Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 》》KAMU KEMANA AJA
Tarikan napas lega terdengar jelas dari hembusan napas Andhini setelah Satria berlalu dari hadapan mereka. Beberapa saat yang lalu Satria mengajak mereka makan siang dan hal itu akan sangat mengganggu bagi Andhini. Dan ternyata semesta menyayanginya sehingga interupsi Faiz menggagalkannya. Yah, ternyata ada rapat penting yang harus dihadiri oleh pria itu.
“Mrs . Isabel ,,, gak apa-apa kan kalo aku gak ikut makan siang ? Aku harus segera menjemput Disha”, Andhini harus segera bertemu dengan bunda Riana hari ini. Rencana berkunjung besok gagal total karena pertemuannya dengan Satria.
“Ya udah gak apa-apa, tapi nanti malam sempatkan ikut dinner. Gak enak nolak undangan mitra kerja”. Mrs. Isabel memang tak pernah menolak ajakan makan setiap mitra bisnisnya akan tetapi iapun tak akan mau datang sendiri. Ibu bosnya itu sadar jika dirinya seorang istri yang harus menjaga perasaan sang suami.
“Pasti Mrs. Isabel ,,, sampai ketemu nanti malam. Ti, jaga bu bos dengan baik, aku pergi dulu ,,,” Andhini dan Tiara berpelukan sebelum berpisah.
Inilah salah satu alasan Mrs. Isabel selalu menyandingkan Tiara dan Andhini pada semua proyek pentingnya diluar Turki karena kekompakan keduanya harus diacungi jempol dan sangat jarang dimiliki oleh karyawannya yang lain.
Andhini lalu menaiki taksi online yang ia pesan. Sementara Tiara dan Mrs. Isabel berjalan ke arah resto yang di pesan oleh Satria sebelumnya.
Kendaraan yang membawa Andhini terus melaju membelah jalan raya. Rencana awal ingin menjemput putrinya di kantor Zelena namun ia tak ingin putrinya mendengar omelan sang bunda padanya dan membuat putrinya ketakutan. Suara bunda Riana akan naik beroktaf-oktaf jika sedang mengomel di sertai emosi.
Perjalanan Andhini berakhir saat taksi yang ia tumpangi berhenti di depan sebuah rumah yang menyimpan banyak kenangan untuknya. Lagi-lagi Andhini menarik napas namun bukan untuk melegakan perasaannya melainkan untuk menenangkan rasa yang tiba-tiba menumpuk dalam dada.
Perlahan tapi pasti Andhini mendekati pintu pagar yang sedikit terbuka. Dengan sangat hati-hati Andhini mendorong agar pintu tersebut terbuka lebih lebar agar ia bisa masuk.
Ting tong ting tong
“Assalamualaikum ,,,” Andhini memberi salam setelah menekan bel rumahnya.
Tak ada yang berubah sejak ia pergi. Bahkan warna cat rumah pun tak berubah sama sekali meskipun terlihat seperti baru dicat ulang.
“Waalaikumsalam ,,, Dhini ?! Ini beneran kamu nak ?!” Bunda Riana memeluk putri bungsunya dengan sangat erat. Ketakutan Andhini seketika menguap entah kemana.
Kedua wanita beda usia itu saling berpelukan menyalurkan rasa rindu yang tertahan sekian lama. Keduanya menangis haru.
“Kamu kemana aja selama ini ?! Maafin bunda, sayang ,,,” Bunda Riana sedikit melerai pelukannya dan mengajak Andhini duduk di sofa ruang tamu.
“Dhini yang harus minta maaf bund, karena pergi tanpa berpamitan,” Andhini mencium punggung tangan bunda Riana.
Jika saat kepergiannya Andhini emosi dan kecewa karena bunda Riana memaksanya menikah dengan pria beristri namun seiring waktu berjalan Andhini bisa menerimanya sebagai sebuah takdir. Apalagi dengan kehadiran Disha yang membuat hidupnya lebih berwarna.
“Kamu kapan datang ?! Kok bak bawa koper ?!” Ketelitian bunda Riana tak diragukan lagi. Dalam luapan rindunya masih sempat memperhatikan jika Andhini datang tanpa koper. Tidak mungkin jika putrinya selama ini tetap berada di ibukota mengingat putra sulungnya dan Satria sudah mencari ke seluruh penjuru ibukota.
“Dhini tiba dua hari lalu bund, pagi tadi ada meeting dengan perusahaan disini makanya setelah meeting aku langsung kemari,” Ucap Andhini pelan, ia berharap emosi sang bunda tak terpancing dan tak tersinggung.
“Kenapa gak langsung ke rumah ? Apa kamu gak nganggap rumah ini sebagai rumahmu ?!” Nah kan, baru juga Andhini berharap sang bunda menanggapinya dengan tenang.
“Bukan gitu bund, maksud Dhini tuh biar urusan pekerjaan Dhini selesai dulu supaya bisa fokus ke bunda,” Andhini kembali memeluk bunda Riana agar tak lagi emosi. Andhini ingin pertemuannya dengan bunda Riana berakhir bahagia.
“Abang di kantor kan, bund ?” Andhini mengalihkan pembicaraan padahal masih jam kantor dan tentu saja abangnya masih bekerja.
“Abangmu itu semakin hari semakin gila kerja makanya sampai sekarang masih jomblo, padahal pria seusia abangmu semua sudah punya anak,” Keluhan bunda Riana menerbitkan senyuman dibibir Andhini. Sebuah rencana yang sudah ia susun sejak kemarin harus dijadikan kenyataan.
“Dhini gak di kasih minum bund ? Kan haus ,,,”Andhini tersenyum menyusun strategi agar ia bisa memberitahukan bunda Riana mengenai keberadaan Disha.
“Astaga, maaf sayang,,, bunda lupa. Yuk kita ke dapur,,,” Bunda Riana berdiri seraya menarik lembut tangan putrinya. Bunda Riana terus menggenggam tangan Andhini seolah takut putrinya itu kembali menghilang.
Sementara bunda Riana membuatkan minuman untuk putrinya, otak Andhini pun bekerja keras berusaha merangkum kata agar apa yang dikatakannya nanti tak membuat sang bunda kaget.
“Apa yang sedang kamu pikirkan, sayang ,,, hm ?!” Bunda Riana menatap Andhini dengan intens.
Pertemuan setelah kurang lebih empat tahun berpisah tentu banyak hal yang terjadi dalam hidup putrinya. Diam-diam bunda Riana berdoa dalam hati agar apa yang dipikirkannya tidak terjadi.
DRrrrrrrrtttt drrrrŕtttt
“Bentar bund, aku angkat dulu telepon Selena ,,,” Andhini berdiri dan berjalan menjauh agar bunda Riana tak mendengar percakapannya. Andhini yakin telepon Zelena pasti tentang Disha.
“Halo Na ,,,” Sapa Andhini
“Kamu dimana, Disha ngantuk ditasnya gak ada susunya ,,,” Suara Selena terdengar kesal.
“Astaga, sorry aku lupa. Soalnya yang biasa ngurus kayak gitu ada mbak Tiwi. Ya udah kalo kamu gak sibuk bawa ke rumah bunda aja. Aku dirumah bunda sekarang.” Tak ada jalan lain bagi Andhini. Biarlah hari ini bunda dan abangnya tau tentang Disha.
“Ok.” Zelena mematikan panggilan selulernya secara sepihak dan langsung membawa putri sahabatnya keluar ruangan.
Andhini kembali berjalan ke arah bunda Riana dan membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering. Setelah itu dengan lincah jari-jarinya mengirim pesan pada sang abang agar kembali ke rumah. Tak lupa ia menitip susu yang biasa di minum oleh Disha.
“Zelena kenapa ?!” Lagi-lagi bunda Riana bertanya di sertai tatapan yang intens membuat Andhini gugup.
“Bund, nanti kalo Zelena datang, bunda jangan kaget ya, aku takut jantung bunda kembali bermasalah.” Wajah Andhini terlihat khawatir, bukan hanya karena kesehatan jantung bunda Riana akan tetapi kekhawatiran Andhini lebih kepada yang datang bersama Zelena.
“Jangan khawatir, asalkan bunda bahagia maka jantung bunda akan baik-baik aja. Memangnya ada apa dengan Zelena ?!” Bunda Riana memang mengenal Selena sebagai satu-satunya sahabat Andhini dari awal kuliah sampai selesai wisuda.
“Aku akan menjodohkan abang dengan Zelena dan abang harus mau karena hanya Zelena satu-satunya kandidat yang cocok untuk abang.” Andhini mengalihkan pembicaraan tanpa menjawab pertanyaan bunda Riana.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️