NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Ceo

Jerat Cinta Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Office Romance
Popularitas:56.8k
Nilai: 5
Nama Author: Meyda

Niat hati ingin merayakan ulangtahun bersama kekasihnya yang baru kembali dari luar negeri, Alice malah memergokinya sedang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Alice yang kecewa memutuskan hubungan mereka secara sepihak dan berniat balas dendam pada kekasihnya itu.

Tanpa sengaja, Alice dipertemukan dengan Arthur CEO di tempat kerjanya yang baru yang ternyata adalah sepupu jauhnya.

Alice terpaksa meminta bantuan Arthur dengan satu syarat, Alice harus mau menjadi wanitanya.

Akankah Alice menyetujui permintaan gila Arthur demi membalas dendam pada mantan kekasihnya? Ataukah malah terjerat dengan pesona Arthur?

Usahakan jangan nabung bab ya... terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 6

Keesokan harinya...

Erick kembali berdebat dengan Arthur. Pasalnya, sejak tadi Arthur terus mengancam akan memecat dirinya jika hari ini Erick tidak membawa wanita itu kesini.

"Kamu yakin mau memecat ku? Ayolah, Ar. Jangan bersikap seolah-olah kamu ini pria yang tidak normal," tuduhnya tak beralasan.

Tidak biasanya Arthur bersikap pemaksa hanya demi mencari seorang sekertaris.

"Apa kamu bilang? Tidak normal?" Arthur tak terima dengan tuduhan Erick. Bisa-bisanya sahabatnya itu mengatakan ketidaksempurnaan nya dengan terang-terangan. "Apa aku harus membuka celana dan memperlihatkannya padamu?!" pekiknya.

"Jika kamu tidak keberatan dengan senang hati aku menerimanya," jawab Erick.

Arthur mendelik. Jika Erick bukan salah satu sahabat yang penurut padanya, mungkin saat ini Arthur sudah melemparnya ke dasar laut.

"Aku bukannya tidak normal. Hanya saja aku belum menemukan wanita yang berhasil membangunkannya," lirih Arthur. "Kamu tahu sendiri 'kan selama ini aku tidak pernah berkencan? Aku tertutup pada wanita!" imbuhnya.

Erick mengangguk mengerti. Arthur memang sulit membuka hati. Hidup dengan bayang-bayang ketakutan karena takut ditinggalkan membuat Arthur trauma untuk mencintai.

Erick mendekati Arthur. Hingga tidak ada jarak diantara mereka.

"Mau apa kamu?" Arthur mundur ke belakang, menjaga jarak dari Erick.

"Bagaimana jika aku yang membangunkannya? Aku yakin hanya dengan satu sentuhan kecil dariku, milikmu itu akan bangun dan—" belum selesai Erick bicara satu pukulan keras mendarat di kepalanya.

"Oh shit! Apa yang kamu lakukan, Ar! Kenapa malah memukulku?!" protes Arthur. Ia mengusap kepalanya yang terasa sakit akibat ulah Arthur.

"Kamu masih bertanya apa yang aku lakukan, hah?!" Arthur berkacak pinggang. "Mau aku ulangi? Atau kamu mau merasakan bagaimana rasanya tidur di pinggir jalan tanpa selimut tebal dan juga kasur empuk?!" pekiknya sembari menunjuk wajah Erick.

"Kamu mengancam ku? Aku hanya bercanda dan kamu menganggapnya serius," balas Erick.

Jika tahu akhirnya seperti ini, Erick akan berpikir ulang untuk menjahili Arthur. Mana wajahnya tidak ada senyum-senyumnya sama sekali lagi.

Arthur sudah mirip tembok yang datar dan tanpa ekspresi.

"Untuk apa aku mengancam mu? Aku hanya ingin melihat, bagaimana respon kekasihmu nanti. Kalau Erick Antonio tiba-tiba menjadi gembel. Pasti dia akan langsung meninggalkanmu begitu saja." senyum licik terukir dari bibir Arthur.

Rasanya senang sekali bisa membuat Erick mati kutu.

Erick diam mematung. Lidahnya kelu untuk sekedar membalas ucapan Arthur. "Dasar sahabat tidak pengertian!" Erick mendengus.

"Aku memberimu satu kesempatan. Besok pagi, pastikan calon kandidat yang aku mau ada di sini," tegas Arthur. Ia tak mau lagi menerima sebuah penolakan atau apapun itu.

"Tidak perlu menunggu besok! Saat ini dia sudah ada di lobby," ucap Erick. Baru saja seseorang mengirim pesan padanya dan mengatakan kalau perempuan itu sudah datang.

"Secepat ini?" tanya Arthur dan Erick hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Kamu tahu 'kan resikonya apa kalau sampai berani berbohong padaku?"

Meski sedang berusaha menyembunyikan rasa kagetnya, Erick tahu kalau Arthur sedang bahagia.

Lihat saja, pipinya memerah mendengar dirinya sudah menemukan wanita yang Arthur inginkan dalam waktu semalam.

"Jangan meragukan ku. Aku tahu seperti apa seleramu." Erick menepuk pundak Arthur. "Kamu harus memberiku hadiah atas kerja kerasku semalam."

Arthur menautkan alisnya. "Hadiah?"

"Ya, hadiah!" ulang Erick.

"Katakan saja, aku pasti akan memberikannya dengan senang hati. Asal kamu tidak meminta wanita padaku."

Erick tersenyum penuh arti. Hadiah yang Erick mau kali ini pastilah sesuatu yang akan membuat Arthur tercengang.

"Cuti satu minggu? Apa kamu waras?!"

Bagaimana bisa Erick meminta cuti kerja selama satu minggu hanya untuk pergi berlibur dengan kekasihnya yang ke dua puluh dua. Sudah mirip honeymoon saja, pikir Arthur.

"Lakukan saja mau mu. Bahkan aku bisa memberikan cuti satu bulan kalau kamu mau," ucap Arthur seraya menatap ponselnya yang sejak tadi bergetar.

"Yakin kamu mau memberiku cuti selama ini, Ar?"

"Hmm. Lalu jangan pernah kembali lagi ke kantor," jawab Arthur membuat Erick langsung lemas.

Arthur menyambar jasnya, kemudian melangkah menuju pintu.

Namun, langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Erick. "Wanita itu bernama Alice."

"Siapa kamu bilang tadi? Alice?" Arthur seperti pernah mendengar nama itu, tapi entah dimana. Ia sedang berusaha keras untuk mengingatnya.

••••••

"Apa meeting nya belum selesai?" tanya Alice pada resepsionis. Sudah hampir satu jam lamanya Alice di minta untuk menunggu di sana.

Setelah pulang dari pemakanan untuk menemui kedua orangtuanya yang sudah lama tiada, tak lama Alice mendapat telfon untuk datang ke perusahaan Art Company.

Ya, belum lama Alice melamar pekerjaan ke perusahaan ini.

"Mungkin sebentar lagi, bersabarlah," jawan resepsionis menatap Alice dengan tatapan tak suka.

Ditatap seperti itu membuat Alice sedikit risih. Ia memutuskan untuk pergi ke toilet dan mencuci tangan.

Langkah Alice terhenti saat seseorang memanggil namanya.

"Nona Alice, tunggu!" teriak Erick. Ia bergegas menghampiri Alice dan mengulurkan tangan.

"Tuan Erick yang tadi menghubungiku?" tanya Alice sembari membalas uluran tangan Erick.

"Ya. Panggil saja aku Erick. Aku sama sepertimu. Sama-sama kuli di sini." Erick merendah. "Apa kamu sudah siap bertemu dengan Arthur?"

Alice mengangguk. "Tentu saja, Erick."

"Baiklah. Ayo ikut denganku," ajak Erick.

Mereka berjalan menuju ruangan Arthur yang berada di lantai tiga. Alice memilih berjalan di belakang pria itu dang mengikuti langkahnya.

Keduanya sempat berbincang hingga tanpa sadar, mereka sudah sampai di depan pintu ruang kerja Arthur.

"Kamu gugup?" Erick memberikan saputangannya pada Alice. Wanita itu sedikit berkeringat.

"Ya," jawab Alice mengambil saputangan itu untuk mengusap keningnya. Entah kenapa tiba-tiba jantung Alice berdebar-debar seperti ini.

Erick mengetuk pintu tersebut, kemudian membukanya dan meminta Alice untuk masuk ke dalam.

"Aku hanya menemanimu sampai di sini. Ada pekerjaan menumpuk di meja kerjaku. Semoga beruntung." Erick meninggalkan Alice.

Alice menarik nafas panjang dan menghembuskan nya. Ia sempat mendengar tadi, Erick menyebut nama Arthur.

Alice masih ingat dengan jelas, dulu ia punya sepupu bernama Arthur. Ya, mungkin nama mereka hanya mirip dan semoga pria yang ada di depannya ini bukanlah pria yang sama.

Alice melangkah masuk, di dalam nampak seorang pria dengan punggung tegap dan kokoh berdiri membelakanginya.

"Selamat siang, Tuan," sapa Alice dengan ragu-ragu. "Perkenalkan nama saya Alice," lanjutnya memperkenalkan diri.

"Aku sudah tahu," sahut Arthur.

Alice meremas ujung gaunnya. Suara pria yang sedang berdiri membelakanginya sangat tidak asing.

"Maaf, bisakah anda memeriksa CV saya?" pinta Alice. Berada di posisinya sekarang ini membuat Alice seperti diacuhkan.

Perlahan, Arthur berbalik. Membuat Alice shock dan menjatuhkan map yang berada di tangannya. "K—kamu?!" pekiknya seraya menunjuk wajah Arthur.

Lain halnya dengan Alice, Arthur nampak biasa saja. Padahal, yang sebenarnya pria itu juga sedang menyembunyikan rasa terkejutnya.

"Dunia benar-benar begitu sempit. Sampai-sampai dimanapun selalu ada dia," gerutu Alice dengan mata terpejam.

Arthur menyeringai.

"Akhirnya kita bertemu lagi, Nona Alice," sapanya. Lalu kembali membuka suara sembari melangkah mendekat, "Tidak, lebih tepatnya sepupu sekaligus wanita yang sudah mencuri ciuman pertamaku..." bisik Arthur tepat di samping wajah Alice.

Apa yang Arthur lakukan sontak membuat tubuh Alice membeku di tempat.

1
Aras Diana
lnjut
™: Siap kak
total 1 replies
Tri Handayani
next dong thorrr,,msa liburnya lama bgt thorrr'seminggu...semangat up thorrr
™: Siap nanti up lagi kak😅
total 1 replies
Yuni Setyawan
duh digantung,bisa² kebawa mimpi ini Thor🤦🏻‍♀️
Ripah Ajha
hais nanggung sekali Thor🥰
Lembayung Senja
lanjut...double up
Eva Karmita
gantung lagi 😩😩😩
Eva Karmita: aku pasrah aja 😩🤕
™: Buat besok ya mak🤣🤣
total 2 replies
Aras Diana
lnjut
Aras Diana
Luar biasa
jaran goyang
𝘨𝘢𝘴 𝘬𝘯 𝘭𝘩... 𝘵𝘳𝘴 𝘬𝘯𝘢 𝘱𝘳𝘢𝘯𝘬 𝘢𝘲🤣🤣🤣🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
jaran goyang
𝘮𝘵 𝘬𝘯 𝘣𝘨... 𝘱𝘰𝘵𝘨 𝘣𝘳𝘶𝘨 𝘯𝘺... 𝘣𝘪𝘢𝘳 𝘮𝘵...𝘢𝘲 𝘨𝘦𝘳𝘦𝘮 𝘹
jaran goyang
𝘵𝘦𝘯𝘥𝘢𝘨 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘨 𝘯𝘺 𝘭𝘰𝘯𝘨𝘰𝘰𝘰𝘰𝘰𝘳𝘳𝘳𝘳𝘳𝘳... 𝘢𝘲 𝘫𝘥 𝘨𝘦𝘳𝘦𝘮 𝘴𝘯𝘥𝘳
Midnight Sky
tambah plok2 tambah vote!
™: 🤣🤣🤣 no
total 1 replies
༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜
Next 💜💜💜💜
Ninik
hai Arthur Alice tp g disofa juga x katanya ada kamar khusus buat istirahat
Jeinie Tulung
lanjut KK. kasian Alice.... dapat pria bejat seperti Zack.
™: Sudah up kak
total 1 replies
jaran goyang
𝘯𝘦𝘹𝘵 𝘬𝘬.. 𝘫𝘨𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘻𝘢𝘤𝘬 𝘥𝘭𝘶𝘢𝘯 𝘬𝘬... 𝘬𝘭𝘰 𝘣𝘴 𝘢𝘵𝘶𝘳 𝘺𝘨 𝘢𝘮𝘣𝘭 𝘱𝘳𝘸𝘯 𝘯𝘺... 𝘢𝘲 𝘨𝘬 𝘳𝘦𝘭𝘢 𝘻𝘢𝘤𝘬 𝘨𝘪𝘭𝘢 𝘵𝘶 𝘺𝘨 𝘢𝘮𝘣𝘭
™: Wkwk otewe
total 1 replies
jaran goyang
𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘭𝘩 𝘹𝘢𝘯 𝘣2 𝘴𝘮 𝘵𝘶𝘳"🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
jaran goyang
𝘭𝘩𝘰 𝘰𝘣𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘴𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘩
bungkook
Aaaaa. Mak lagi tanggung astaga /Cry//Cry//Cry//Cry//Cry//Cry//Curse/
™: Hehe ngepel dulu
total 1 replies
Eva Karmita
lanjut otor 🔥🙏😩
™: Oke mak, 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!