Benih CEO Impoten

Benih CEO Impoten

01:terjebak

Awal.

"sebisa mungkin aku harus kabur dari sini."

Ucapnya tersengal sengal, dengan deru nafas yang memburu. Ia berlari dengan sekuat tenaga, mencoba menjauh dari mereka yang berusaha mengejarnya. Meskipun saat ini tubuhnya dalam pengaruh obat, tak membuat dirinya menyerah, dia harus lolos dari kejaran mereka.

"Jangan sampai lepas! kejar dia, aku sudah menghabiskan uang banyak hanya untuk menikahinya!"

Bentak seseorang pria yang umurnya sudah berkepala empat lebih itu. Ia berkacak pinggang di hadapan para anak buahnya, dengan raut wajah yang dipenuhi dengan nafsu amarah.

Para anak buah itu segera mengikuti perintah sang bos. Mereka berpencar, untuk mendapatkan hasil yang cepat. Namun nihil, semuanya tak mampu menemukan keberadaan seseorang yang mereka cari. Orang itu hilang, bak di telan bumi.

 Perempuan itu masuk ke sebuah ruangan yang gelap, hanya remang remang yang bisa ia lihat. Dan bersembunyi dari kejaran mereka.

Mungkin yang ia lakukan adalah gegabah, karena sembarang masuk kedalam kamar. Karena kamar itu sama sekali tak di kunci, perempuan itu dengan leluasa masuk kedalamnya. Tanpa ingin tahu apakah ada orang atau tidak, yang terpenting baginya sekarang adalah bisa bersembunyi saja.

"sit... Kemana perempuan itu, cepat sekali larinya." umpat seorang bodyguard, membuang nafas kasarnya. Berjongkok, ngos ngosan karena sudah berlari. Mereka sekarang berada tepat di depan pintu salah satu kamar. Dan tanpa mereka sadari, kamar itulah tempat persembunyian perempuan itu.

"Mungkin ke arah sana." seorang bodyguard lagi menunjuk lurus, mengarahkan kepada para temannya.

Tanpa fikir panjang, mereka berlari kearah yang di tunjuk.

"fyuh.... Beruntung mereka tak membuka pintu ini." gumam Bella mengelus dada. Kini ketegangannya sedikit menurun, dan akhirnya bisa bernafas lega, dia bisa lolos dari kejaran para bodyguard yang mencarinya.

"tapi, ruangan apa ini? gelap sekali?" Ia mengerutkan keningnya, memperjelas penglihatannya. Walau tetap saja, ia tak bisa melihat dengan jelas seisi kamar itu.

"Ah aku gak bisa melihat dengan jelas lagi, mana tubuhku sangat panas." Bella merasakan sekujur tubuhnya sangat panas, kepala pusing, mungkin karena efek obat yang ia minum tadi.

Ia buka dua kancing kemeja hingga menampilkan belahan dadanya, dan mengibas ngibaskan tangannya.

Bella mulai menatihkan tubuhnya, meraba dan menyusuri dinding, berusaha untuk mencari stop kontak lampu di ruangan itu.

Namun tiba tiba, tangannya di cekal oleh seseorang yang berperawakan besar juga tinggi. Perempuan itu terkejut, ternyata kamar itu ada penghuninya

"Mau apa kamu ke ruangan saya?" Bisik seorang lelaki dengan nada seraknya. Mendekatkan wajahnya pada wajah Bella.

"M-maaf, aku tidak tahu jika ada orang di sini." ucap Bella meram. Ia tak berani memandang, meski orang itu sama sekali tak terlihat jelas.

Perempuan itu berusaha melepaskan cengkraman pria itu sekuat tenaga, namun tenaganya kalah telak dengan lelaki yang ada dihadapanya itu.

"Diam!"

pria itu mengukung Bella dengan tubuhnya, Bella tak bisa lagi memberontak. Ia hanya bisa diam dalam kukungan nya.

Pria itu semakin menghimpit tubuh Bella, membuat tak ada lagi jarak di antara mereka. Kala itu juga, tubuh Bella semakin merasakan panas yang amat mengganngu, ingin sekali rasanya ia langsung melucuti tubuhnya. Karena rasa panas itu terasa sangat menyiksa.

 Apalagi menghirup aroma maskulin dalam tubuh pria itu, membuat ia hampir tak bisa terkontrol. Desiran desiran aneh kala merasakan sesuatu yang keras bersentuhan dengan perut nya.

"Aku di bius obat perangsang, tolong kamu bantu aku." Bella kini tak mampu menahan lagi, dengan beraninya ia berterus terang menginginkan sesuatu terjadi.

"Kamu ingin aku mengobatimu?" pria itu mengelus pipi mulus Bella, membuat Bella semakin terangsang.

"Ah,,,, tolong aku." Bella semakin kepanasan, ia tidak tahan lagi, apalagi saat pria itu membuainya. Dengan frontal, perempuan itu langsung memulai ci*man panasnya dengan pria itu.

"aku juga terangsang obat, kita kerjasama malam ini." pria itu menghentikan ci*man nya, menggendong Bella ke atas ranjang besar, melanjutkan aktivitas panas mereka dengan penuh gairah.

Ada sepasang mata di ambang pintu sedang memandangi mereka dengan wajah penuh kekesalan juga amarah yang meletup letup.

"seharusnya aku yang berada bersama Ricard, kenapa malah ada perempuan lain yang duluan masuk." kesal seorang perempuan itu mengepalkan tangannya. Dia langsung pergi meninggalkan ruangan itu.

*

*

*

Bella Mahendra, seorang perempuan karier berusia dua puluh empat tahun. Dia adalah anak pertama dari keluarga Mahendra, yakni anak dari istri pertamanya yang sudah meninggal dunia saat Bella berusia lima tahun. Mahendra menikah dengan Dina dan memiliki anak perempuan yang umurnya sama dengan Bella, hasil dari perselingkuhan yang bertahun tahun.

Keluarga Bella cukup berada, namun karena kekejaman Dina (ibu tiri) dan juga Fani (adik tiri) membuat Bella tak pernah merasakan kebahagiaan. Ia selalu di siksa dan di caci, hanya karena orang orang tahu Bella anak haram, padahal berbanding balik dari fakta.

Seperti hari ini, Bella di paksa harus menikah dengan pak tua kaya karena mahar sebesar tiga ratus juta. Walaupun Bella bersikeras menolak, ibu tirinya tetap saja memaksa.

Sang ayah yang seharusnya menjadi tempat per sandaran seorang anak, hanya acuh tak peduli dengan apa yang akan istrinya lakukan pada Bella. Saking cintanya ia pada Dina, ia selalu mendukung pada apa yang dilakukan pada anak pertamanya. Sekalipun itu bersifat kekerasan, yang ia anggap itu hanyalah teguran dan didikan. Padahal pada Fani adiknya, mereka tak pernah memakai kekerasan. Mereka memanjakan Fani anak semata wayang, memenuhi apapun keinginannya.

"Aku mohon buk, ampuni aku. Aku tidak mau menikah dengan pria tua." Bella bersimpuh di kaki sang ibu, memohon agar ibunya berbelas kasihan padanya.

"Keputusanku ini sudah bulat, kamu harus nikah dengan tuan Romi. Uang nya sudah di transfer ke rekening ibu." ucap Dina dengan nada tinggi. Dengan melipatkan kedua tangannya di dada.

"Tapi buk..."

"Tidak ada tapi tapian. Kamu itu seharusnya beruntung bisa menikah dengan tuan Romi, dia itu orang kaya meski sudah tua, kamu gak perlu susah payah bekerja di luar. Cukup menggoyangkan pantat mu di ranjang dan sering seringlah transfer uang padaku."

"Ayah..." kini perempuan itu menghampiri ayahnya. " aku tak mau menikah, tolong ayah beri penjelasan pada ibu. Ayah sayang aku kan?" ucap Bella, mengharapkan ayahnya akan membelanya.

"Turuti saja apa kata ibumu. Ibumu benar, jika kamu menikah dengan tuan Romi, kau tidak perlu bersusah payah bekerja." Ucap Mahendra, berlalu pergi meninggalkan Bella, ia sama sekali tak peduli dengan apa yang di alami anaknya.

"kenapa bukan Fani aja yang menikah dengan tuan Romi? kenapa harus aku!"

"Fani itu berbeda dengan mu, dia itu anak ku yang cantik juga pintar, mana mungkin aku menikahkan nya dengan pak tua bangka."

"Ibu sungguh jahat!"

"Iya, aku memang jahat, karena aku selalu ingin buat mu hancur, hahaha." Tawa Dina menggema di ruangan itu, menertawakan nasib Bella yang selalu hancur di tangannya. Dan merasa bangga karena suaminya berpihak padanya.

*

*

*

" Dina, mana perempuan yang kau janjikan kemarin?" seorang pria yang sudah berumur yakni tuan Romi, datang dengan para anak buah di belakangnya.

"Ah iya, ini dia" Dina menyeret Bella paksa, dan mendorongnya kehadapan tuan Romi.

"Cantik, aku menyukainya." Tuan Romi mengelus dagu Bella, namun perempuan itu langsung menepisnya.

"Cantik, kamu jangan galak begitu, aku ini suami mu loh."

"Aku tidak sudi menikah dengan mu!" bentak Bella pada Romi.

"Tuan Romi tak perlu khawatir, seteleh kau menikahi nya pasti dia akan patuh padamu." ucap Dina menyunggingkan senyuman ramahnya.

"oke, tapi malam ini aku ingin membawanya dulu ke hotel, untuk bersenang senang." Senyum licik mengembang di bibir tuan Romi. Ia berencana mencicipi dahulu tubuh indah Bella

"Terserah tuan, Bella kan sudah hampir milik tuan." Dina mengiyakan.

Kini Bella di seret ke mobil, di paksa untuk ikut pada tuan Romi, air matanya terus membanjiri pipinya. Bella tak bisa berbuat apa apa, keputus asaan telah memenuhi jiwanya. Dia pasrah dengan keadaan.

Sesampainya di hotel.....

"cepat masuk!"

Bella di paksa masuk ke dalam hotel, di hempaskan tubuhnya ke atas ranjang.

"Kalian berjaga di luar" Titahnya pada para anak buah, lalu menutup rapat pintu kamar itu dan menguncinya.

"baik tuan"

Tuan Romi menuangkan jus pada gelas, ia memasukan bubuk perangsang pada gelas itu. Memaksa Bella untuk meminum nya. Alhasil, membuat Bella hampir tak sadar.

Romi mulai menyentuh tubuh Bella, di belainya tubuh Bella.

"Panas sayang? sini biar aku bantu membukanya."

'Tidak, aku tidak mau di sentuh oleh si tua bangka, aku harus cari cara untuk kabur.' Gumam Bella dalam hati.

Romi hampir membuka dan melucuti pakaian Bella, beruntung dia masih memiliki kesadaran.

Dugh.......

Perempuan itu menendang alat tempur Romi, membuat ia kesakitan.

"Aaaa..." Romi merasakan kesakitan yang tiada tara, ia terhuyung, sembari memegang miliknya itu. Tendangan Bella sangat keras, membuatnya hampir saja tak sadarkan diri.

Dengan kesempatan itu, Bella segera bangkit dari ranjang dan merebut kunci dari saku celana Romi. Ia bersusah payah menuju pintu dan berusaha membukanya.

"Kau jangan kabur! Aku tak akan melepaskanmu!" teriak Romi yang masih berguling guling menahan rasa sakit pada alat vitalnya.

Bella tak menghiraukan ancaman si tua bangka itu, yang ia fikirkan saat ini adalah bisa kabur dari tuan Romi.

"loh, nona mau kemana?" tanya salah satu bodyguard yang berjaga di depan pintu.

"saya mau keluar dulu beli alat pengaman." jawab Bella dengan tubuh sempoyongan. Ia mengetuk ngetuk kepalanya, untuk tetap menjaga kesadarannya.

"Biar saya yang belikan." tawar salah satu bodyguard lagi.

"Tidak perlu, aku fikir pasti kalian akan malu membeli ini." segera Bella menolak.

"oke, kalau begitu nona jangan terlalu lama, nanti tuan tidak tahan menunggu." canda bodyguard itu dan di susul oleh tawaan teman nya.

Bella sekuat tenaga berlari menjauhi mereka, walau kepala nya sudah sangat pusing juga tubuh sudah kepanasan.

*

*

"kalian sedang apa?! Kenapa tidak mengejar wanita sialan itu?!" Bentak Romi pada para anak buahnya itu. Ia berusaha bangkit dari penderitaannya itu.

"Kami kira nona sedang membeli sesuatu tuan." mereka menunduk.

"Gak becus kalian! cepat kejar dia!"

"Baik tuan." Segera para bodyguard itu mengejar Bella.

Terpopuler

Comments

Suci Yati

Suci Yati

lanjut thor upnya

2024-11-20

0

Hp Onlay

Hp Onlay

ayo lari yang jauh

2024-10-03

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 60 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!