Yuna adalah seorang mahasiswa tingkat 3 di salah satu universitas terkenal di kota Ming. Karena beberapa alasan dia dan kaka nya shiriu harus pindah dari rumahnya meski masih dalam kota yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuu Asaki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diam penuh arti
Tak terasa waktu sudah berjalan 2 bulan, selama 2 bulan ini Yuna mempersiapkan karyanya untuk mengikuti pameran seni yang di adakan di kampusnya, begitu juga dengan Yuuta. Hubungan diantara Yuna dan Yuuta tidak ada kemajuan, mereka hanya saling pandang jika bertemu tanpa pernah saling menyapa, saling memperhatikan dari jauh.
Waktu nya pameran di mulai di aula utama Banyak karya seni yang di pajang, Yuna membuat 1 buah puisi dan 2 lukisan 1 bertemakan alam 1 lagi lukisan satu buah mata, entah apa maksudnya. Banyak orang yang melihat pameran itu tertuju pada lukisan yang di buat oleh Yuna. Pandangan mata pada lukisan itu sangat tajam, perasaan yang terlihat itu tergantung pada siapa yang melihatnya ada yang merasa takut, sedih dan ada yang tidak bisa mengatakan perasaan apa yang mereka lihat pada lukisan itu. Sementara Yuuta membuat 1 lukisan yang di dalamnya memperlihatkan bagian belakang seorang wanita, tepatnya punggung seorang wanita yang rambutnya tergerai terbawa oleh angin sedang mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. Jika Yuna memberikan inisialnya di atas karya-karya nya, beda dengan Yuuta dia tidak memberikan inisial apapun pada lukisannya, karena dia tidak ingin ada yang tahu tentang apa yang dia buat.
Yuna berkeliling melihat lukisan-lukisan itu, saat dia sampai di lukisan milik Yuuta dia terdiam dan melihat dengan seksama lukisan itu, dia berpikir kalau wanita yang ada di dalam lukisan itu adalah dirinya. Perasaan Yuna campur aduk melihat lukisan itu, selama ini hubungan dia dengan Yuuta bisa di katakan jauh, bertegur sapa pun tidak pernah, jika ingin bicara harus saat tidak ada orang di samping mereka.
Sebenarnya Yuuta termasuk orang yang ceria dan terbuka jika dengan teman-temannya, selayaknya seorang pria yang gaul dia juga demikian. Tapi saat dia berhadapan dengan Yuna semua keceriaannya itu tersimpan entah kenapa. terlebih lagi kalau dia sedang bersama saudara-saudaranya. Jika dia berpapasan dengan Yuna jangankan menyapa melirik saja pun tidak pernah.
" Kamu kenapa Na? " tanya Emi
" Tidak apa-apa, ayo kita lanjut berkeliling!" ajak Yuna
Pandangannya mencari ke sekelilingnya, dia mencari sosok Yuuta, tapi orang yang di cari tidak terlihat sama sekali, entah dimana dia berdiam.
" Kau sedang mencari siapa Na? " tanya Gin yang dari tadi melihat gerak-gerik Yuna yang tidak biasa.
" Aku mencari seseorang tapi dia tidak terlihat". jawab Yuna
" Teman baru ya? " tanya Gio
" Entahlah aku juga tidak tahu dia itu teman atau orang asing" ucap Yuna
" Orang asing kok di cari" celetuk Irie.
Mendengar perkataan Irie, Gio, Gin, Mari dan Ako memandang ke arah Irie. Tapi Yuna tidak ambil hati dia kembali berjalan berkeliling aula. Setelah selesai melihat semua karya seni yang ada di sana Yuna memutuskan untuk pergi keluar karena semakin siang aula semakin banyak pengunjung. Yuna berjalan menuju perpustakaan di sana hanya ada beberapa orang siswa saja, dia duduk di tempat biasa, dia membuka jendela yang ada di sampingnya dan Yuna sedikit terkejut melihat pemandangan di luar sana, tampak seseorang yang tidak asing untuknya dan dia sedang menghisap rokok. Tapi yang membuat dia merasa heran adalah ekspresi nya, ekspresi yang terlihat kacau, sedih dan bingung, entah apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan dan alami.
" Yuuta" panggil Yuna lirih
Mendengar ada orang yang memanggil namanya Yuuta pun melihat kearah suara, dan orang yang memanggilnya adalah Yuna, Yuuta sedikit terkejut dia langsung mematikan rokoknya dan ingin pergi namun Yuna memanggilnya kembali.
" Yuuta tunggu" Yuna mencegah pergi
Yuuta pun menghentikan langkahnya dan membalikan badannya mengarah ke arah Yuna.
" Bisa kah kita bicara sebentar? " tanya Yuna
Tanpa banyak kata Yuuta pun menghampiri Yuna, dan menyandarkan dirinya ke tembok di sisi kiri Yuna.
" Ada perlu apa, cepat katakan lah" tanya Yuuta dingin
" Kenapa sikapmu terhadapku berbeda dengan sikapmu terhadap yang lain? " tanya Yuna
" Aku tidak mengenalmu, untuk apa aku bersikap baik". jawab Yuuta seenak nya
" iya kita memang tidak saling mengenal tapi bukan lah kita pernah saling berkenalan? rumah kita juga bertetangga, tak bisa kah kau menyapaku saat kita berpapasan? apa kau takut pada saudara-saudaramu itu? apa yang dikatakan Kai dan Jiro tentang aku? " Yuna bertanya tanpa henti
Yuuta yang tadinya bersandar kini membalikan badannya ke arah Yuna dia melihat kesedihan di wajah wanita itu sebelum dia menjawab semua pertanyaan Yuna, Yuuta menarik nafas dalam.
" Maaf, bukan maksudku seperti itu, mungkin suatu hari nanti aku bisa menyapamu dengan bebas tapi tidak sekarang" ucap Yuuta
Mendengar jawaban dari Yuuta dia tahu ada sebuah kondisi yang tidak memungkinkan untuk Yuuta.
" Kau begitu takut dengan mereka, apa di lingkungan keluarga mu tidak ada yang memihakmu sama sekali? apa karena kau anak tunggal dan hidup sendiri sehingga mereka merendahkanmu? " tanya Yuna kembali
" Kau,,, kau tahu tentang aku? " tanya Yuuta
" Aku mencari tahu pada tetangga yang lain tentang keluarga kalian, maaf bukannya bermaksud ikut campur tapi aku melihat setiap ada acara dirumahmu, meski kamu berbaur dengan yang lain tapi kamu terlihat tidak sepenuhnya senang dan menikmati acara itu". terang Yuna
" Sebenarnya mereka tidak menindas ku tapi mungkin akunya saja yang merasa minder jika sedang bersama saudara ku yang lain, meski kadang sikap mereka kurang baik terhadapku itu karena aku yang bersikap menjengkelkan bagi mereka, aku ingin lepas dari bayang-bayang Kai yang di anggap paling sempurna diantara kami, tapi untuk saat ini biarkanlah seperti ini saja" terang Yuuta
" Terimakasih " ucap Yuna singkat
" Kenapa berterimakasih pada ku? " tanya Yuuta bingung
"Terimakasih karena mau bercerita padaku" ucap Yuna sambil tersenyum
Melihat senyum Yuna Yuuta pun merasa senang.
" Aku harus kembali, jangan pasang ekspresi sedih lagi jika kita bertemu! " ucap Yuuta
" Satu lagi" ucap Yuna menghentikan langkah Yuuta
" Lukisan itu, lukisan yang kau buat itu " Yuna terdiam
" Aku tidak membuat lukisan " ucap Yuuta sedikit ragu
" Kenapa tidak mau mengakui lukisan sendiri? meski kau tidak memberikan nama pada lukisan itu, tapi aku tahu kalau itu adalah karya mu" ucap Yuna
" kenapa kau yakin sekali kalau aku melukis sebuah lukisan yang ada di pameran itu? " tanya Yuuta
" Tentu saja aku yakin kau yang melukisnya, karena model dalam lukisan itu adalah aku kan? " tanya Yuna sambil tersenyum
Mendengar apa yang dikatakan Yuna, Yuuta terkejut dan mengalihkan pandangannya
" Kau terlalu percaya diri" ucap Yuuta terbata
" Kau bisa menyembunyikannya dari orang lain tapi tidak padaku" ucap Yuna menegaskan
" Aku tidak pandai melukis, kau salah orang" ucap Yuuta
" Kau tidak bisa mengelak Yuuta, lukisan itu meski kau menghilangkan pintu jendelanya tapi jelas sekali terlihat kalau itu di ambil dari seberang kamarku, kau selalu melihatku yang sedang mengerjakan tugas kan? dan ada satu hal lagi yang tidak bisa kau elakkan, ada 1 buah barang di dalam lukisan itu yang membuat aku yakin kalau itu adalah aku" terang Yuna
Mendengar hal itu Yuuta terkejut dan langsung berlari menuju aula untuk melihat benda apa yang di maksud oleh Yuna.