Melahirkan Bayi Kembar Ceo

Sial, semuanya berakhir

Dia tiba-tiba tidak ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi kemarin

Sienna sangat ketakutan sampai-sampai tidak bisa memegang ponselnya dengan stabil. Ponsel itu terjatuh ke lantai dengan bunyi keras, "brak!"

"Nona Sienna, itu ponsel baruku, harganya mahal" keluh Lena sedih sambil buru-buru memungut ponselnya.

Namun saat dia menengadah, dia melihat Sienna melamun. Refleks, dia mengulurkan tangannya di depan wajah Sienna dan menggoyangkannya. "Nona Sienna, ada apa? Jangan menakutiku"

"Lena, bisa tolong ceritakan apa yang terjadi di club kemarin?" tanya Sienna, masih mencoba berpegang pada harapan kecil.

Mendengar itu, Lena mengerutkan dahi dan tampak bingung. "Nona Sienna, bukankah kamu pulang setelah ke kamar mandi kemarin? Aku setelah itu cuma menyelesaikan pembayaran dan pulang setelah itu aku tidak melihatmu kembali."

Hati Sienna remuk dan pikirannya kosong.

Dia tak sanggup membayangkan bagaimana rasanya berada satu kamar dengan pria asing semalam dan lebih parah lagi, pria itu adalah Ceo perusahaannya.

Setelah menyadari kebodohan yang mungkin dia lakukan semalam, Sienna jadi setengah gila, wajahnya penuh kerutan karena stres.

Begitu jam kerja selesai, Sienna langsung naik taksi. Ia berencana menjemput kedua anaknya dan segera pulang.

Namun karena berita itu, pikirannya tidak fokus. Dia terus memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah ini.

Dia dengan paksa mencium CEO perusahaannya, dan insiden itu sampai masuk berita gosip. Astaga!

Dia khawatir akan dipecat segera setelah kembali ke Inggris.

Memikirkan hal itu, Sienna langsung merasa lelah secara fisik dan mental. Walaupun berita gosipnya sudah dihapus, dia tetap takut Sebastian akan mempermasalahkannya.

Sienna mulai ragu, apakah dia harus mengeluarkan klarifikasi, atau pergi ke kantor media dan meminta maaf. Bagaimanapun, dia telah mencium paksa Presiden Cole Group, bos besar dari London.

Tapi di lubuk hatinya, dia masih berharap Sebastian tidak mempermasalahkannya dan semua ini akan berlalu begitu saja.

Akhirnya, Sienna benar-benar merasa stres. Dia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri dan berhenti memikirkan semua ini. Biarkan saja mengalir.

Tanpa sadar, dia tertidur karena pusing.

Ketika membuka mata, Sienna menyadari bahwa jalan yang dilalui taksi itu sama sekali bukan rute menuju taman kanak-kanak. "Pak, sepertinya ini bukan jalan yang benar. Anda tersesat ya?"

"Saya..saya cuma tahu jalan pintas. Saya ambil rute ini supaya lebih cepat," jawab sopir sambil batuk ringan.

Sienna mengernyit. Taman kanak-kanak jelas berada di dekat kawasan komersial, dan bahkan jika ini jalan pintas, seharusnya daerah sekitar tetap ramai.

Namun jalan yang mereka lalui justru sepi dan nyaris tak berpenghuni. Ini tidak terlihat seperti rute ke taman kanak-kanak.

Menyadari hal itu, rasa takut tiba-tiba mencengkeram hatinya. Ia menggenggam ponselnya erat-erat.

Sopir yang melihat Sienna gelisah di kursi belakang. Refleks, dia berkata, "Nona, jangan khawatir, saya orang baik. Saya hanya--"

Sienna langsung menyadari situasinya dan berseru keras, "Berhenti! Berhenti sekarang juga"

"Nona, tolong jangan menyulitkan saya. Saya hanya menjalankan perintah. Saya tidak akan menyakiti Anda," ucap butler dengan canggung.

Sial, pikir butler. seharusnya aku langsung menjelaskan identitasku saat dia masuk mobil. Sekarang malah dikira penculik.

"Kalau Anda tidak berhenti, saya akan panggil polisi" ancam Sienna keras.

"Nona, saya--" Butler mengernyit ragu-ragu, lalu tanpa menjawab lagi, dia menekan pedal gas, mempercepat laju mobil, dan langsung mengunci semua pintu. Mereka melaju cepat menuju rumah tua keluarga Cole.

Melihat itu, Sienna panik dan langsung berteriak, "Tolong!!"

Sayangnya, mobil itu kedap suara dan jalanan benar-benar sepi. Meskipun dia berteriak hingga serak, tak ada seorang pun yang mendengar.

***

Sementara itu di Wynthorne Masion, kediaman keluarga Cole, kakek Sebastian sedang menelepon cucunya.

"Sebastian, dengarkan aku Aku sudah mengundang pacarmu ke rumah. Cepat pulang Kita bisa duduk bersama, membicarakan pertunangan, pernikahan, dan kapan kalian akan punya anak"

Kegembiraannya luar biasa hanya dengan membayangkannya.

Membayangkan akan bertemu calon menantu membuat hatinya berbunga-bunga. Akhirnya keluarga Cole akan punya penerus.

Mendengar itu, Sebastian menjawab dengan nada tak berdaya, "Kakek--" Tapi belum selesai berbicara, dia teringat sesuatu. Dia langsung meletakkan dokumen di tangannya dan berjalan cepat ke arah lift.

"Baiklah, Kakek. Aku akan segera pulang."

Dia ingin melihat sendiri apa rencana wanita itu. Bahkan berani datang ke kediamannya?

Sungguh nekat!

"Hahaha! Berhasil" kakek Alfred menutup telepon dengan senyum puas.

Ia akan menyegarkan diri terlebih dahulu. Karena hari ini adalah pertemuan pertama dengan calon menantu, dia harus tampil rapi dan tidak membuat malu.