Reysha, gadis SMA yang menyelinap ke sekolah lain dengan menyamar sebagai instruktur cheerleader karena kecintaanya pada cheerleader. Disana dia justru bertemu Lukar, cowok yang pernah mempermainkannya lewat sebuah taruhan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6 Kenyataan
Jam 7.15 wib
di lapangan sepak bola
SMU 27
Hari ini ada jadwal kelas gabungan dari kelas 2b dan 2c, yaitu pelajaran olahraga. Semua melakukan pemanasan dulu sebelum memulai olahraga. Cewek-cewek pada ramai berebut lihat gengnya Lukar. Wajah Diko dan Lukar memang di atas rata-rata. Mereka memang cakep dan keren.
"Bim, gimana proyek tadi malam?" tanya Satya.
"Proyek apaan?"
"Bakar sate," Rega membantu menerjemahkan.
"Pyuhhh ... tadi malam capek banget. Tanganku sampai pegel semua." Bimo mengatakannya mendrama.
"Makanya tanganmu bisa segede ini," ledek Rega seraya mengangkat lengan cowok ini. Bimo ketawa.
Sementara itu di tempat lain tak jauh dari mereka. "Cowokmu itu memang idola ya, Sha?"
kata Emil temen satu bangkunya. Satu satunya teman yang akrab. Reysha hanya tersenyum sebentar tanpa menjawab. Emil memandangi cowok-cowok itu.
Rupanya Lukar diam diam ngeliatin Reysha dari kejauhan. Sebenarnya wajar apalagi status mereka yang sekarang adalah sepasang kekasih. Tapi itu bakal jadi mengejutkan kalau temen temennya yang melihat. Saat ini Lukar kan sedang akting. Maen pacar pacaran, padahal bohong.
Lukar agak kepikiran sama kejadian kemarin. Sebenarnya dia lagi ngapain disana di SMU 21.
"Ayooo....pemanasan sudah selesai. Kita berbaris dan lari berkeliling lapangan sebanyak 3 kali!" teriak pak Hadi guru olahraga semangat.
"Ayo, 1, 2, 3 mulai!" Semua langsung berhamburan.
"Siapa cepat, dia hebat!" teriak Bimo. Rega dan Satya mempercepat larinya. Sebenarnya Lukar enggak mau ngikutin mereka tapi saat sudah dua putaran cewek-cewek pada berkeliaran di sekitarnya.
"Ayo, kita susul mereka," kata Diko yang mulai risih di kerubuti. Lukar mengangguk. Saat itu Lukar melihat Reysha berlari di sebelah jalur kiri.
Duk! Di tengah larinya tak sengaja Diko menyenggol lengan seseorang. Diko memperlambat larinya untuk meminta maaf sama gadis itu. Setelah tahu itu Reysha entah kenapa Diko cuma diam. Reysha noleh sebentar tanpa ngomong apa-apa lalu melanjutkan lari. Lukar mendekati.
"Kenapa Dik?"
"Ah, tidak. Lambat banget, Luk." Diko tersenyum bentar trus ngajak lari lagi. Lukar gak paham. Mereka mempercepat larinya.
Reysha hendak menyelesaikan putaran ketiganya saat Lukar mulai mensejajari larinya. Dia sengaja enggak segera menyelesaikan larinya karna ingin mendekati Reysha.
"Hai...kita bareng larinya yuk, biar tambah semangat," Resyha hanya mengangguk. Lukar tersenyum ke Emil yang ada di sebelahnya.
"Kemaren malam kemana?" tanya Lukar menyelidik.
"Kenapa?" seperti biasa Reysha menjawab pertanyaan dengan singkat bahkan menjawab dengan pertanyaan baru. Lukar jadi merasa tahu kebiasaan cewek ini lagi selain kebiasaan menggigit bibir.
"Enggak apa-apa sih, nanya aja." Lukar jadi keki sendiri. Sebenernya mau menyelidiki sekarang jadi di selidiki.
Mungkin yang tadi malam bukan dia. Kalau begitu ada yang tidak beres nih dengan otak ku. Berhalusinasi tentang dirinya.
Hampir tidak ada yang Reysha obrolin. Lagi lagi hanya suara ribut para penggemar Lukar yang heboh melihatnya mendekati Reysha. Semua cewek ingin bareng Lukar. Diko sudah terlepas dari mereka karena dia sudah menyelesaikan larinya.
Maka dari itu mereka juga ikut bareng lari di sekitar Lukar dan Reysha. Layaknya seorang idol keluar dari pintu bandara. Para penggemar heboh mengikuti idolanya kesana kemari. Bila Lukar berlari pelan, mereka juga lari pelan. Bila Lukar berlari cepat, mereka juga lari dengan cepat. Lucu.
"Kenapa anak anak perempuan itu lari berkumpul disana? Lapangan sepak bola kan lebar. Kalau mereka lari seperti itu tidak akan selesai-selasai. Hei kalian, ayo larinya berpencar!!" teriak pak Hadi. Semuanya langsung berhamburan.
"Hahaha..." Rega yang sudah menyelesaikan larinya ketawa ngakak. Di ikuti Bimo dan Satya. Diko cuma memandangi Lukar dan Reysha yang berlari beriringan. Terus memandang mereka hingga keduanya sampai di depannya.
"Akhirnya kita selesai juga.." Lukar tersenyum. Reysha mengangguk dan tersenyum tipis. Emil menghampirinya.
"Aku, ke kelas," pamit Reysha
"Oke, sampai nanti."
Reysha berjalan menjauhi mereka. Juga menjauhi Diko yang terus menerus memperhatikan Dia.
"Waduh kita bakalan ketemu pemenang nih... Sepertinya Lukar banyak kemajuan." Denger itu Lukar merasa ada yang ganjal. Kayak dia punya beban berat.
"Kau melakukan semua misi dengan sungguh-sungguh ya?" tanya Diko seperti mengejek. Satya merengut bingung.
"Ya. Tinggal selangkah lagi. Dan aku menang...," jawab Lukar bangga. Tapi walaupun ia akan jadi pemenang, tapi rasanya seperti pecundang. Karena menang bukan karena berjuang tetapi karena berbohong.
"Yeeyyy, idola kita nih..." Bimo mendekati sambil melingkarkan lengannya di leher Lukar.
Kantin
Jam 8.25 wib
Istirahat sebentar di kantin karna lelah habis olahraga. Suasana kantin memang sepi karna belum waktunya istirahat. Mereka aja yang bandel.
"Kalian lihat tadi gimana reaksi mereka saat pak Hadi tadi teriak, hahaaha." Bimo girang.
"Mereka pada kabur kayak ada grebekan" kata Rega. "Kayaknya kita kalah nih..."
"Sepertinya Lukar memang bisa membuat semua cewek sekolah ini jatuh cinta sama dia. Memang semuanya enggak bisa menolak pesona Lukar," Imbuh Bimo. Diko diam saja sambil meneguk minuman.
"Hei, enggak usah bahas itu deh..."
"Kenapa Kar?" Lukar diam. Dia mulai ragu untuk melanjutkan skenario. Diko melirik. Dia melihat ekspresi ragu Lukar barusan.
"Hei... kalian mempermainkan siapa nih?" Satya sepertinya enggak setuju. Saat anak anak memulai taruhan memang Satya lagi enggak bareng sama mereka.
"Temen satu kelas kamu," jawab Rega.
Satya mikir. Siapa ya... lalu dia inget tadi pas jam olahraga Lukar deketin cewek.
"Reysha?" tebak Satya benar. Semua manggut manggut.
"Jadi kamu bareng sama dia beberapa hari ini cuma skenario?" Lukar gak jawab.
"Berarti dia sama aja seperti cewek cewek yang lain... Langsung mau pacaran walaupun enggak paham sama Lukar. Hanya karna Lukar ganteng," kata Bimo.
"Yang kontra kalau Lukar ganteng dilarang berkomentar disini," Goda Rega. Bimo mencibir.
"Jadi kalian taruhan, dia mau apa enggak jadi pacar Lukar?" Satya heran.
"Ya ampun... Semua mata normal paham lah kalau Lukar itu keren. Justru kalau Reysha enggak mau sama Lukar, itu berarti dia enggak normal! Jadi aku rasa enggak adil kalau kalian taruhan seperti itu. Sudah ke baca kalau Lukar pasti menang."
"Kok kamu diam aja, Dik?" Satya ganti ngomel ke Diko "Dia kan pernah..." Satya tidak jadi meneruskan kata katanya.
Semuanya diam. Melihat semua tegang, Lukar membalikkan tubuhnya.
Reysha!
Berdiri di dekat mereka. Sepertinya dia sudah ada disana sedari tadi. Bimo memutar tubuhnya perlahan menghadap Rega yang sibuk membenahi rambutnya, padahal enggak kenapa kenapa. Lagi salting aja. Gugup sama kedatangan Reysha.
"Bakal ada drama nih...," gumam Bimo pelaaaan sekali. Mungkin semut aja enggak bakal denger. Satya menjauh dari Diko dan Lukar. Merasa enggak ada sangkut pautnya sama ide ide konyol mereka semua. Dan duduk di belakang sambil melihat keadaan yang semakin tegang.
Sebagai orang yang masih waras Satya jadi deg-degan juga dengan apa yang bakal terjadi bentar lagi. Lukar yang tepat berada di tengah membeku. Matanya berkedip. Dia berusaha bersikap tenang.
Tenang...Tenang... Santai... Paling banter dia memaki-maki. Enggak mungkin dia menggebrak meja dan menghajarku kan. Atau jangan-jangan dia bakal menangis histeris.
Lukar menghela nafas dan mencoba menyapa. Belum sempat kata sapaan keluar dari mulut Lukar, Reysha sudah melangkah menghampirinya.