Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cari kerja
Kemarin memang aku berencana untuk melamar pekerjaan di kafe yang kemarin aku kunjungi sampai-sampai aku sudah meminta iklan lowongan pekerjaan itu pada kasirnya, tapi rencana itu tentu saja aku batalkan.
Tidak ada alasan lain selain karena aku takut sewaktu-waktu bisa bertemu kembali dengan Om Javar mengingat kemarin aku dan di tidak sengaja bertemu di kafe tersebut dan berakhir main kejar-kejaran.
Sudah pukul delapan pagi, aku pun sudah sarapan walaupun hanya dengan sereal yang penting perutku terisi, aku juga sudah meminum susu kehamilan karena aku masih cukup peduli terhadap anak yang aku kandung.
Setelah berakhirnya hubungan aku dan Geovan, kami belum pernah bertemu atau saling menyapa sama sekali. Kalau boleh jujur, aku benar-benar merindukannya tapi sepertinya ini memang sudah garis takdir yang aku miliki.
"Pagi-pagi gini udah rapih mau kemana Mir?"
Saat aku di depan teras kosan ternyata ada Mba Intan yang sedang menyiram tanaman dan melihat aku dengan penampilan rapih membuat dia bertanya.
"Pengen jalan-jalan di sekitar sini aja sih Mba, sekalian aku mau cari kerjaan."
"Ouhh gitu, ya udah kamu hati-hati di jalannya."
Belum ada lima langkah aku berjalan, tiba-tiba suara Mba Intan yang memanggil ku terdengar.
"Eh Amira!"
Aku langsung berbalik kembali ke dekatnya. "Ada apa Mba? Mau nitip sesuatu?"
"Bukan itu. Itu loh kemarin Mba lihat di kafe dekat taman ada iklan lowongan kerja."
"Oh itu, aku juga udah lihat Mba. Tapi aku ngerasa kurang cocok sama pekerjaannya, takut kecapekan terus kasian deh sama anak yang ada di perut aku, kafe itu kan selalu ramai."
Tentu saja itu hanyalah alibi ku, memangnya dimana kerja yang tidak capek? Ya pasti semua pekerjaan akan membuat diri kita merasa capek.
"Oh gitu ya, ya udah deh. Kamu sana lanjut berangkat aja."
"Iya Mba."
Aku pun berjalan keluar dari area kos-kosan dengan ponsel yang ada digenggam ku untuk memesan ojek online karena tidak mungkin aku akan berjalan kaki untuk mencari pekerjaan.
Tidak lama kemudian datanglah ojek online yang aku pesan tadi, aku pun langsung berangkat ke kawasan yang lebih padat yang mungkin saja akan lebih banyak lowongan kerja disana.
Dua puluh lima menit sudah, akhirnya aku sampai di tempat tujuan. Aku langsung berjalan menelusuri setiap toko juga kafe untuk menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan atau tidak.
Karena merasa haus, aku beristirahat sebentar di sebuah toko kelontong dan membeli satu botol minuman dingin, saat hendak membayar tiba-tiba aku berpikiran untuk menanyakan ada lowongan kerja atau tidak di toko ini.
"Eum Bu, saya mau tanya boleh?"
"Mau tanya apa nak?"
"Di toko ini ada lowongan kerja gak ya? Kebetulan saya lagi cari kerjaan."
"Aduh gimana ya nak, toko ini cuma toko kecil. Ibu juga gak yakin gajinya nanti bakalan cukup atau nggak buat biaya hidup kamu."
"Gak apa-apa kok Bu, yang penting saya masih bisa makan dan bayar uang kos."
Mengapa aku berkata demikian? Karena memang aku hanya membutuhkan uang untuk aku makan dan juga membayar tempat tinggal, tentang biaya anak yang sedang aku kandung masih ada uang dari Om Javar saat itu yang aku yakini pasti akan cukup sampai persalinan nanti.
"Kalo gitu saya boleh lihat surat lamaran kamu dulu? Cuma buat jaga-jaga aja."
"Boleh Bu. Kebetulan saya bawa, sebentar ya." Aku pun merogoh tas ku untuk mengambil surat lamaran kerja yang telah aku siapkan.
Diserahkannya surat itu ke si Ibu pemilik toko dan dia langsung membuka juga membacanya, semoga saja aku diterima. Tidak lama, ditutup kembali lah surat lamaran kerja ku itu dan si Ibu toko menyerahkannya kembali padaku. Apakah ini tandanya aku tidak diterima?
"Baiklah, kamu bisa bantu-bantu di toko saya mulai besok atau mungkin bisa hari ini juga kalau kamu siap."
"Jadi, saya diterima Bu?"
"Iya kamu diterima."
"Terimakasih Bu, saya bisa langsung bekerja hari ini juga."
"Kalau begitu sini masuk, ganti pakaian kamu agar tidak kotor."
Aku pun diarahkan untuk masuk ke dalam toko dan diberi satu seragam untuk aku pakai. Setelah selesai mengganti baju walaupun baju yang sedang aku kenakan sekarang kebesaran tapi tidak apa-apa nanti juga badan ku akan tambah besar karena adanya makhluk lain dalam tubuhku.
"Sini, biar saja ajari kamu dulu." Ibu itu pun memanggil ku untuk mendekat ke arahnya.
Dia mengajarkan ku dari a sampai z sampai aku benar-benar paham dan tidak akan melakukan kesalahan. Dirasa sudah cukup mengerti, aku mencoba melakukannya sendiri kebetulan saat ini sedang ada pembeli.
______________________________________
Matahari sudah mulai tenggelam, itu tandanya sudah waktunya aku pulang. Tapi sebelum aku pulang, aku membantu Ibu Gea si Ibu pemilik toko ini untuk membereskan dan menutup tokonya.
Pekerjaan seperti ini memang kebanyakan digaji sehari sekali bukan sebulan sekali. Setelah mendapat upah, aku izin untuk pulang terlebih dahulu kepada Bu Gea
Di tengah perjalanan, aku mampir terlebih dahulu pada sebuah warung makan untuk membeli makan malam. Warteg menjadi pilihan ku agar bisa berhemat dan uang yang tersisa pun lebih banyak nantinya.
Setelah mendapatkan makanan untuk makan malam ku, aku memesan ojek online untuk menghantarkan ku sampai ke kosan.
Sambil merenung mengelus-elus perut ku yang masih rata itu, tiba-tiba aku terpikirkan bagaimana jika anak ku nanti nya menanyakan bagaimana wujud dari ayah nya itu.
Tidak berselang lama, ojek online itu pun berhenti di depan gerbang kos-kosan ku.
"Sudah sampai." Suara miliknya membuat aku langsung.
"Eh? Makasih ya Mas."
Aku pu meletakkan kembali barang-barang yang aku bawa tadi ke tempatnya.
Ternyata memang benar bekerja sungguh membuat ku males berkali-kali lipat.
"Huft, semoga uang sisa dari Om Javar saat itu cukup untuk kebutuhan anaknya dan juga proses persalinannya nanti."
Sebenarnya aku belum ikhlas terhadap semua yang terjadi dalam diri ku ini, apakah aku seberdosa itu sehingga Tuhan memberikan kesempatan cobaan yang bertubi-tubi.
"Hiks.. hikss.. hiks." Tidak terasa air mata ku sudah meluncur membasahi pipi ku dan kemudian aku menenggelamkan wajahku diantara kedua lutut yang dilipat.
"Maafin mamah ya kalo belum bisa jadi mamah yang baik, malah bikin kamu ngerasain capek karena harus ikut berkerja." Monolog ku sambil mengusap perut ku, berharap makhluk yang ada di perutku dapat merasakan apa yang aku rasakan walaupun tampak mustahil.
Semoga hari esok aku menjadi lebih kuat dan ikhlas menjalani ini semua, percaya jika setelah ini Tuhan akan memberikan ku beribu-ribu kenikmatan.