malam.

Setelah menyantap makan siang yang cukup terlambat, ketiga ciwi-ciwi Yura, Hana, dan Febi, mulai menyiapkan daging untuk dimarinasi agar bumbunya meresap sempurna. Sementara itu, para cowok hanya duduk santai, sibuk ngemil dan menonton TV sambil tertawa-tawa.

Suasana rumah penuh dengan canda tawa. Salah satu momen yang bikin semua ngakak adalah ketika Febi hampir saja menuangkan garam ke dalam teh, karena mengira itu gula.

“Untung sadar sebelum dimasukkan,” ucap Hana geli, sambil menepuk-nepuk punggung Febi.

Setelah semua bahan siap dan daging sudah dimarinasi, giliran para cowok yang turun tangan menyiapkan alat bakaran di halaman belakang rumah Yura. Mereka mulai menata arang, membersihkan area bakar, dan menyiapkan kipas seadanya.

Di sela-sela kesibukan, obrolan ringan pun mengalir. Sampai akhirnya Febi bertanya tentang alat untuk meletakkan sate.

“Yur, pakai nampan ini aja ya buat naro sate yang udah dibakar?” tanya Febi sambil menunjuk nampan yang terletak di meja dapur.

“Eh, jangan yang itu. Itu punyanya tetangga gue,” ucap Yura cepat, langsung berjalan ke arah lemari dapur untuk mengambil nampan lain.

“Loh, tetangga lo yang mana?” tanya Febi penasaran.

“Itu, yang kemarin ngadain syukuran. Makanan yang tadi kita makan siang juga dari rumah itu,” jelas Yura sambil menyerahkan nampan pengganti.

“Dan lo tau gak Feb,” sela Hana dengan nada menggoda, “Kata Yura yang punya rumah ganteng banget!”

Mata Febi langsung berbinar. “Serius? Lo udah lihat orangnya?”

Hana hanya menggeleng sambil senyum penuh misteri.

“Udah punya pasangan belum tuh?” lanjut Febi makin penasaran.

“Gak tahu sih, tapi namanya Kak Ardhan. Masih muda, sopan, dan dia nolak gue panggil ‘Pak’,” jawab Yura, sedikit canggung tapi jujur.

“Kalau masih jomblo, boleh juga tuh,” gumam Febi sambil senyum-senyum sendiri.

“Eh, udah deh gak usah halu, wahai perempuan,” celetuk Rizki yang mendengar obrolan mereka.

“Bener tuh,” timpal Aldin. “Kita juga gak kalah tampan dan rupawan kan?”

“Iiih, apasih!” sahut Hana dan Febi bersamaan, sambil melempar tatapan geli ke arah mereka berdua.

Gelak tawa kembali pecah di halaman rumah. Meski hanya kumpul sederhana, kebersamaan mereka selalu berhasil menciptakan suasana hangat dan penuh tawa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!