NovelToon NovelToon
Sistem Tak Terukur

Sistem Tak Terukur

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi Timur / Sistem / Harem / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:27.9k
Nilai: 5
Nama Author: Eido

Setelah begadang selama tujuh hari demi mengejar deadline kerja, seorang pria dewasa akhirnya meregang nyawa bukan karena monster, bukan karena perang, tapi karena… kelelahan. Saat matanya terbuka kembali, ia terbangun di tubuh pemuda 18 tahun yang kurus, lemah, dan berlumur lumpur di dunia asing penuh energi spiritual.

Tak ada keluarga. Tak ada sekutu. Yang ada hanyalah tubuh cacat, meridian yang hancur, akibat pengkhianatan tunangan yang dulu ia percayai.

Dibuang. Dihina. Dianggap sampah yang tak bisa berkultivasi.

Namun, saat keputusasaan mencapai puncaknya...

[Sistem Tak Terukur telah diaktifkan.]

Dengan sistem misterius yang memungkinkannya menciptakan, memperluas, dan mengendalikan wilayah absolut, ruang pribadi tempat hukum dunia bisa dibengkokkan, pemuda ini akan bangkit.

Bukan hanya untuk membalas dendam, tapi untuk mendominasi semua.
Dan menjadi eksistensi tertinggi di antara langit

Update tiap hari
Follow Instagram: eido_481
untuk melihat visual dari karakter novel.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eido, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Malam telah benar-benar merambat turun, membawa ketenangan setelah hiruk-pikuk yang memenuhi siang hari. Toko dua lantai itu kini tampak hening dari luar, lampu batu spiritual di dalam memancarkan cahaya lembut yang hangat, menyinari tiga sosok yang duduk di meja bundar tak jauh dari pintu masuk.

Feng Jian duduk santai, satu tangan menopang dagu, sementara tangan lainnya menggulung lembaran kecil berisi catatan pemasukan hari pertama. Di hadapannya, Qin Aihan menatap angka-angka di atas kertas itu dengan mata membelalak. “Dua… dua ribu lima ratus batu roh tingkat menengah?” gumamnya pelan, seolah masih meragukan pendengarannya sendiri.

Bibi Mei yang duduk di sampingnya bahkan nyaris menjatuhkan cangkir tehnya. “Tidak masuk akal…” bisiknya. “Di pelelangan terakhir saja, aku hanya berhasil membawa pulang dua ratus lima puluh batu roh tingkat menengah. Ini sepuluh kali lipatnya…”

Mereka bertiga saling pandang sejenak sebelum akhirnya tertawa kecil bersama. Aura kelegaan dan kebahagiaan menggantung di udara. Qin Aihan tampak tersenyum lebar, namun sorot matanya lebih sering jatuh pada wajah Feng Jian daripada lembaran batu roh itu sendiri.

“Ini semua karena kualitas Pill dan… pesona si penjaga toko." celetuk Bibi Mei sambil menoleh ke arah Feng Jian dengan senyum nakal.

Feng Jian hanya menghela napas dan menggeleng pelan. “Aku hanya menarik perhatian. Yang membuat mereka datang kembali nanti adalah hasil dari Pill yang mereka beli.”

Namun sebelum percakapan mereka bisa berlanjut lebih jauh, suara ketukan lembut terdengar dari arah pintu.

Tok tok… Tok tok…

Mereka bertiga langsung terdiam, saling pandang. Sudah larut malam, toko sudah lama ditutup. Siapa yang datang?

Kemudian, terdengar suara lembut, nyaris seperti bisikan yang diterbangkan angin. Suara perempuan.

“Maaf… apakah ada orang… tolong… aku butuh bantuan…”

Qin Aihan spontan berdiri. Wajahnya berubah waspada.

Feng Jian meletakkan lembaran kertas dan berdiri perlahan. Matanya mengarah tajam ke pintu. Suara itu terdengar lemah, namun ada sesuatu yang membuat bulu kuduknya merinding pelan.

Feng Jian membuka pintu itu perlahan. Cahaya dari dalam toko menyapu malam yang gelap, dan di bawah cahaya itu, berdirilah seorang wanita muda yang luar biasa mencolok. Rambutnya panjang, memutih seperti salju di puncak gunung, tergerai kusut melewati bahunya. Jubahnya lusuh, terlihat telah menempuh perjalanan panjang tanpa istirahat. Namun, di balik penampilan yang kelelahan itu, ada aura lembut dan keanggunan yang tak bisa disembunyikan.

Wajahnya menengadah memelas, sepasang mata bening yang tampak seperti embun di pagi hari menatap Feng Jian dengan penuh harap. Ia sempat terdiam, bibirnya sedikit terbuka, seolah terpana oleh penampilan pria muda yang berdiri di hadapannya begitu gagah, dengan mata tajam yang seperti bisa membaca isi hati. Tapi ia segera menunduk sopan, dan suaranya lirih bergetar.

“Tolong… maaf mengganggu malam-malam begini, tapi aku… aku butuh bantuan…”

Feng Jian hendak bertanya, namun ia menoleh sejenak ke dalam, lalu memanggil pelan, “Aihan.”

Qin Aihan yang dari tadi menyimak dengan wajah serius, segera bangkit dan melangkah ke sisi Feng Jian. Tatapan dinginnya langsung jatuh pada wanita berambut putih itu, namun ia tak menunjukkan sikap permusuhan.

“Apa yang kau butuhkan?” tanyanya datar namun tidak kasar.

Wanita itu tampak gugup. Bahunya sedikit bergetar, napasnya sesak seperti menahan tangis. “Adik… adikku… dia diculik… beberapa hari lalu… oleh orang-orang… aku tak tahu siapa mereka, tapi mereka memakai pakaian hitam dan menutupi wajah…”

Suaranya parau, lidahnya nyaris terpeleset karena kegugupan. “Tolong… aku tak punya siapa-siapa di kota ini… hanya kalian… tolonglah aku…”

Angin malam berhembus pelan, membawa keheningan yang menekan. Feng Jian menatap wanita itu dalam-dalam. Ia tahu, malam ini tak akan berakhir tenang seperti yang ia harapkan. Tapi ia juga tahu, ada sesuatu dalam sorot mata wanita itu sebuah permohonan yang tak dibuat-buat. Permohonan yang tak bisa ia abaikan.

.....

Qin Aihan menatap wanita berambut putih itu dengan sorot tajam namun tenang. Suaranya dingin, seperti ingin memastikan bahwa semua yang dikatakan benar adanya.

“Kenapa adikmu bisa sampai diculik? Apa kau punya musuh?”

Wanita itu terdiam sejenak. Ia menunduk, gigit bibir, lalu menghela napas panjang, seolah berusaha menahan air mata yang nyaris jatuh.

“Itu karena… karena ayah dan ibu kami… sebelum mereka meninggal, mereka memiliki utang besar akibat usaha keluarga yang bangkrut mendadak. Kami berdua, aku dan adikku tinggal berdua sekarang. Kami bekerja sekeras mungkin… menjual apapun yang bisa dijual… tapi utang itu tak kunjung habis.”

Suara wanita itu mulai serak. Ia menggenggam ujung jubahnya dengan erat, tubuhnya masih bergetar meski tak ada angin yang menusuk.

“Aku sudah mencoba meminta bantuan… tapi mereka semua menertawakanku. Ada yang bersedia… tapi dengan syarat aku harus menjadi budak mereka. Budak!”

Nada suaranya sedikit meninggi, tapi langsung tenggelam oleh rasa putus asa yang membebani dadanya. “Aku tidak bisa. Aku tidak sanggup menyerahkan harga diriku seperti itu. Maka aku lari… berlari ke mana pun kakiku bisa membawaku, mencari satu harapan.”

Ia menatap Feng Jian dan Qin Aihan penuh harap. Mata yang penuh luka itu kini mulai berkilat oleh sisa air mata yang tertahan. “Dan akhirnya… aku sampai di sini.”

Seketika, ia menundukkan kepala, membungkuk dalam-dalam sebagai tanda hormat. “Namaku Han Xuemei… aku berasal dari keluarga Han. Tapi keluarga kami sudah lama tercerai-berai… jauh dari sini. Kami datang ke kota ini karena mengikuti ayah dan ibu karena mereka ingin membangun kembali hidup kami.”

Keheningan turun di antara mereka. Hanya suara dedaunan yang bergesekan pelan di luar. Feng Jian memandangi Han Xuemei tanpa bicara. Ia tahu, dunia tak pernah bersikap adil. Tapi setiap kali seseorang masih berani meminta tolong tanpa menjual harga dirinya, itu berarti dalam dirinya masih ada kekuatan dan itu layak dihormati.

.....

Qin Aihan memandangi Han Xuemei dengan sorot mata yang lembut namun penuh pertimbangan. Dalam hati kecilnya, ia turut merasakan beban yang dipikul wanita itu, terlebih melihat bagaimana tubuhnya gemetar menahan harap dan takut dalam waktu bersamaan.

Perlahan, Qin Aihan mengalihkan pandangannya ke arah Feng Jian. Tak ada kata, hanya isyarat lembut yang keluar dari tatapannya. Feng Jian membalas dengan anggukan tenang.

“Masuklah." ujar Qin Aihan kemudian.

Han Xuemei menunduk dalam-dalam, lalu melangkah mengikuti mereka ke dalam toko. Di ruang belakang yang sederhana namun nyaman, keempatnya duduk melingkar di meja kayu bundar. Bibi Mei duduk sedikit menjauh, menjaga sikapnya sebagai pengawas.

“Aku Qin Aihan, dan ini suamiku, Feng Jian. Yang di sana adalah Bibi Mei, tangan kanan keluargaku." ujar Qin Aihan, suaranya tenang namun berwibawa.

Han Xuemei mengangguk pelan, wajahnya masih tertunduk. Matanya sekilas melirik satu per satu orang di hadapannya. Tatapan singkat itu tertahan cukup lama pada sosok Feng Jian pria tampan itu kini tampak jauh lebih hangat daripada saat membuka pintu tadi.

Namun, rasa gentar masih menyelimuti hatinya. Ia takut harapannya akan kembali pupus. Takut mereka hanya ingin mengambil sesuatu darinya.

Qin Aihan memperhatikannya dalam diam. Wajah wanita berambut putih itu memang cantik alami. Aset tubuhnya juga tak bisa diabaikan. Tapi bukan itu yang membuat Qin Aihan menyusun rencana cepat di kepalanya. Ia tahu dunia bisnis tak sekadar soal Pill berkualitas tampilan juga punya peran besar.

“Aku akan membantu menyelamatkan adikmu.” kata Qin Aihan akhirnya, membuat Han Xuemei langsung mengangkat wajah dengan mata melebar. “Tapi..." lanjutnya dengan penekanan halus, “aku ingin timbal balik.”

Han Xuemei membeku. Tubuhnya langsung menegang. Ia menggenggam erat ujung jubahnya, dan dengan suara pelan nyaris bergetar, ia berkata, “A-apakah… aku harus menjadi budak…?”

Qin Aihan menatapnya tajam, namun senyumnya tetap lembut.

“Budak? Tidak." ucapnya tegas. “Kami bukan orang seperti itu. Aku hanya ingin mempekerjakanmu di toko ini. Wajahmu cantik, penampilanmu menarik. Aku yakin… kau bisa menarik perhatian pelanggan pria. Itu saja.”

Han Xuemei tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Matanya membelalak sejenak, lalu perlahan air matanya menetes. Ia menutup mulutnya, antara syok dan lega. Dalam benaknya, ia sudah bersiap menyerahkan segalanya… tapi kini, yang diminta hanya sebuah pekerjaan.

“Aku… aku bersedia…!” suaranya nyaris tercekat, namun terdengar tulus dari dasar hati.

Qin Aihan tersenyum samar. Ia melirik Feng Jian, dan pria itu hanya mengangguk kecil, mengerti bahwa ini akan menjadi awal dari perubahan besar dalam hidup Han Xuemei dan mungkin, perubahan bagi mereka juga.

1
Wahyudi Erlangga
Jd berasa baca novel percintaan ketimbang novel ttg dunia kultivator
Kang Comen
mc sampah diawal bkin para pembaca kabur
Eido
Jangan lupa di like guys!
Yang udah like, terima kasih ~
Hendra Saja
semangat up Thor.....
Eido: iya makasih 🙏
total 1 replies
iqbal nasution
semangat dan terus
Eido: siap, jngn lupa di like ya biar semangat juga mau up nya 🙏
total 1 replies
Ardi Provision
mc naik kan juga kultivasi nya jangan hanya puas dengan tingkat pengumpulan Qi menengah
Ardi Provision
sebagai seorang alkemis seharusnya meningkatkan kultivasi dirinya dan bawahannya untuk keamanan biar cerita nya enak, bukan terus berhadapan dengan musuh yang lebih kuat kecuali mc berkelana sendiri tampa keluarga yang menyertai dirinya
Ardi Provision
gak diambil harta rampasan perang??
sebuah sekte gak mungkin gak ada harta sepeser pun kan?
Ardi Provision
udah perkembangan mc sangat lamban malah menghadapi musuh tingkat inti emas
Raysonic Lans™
yang banyak Updatenya KLO bisa 25 bab perhari kayak yang di sebelah
Raysonic Lans™: cius gw
Eido: bnyk bgt wkwk
total 2 replies
Ardi Provision
minimal ber kultivasi lah sedikit jangan terburu nafsu sudah jalan, sistem pun error katanya peningkatan sistem tapi malah ngelantur bukan menjalankan perintah
Ardi Provision
mana peningkatan sistem tadi?
Raysonic Lans™
oke lah bro
Eido: terima kasih
total 1 replies
Hardware Solution
mantab
wawan jepara
mode bantai aktif
bu fatim
bagus...👍
bu fatim
berkultivasi dulu di Gua...
menabung tanaman herbal. daging binatang..simpan di tas dimensi..
buat keadaan darurat...👌
bu fatim
modal tampang dan 100 batu??
bu fatim
kultivasi masih 0 kok berani turun gunung... Nekat mau cari istri hhh🤕
bu fatim
kalau mau keluar dari gua itu harusnya sudah berkultivasi tinggi.. jangan baru bangun langsung pergi.... kultivasi masih 0 payah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!