NovelToon NovelToon
Hanya Sebuah Balas Dendam

Hanya Sebuah Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Wu Lan Cho, adalah sebuah Negeri yang sangat penuh dengan misteri, pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. salah satu kekaisaran yang bernama Negeri Naga yang di pimpin oleh seorang Kaisar yang sangat kejam dan bengis, yang ingin menguasai Negeri tersebut.

Pada saat ini dia sedang mencari penerusnya untuk melanjutkan tekadnya, dia pun menikahi 6 wanita berbeda dari klan yang mendukung kekaisarannya. dan menikahi satu wanita yang dia selamatkan pada saat perang di suatu wilayah, dan memiliki masing-masing satu anak dari setiap istrinya.

Cerita ini akan berfokus kepada anak ketujuh, yang mereka sebut anak dengan darah kotor, karena ibunya yang bukan seorang bangsawan. Namanya Wēi Qiao, seorang putri dengan darah gabungan yang akan menaklukan seluruh negeri dengan kekuatannya dan menjadi seorang Empress yang Hebat dan tidak ada tandingannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pil Air Mata Naga

Udara pagi itu begitu dingin, menusuk hingga ke tulang. Kabut tipis merayap di sela-sela celah kayu ruangan tabib, merasuk ke dalam ruang perawatan. Di luar, langit masih terbungkus kegelapan pekat, hanya garis samar cahaya fajar yang mulai mengintip di ufuk timur. Suara detak air menetes dari genteng yang basah terdengar berirama, seakan menghitung setiap detik yang berlalu.

Di tengah kesunyian itu, sosok Han Longwei tiba-tiba muncul di dalam ruangan tanpa suara, seperti bayangan yang menembus gelap. Pakaian panjangnya yang berwarna Hitam bergoyang pelan setiap kali ia melangkah, matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan.

Wēi Qiao duduk di atas ranjang kayu, kaki bersila, mata terpejam, napasnya teratur—sedang tenggelam dalam meditasi. Sekilas terlihat uap putih tipis keluar dari mulutnya setiap kali ia menghembuskan napas. Han Longwei tidak langsung berbicara. Ia hanya berdiri, mengamati muridnya dalam diam, lalu membuat sebuah batuk kecil—batuk yang terdengar terlalu disengaja untuk bisa disebut alami.

“Ehem.”

Wēi Qiao tersentak pelan, matanya terbuka, lalu cepat-cepat menunduk memberi hormat.

“Guru.” Suaranya pelan, tapi penuh rasa hormat.

Han Longwei hanya mengangguk singkat, lalu pandangannya tertuju pada sosok lain di sudut ruangan—Liang Riu, yang terbaring tak sadarkan diri di atas dipan kecil. Wajahnya pucat, napasnya lambat. Sekilas terlihat tanda memar biru kehitaman di bagian lehernya.

“Apa yang dia lakukan di sini?” nada suara Han Longwei menurun, tapi dinginnya menusuk seperti pisau.

Wēi Qiao menatap gurunya, lalu menjawab dengan nada datar namun mengandung sedikit kegetiran.

“Kakak keempat mengirimnya... untuk membunuhku.”

Seketika rahang Han Longwei mengeras. Tangannya mengepal, dan dalam sepersekian detik ia sudah berada di sisi Liang Riu. Sebuah serangan telapak tangan menghantam titik tertentu di dada pemuda itu—tidak mematikan, tapi cukup membuat nyeri luar biasa yang akan membekas lama. Liang Riu mengerang meski masih tak sepenuhnya sadar.

Wēi Qiao menutup mulutnya, terkekeh pelan. Senyum tipis muncul di wajahnya, bukan karena kebencian, tapi karena menyaksikan bagaimana gurunya tidak menoleransi pengkhianatan.

“Guru, kau benar-benar... cepat naik darah.” ujarnya dengan nada bercanda.

Han Longwei menoleh, matanya menyipit, tapi bibirnya sedikit terangkat.

“Dan kau terlalu banyak bicara untuk seseorang yang nyaris mati semalam.”

Tanpa banyak basa-basi, Han Longwei mengeluarkan sebuah kotak kecil dari lengan jubahnya. Kotak itu terbuat dari kayu hitam mengilap, diukir dengan pola naga yang melingkar. Udara di sekitarnya seakan menjadi lebih berat hanya karena keberadaan kotak itu.

“Ini,” kata Han Longwei sambil mengangkat kotak tersebut. “Hadiahmu karena berhasil melewati ujian tahap pertama.”

Wēi Qiao menatap kotak itu, alisnya berkerut.

“Hadiah? Apakah ini... salah satu keuntungan yang di katakan kemarin??”

Han Longwei tidak menjawab, hanya mendorong kotak itu ke arahnya.

“Buka.”

Perlahan, Wēi Qiao mengangkat tutupnya. Seketika, aroma menyengat dan menusuk hidung menyeruak keluar, membuat matanya berair. Bau itu seperti perpaduan antara logam panas, akar obat yang telah difermentasi ratusan tahun, dan sedikit aroma darah naga.

“Ugh...” Wēi Qiao memalingkan wajah, hampir muntah.

“Apa ini?”

“Pil Air Mata Naga,” jawab Han Longwei datar, namun ada sedikit nada bangga di suaranya. “Obat langka yang dibuat dari darah naga kuno dan tetes air mata naga perawan. Satu-satunya di dunia ini. Obat ini akan memadatkan aliran chi di tubuhmu, menguatkan inti dantian-mu, dan membuka sebagian besar jalur meridian yang selama ini tertutup.”

Wēi Qiao membelalakkan mata.

“Jadi ini benar-benar... selangkah itu?”

Han Longwei mendengus. “Jika kau mencoba menjualnya, kau akan diburu oleh setengah daratan. Sekarang makan.”

“Makan... begitu saja? Telan?” tanya Wēi Qiao ragu.

Han Longwei meliriknya, lalu tersenyum tipis.

“Kunyah sampai hancur, lalu telan. Kalau kau hanya menelannya utuh, efeknya akan berkurang setengah. Dan itu berarti kau membuang separuh nyawaku yang sudah kuberikan padamu.”

Dengan wajah pasrah, Wēi Qiao mengangkat pil itu ke mulutnya. Begitu giginya menggigit, rasa pahit luar biasa bercampur dengan panas yang seakan membakar lidahnya. Cairan kental yang keluar dari pil itu seperti menyebar cepat, membuat kerongkongannya panas dan matanya mengeluarkan air tanpa sadar.

“Ughhh... guruuu... ini—”

“Diam. Duduk bersila. Fokus pada napasmu.”

Wēi Qiao mematuhi. Ia duduk tegak, kaki bersilang, tangan di atas lutut. Han Longwei duduk di belakangnya, kedua telapak tangan menempel di punggungnya. Segera, energi hangat mengalir masuk dari tangan gurunya, mendorong energi pil itu ke seluruh tubuh.

Micro bots di dalam kepalanya aktif, suara mekanis tapi tenang bergema di pikirannya:

“Pendeteksian senyawa aktif: Dragon Lacrima Essence. Potensi peningkatan chi: 432%.

Apakah subjek mengizinkan sistem mengekstrak dan mengoptimalkan efek obat hingga 100%?”

“Ya,” jawab Wēi Qiao di dalam hati.

Seketika, rasa panas di tubuhnya meningkat berkali lipat. Jalur meridian terasa seperti disayat dari dalam. Napasnya memburu, keringat bercucuran, dan darah hampir menetes dari hidungnya. Tapi dia bertahan.

Han Longwei tahu rasa sakit itu, tapi dia tidak memperlambat aliran tenaga dalamnya.

“Tahan, muridku. Rasa sakit ini akan mengajarkanmu arti kekuatan.”

Rasa panas berubah menjadi gelombang tenaga yang memukul-mukul inti tubuhnya. Wēi Qiao menggertakkan gigi, menahan teriakan. Dalam pikirannya, micro bots memberi arahan, membantu mengatur aliran energi yang kacau itu agar tetap terarah menuju dantian.

Asa panas yang membakar tubuh Wēi Qiao kini berubah menjadi badai energi yang mengguncang setiap inci nadinya. Suara gemuruh seperti petir bergema di telinganya, meski ia tahu itu hanya terjadi di dalam tubuhnya. Keringat mengalir di pelipis, dan napasnya seperti disedot keluar dari paru-paru.

“Arghhh—!” pekiknya, namun Han Longwei tetap tidak melepaskan kedua telapak tangannya dari punggung sang murid.

Di dalam pikirannya, suara mekanis micro bots terdengar lagi:

“Jalur meridian ke-12 terbuka.

Jalur meridian ke-18 terbuka.

Aktivasi inti dantian... 94%... 96%... 100%.

Semua energi pil Dragon Lacrima Essence telah terserap sempurna.”

Tubuh Wēi Qiao bergetar hebat. Lalu, seakan badai itu mencapai puncaknya, sebuah ledakan energi tak kasat mata meluap dari dalam dirinya. Udara di sekitar mereka berdenyut, dan kabut tipis yang memenuhi ruangan terhempas ke dinding-dinding Ruangan Tabib.

Han Longwei, yang tadinya mengarahkan aliran chi untuk membantu, tiba-tiba menarik tangannya. Matanya melebar, pupilnya bergetar.

“Ini... mustahil...” gumamnya pelan.

Ia tahu persis betapa berbahayanya pil Air Mata Naga. Bahkan ahli bela diri tingkat menengah hanya mampu menyerap 40–60% efeknya sebelum tubuh mereka hancur karena tidak mampu menahan amukan energi naga.

Namun muridnya ini...

Han Longwei menatap punggung Wēi Qiao, melihat bagaimana uap putih keluar dari pori-porinya, membentuk siluet samar seekor naga yang berputar di sekelilingnya. Energi itu bukan hanya stabil—ia sempurna.

Tidak ada tanda-tanda kerusakan pada jalur meridian, tidak ada pendarahan internal yang fatal.

Di wajah Han Longwei, yang biasanya dingin bagai batu, kini muncul ekspresi yang jarang terlihat—bangga. Matanya berkilat seperti bara api yang baru disiram angin segar.

Pelan-pelan, Wēi Qiao membuka matanya. Di irisnya, terlihat kilatan emas samar seperti sisik naga yang memantulkan cahaya. Nafasnya dalam, namun tenang—seperti seorang prajurit yang baru saja kembali dari pertempuran hidup-mati.

“Guru...” suaranya pelan, tapi mantap.

“Aku... berhasil.”

Han Longwei terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis—senyum yang hanya diberikan pada orang yang benar-benar ia akui.

“Kau bukan hanya berhasil, Wēi Qiao. Kau... telah melampaui batas yang bahkan aku tidak sangka bisa kau capai.”

Ia berjalan mengitari muridnya, lalu berhenti tepat di depannya.

“Mulai hari ini, kau tidak lagi murid yang hanya menumpang nama gurunya. Kau adalah Wēi Qiao... yang membawa darah murni naga di tubuhnya.”

Seketika, suasana ruangan menjadi sunyi. Hanya detak jantung mereka berdua yang terdengar. Di sudut ruangan, Liang Riu masih terbaring pingsan, sama sekali tidak menyadari bahwa ia sedang berada di dekat sosok yang baru saja naik satu tingkat dalam dunia persilatan.

Han Longwei menepuk bahu muridnya sekali—gerakan singkat, namun sarat makna.

“Jangan sia-siakan anugerah ini. Dunia di luar sana tidak akan memberimu waktu untuk bersantai.”

Dan seperti biasa, tanpa suara langkah, ia menghilang dari ruangan, meninggalkan aroma samar obat-obatan dan bayangan sosok naga yang perlahan menghilang di udara.

Keheningan kembali menyelimuti ruang tabib.

Aroma menyengat dari pil Air Mata Naga perlahan memudar, berganti dengan hawa panas yang masih tersisa di tubuh Wēi Qiao.

Ia duduk bersila, punggung tegak, kedua matanya tertutup rapat. Detik demi detik berlalu, hingga akhirnya kelopak matanya terbuka... menyingkap sepasang mata yang kini jauh berbeda.

Tatapan itu—tajam, dingin, namun berkilat seperti bara api yang tersimpan dalam gua terdalam. Api itu bukan hanya panas, tapi juga mengandung tekad yang tak tergoyahkan.

Ia mengangkat kepalanya sedikit, seolah berbicara pada seseorang yang tidak ada di ruangan itu.

“Guru... terima kasih. Kau bukan hanya menyelamatkanku... tapi juga memberiku senjata untuk menuntaskan dendam ini.”

Tangannya terkepal di atas lutut. Urat-urat di punggung tangannya menegang, seiring pikirannya kembali ke wajah ibunya—senyum lembutnya, suaranya, lalu bayangan darah yang membasahi lantai malam itu.

Tubuhnya bergetar, bukan karena takut, tapi karena amarah yang ditahannya selama ini kini berubah menjadi api yang membakar di dalam dada.

Sepasang matanya kembali menyala, kali ini dengan cahaya emas yang lebih kuat—seperti naga yang baru terbangun dari tidur panjangnya.

"Siapa pun yang membunuh Ibu..." gumamnya pelan, namun setiap kata seperti hantaman pedang.

"Aku akan menemukanmu... dan aku akan membuatmu menyesal pernah terlahir di dunia ini."

Di luar, angin pagi yang dingin mulai menyelinap lewat celah jendela. Tapi di dalam dada Wēi Qiao, badai panas sudah mulai berputar.

Langkahnya menuju jalan yang penuh darah dan rahasia... baru saja dimulai.

1
aurel
hai kak aku udah mampir yuk mampir juga di karya aku
Nanabrum
Gila sejauh ini gw baca, makin kompleks ceritanya,

Lanjuuuuutttt
Mii_Chan
Ihhh Lanjuuuuutttt
Shina_Chan
Lanjuttt
Nanabrum
LANJUUUT THOOOR
Nanabrum
Uwihhh Gilaaa banget
Shina_Chan
Bagus, Tapi harus aku mau tunggu tamat baru mau bilang bagus banget
Gerry
karya nya keren, di chapter awal-awal udah bagus banget, semoga authornya bisa makin rajin mengupload chapter-yang bagus juga kedepannya
Gerry
Sumpaaah kereeeeen
Gerry
Gilaaakk
Teguh Aja
mampir bang di novel terbaruku 😁🙏🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!