Laura Rivas 22 tahun, seorang bintang film dewasa Spanyol dengan nama panggung Karen Monroe di L.A., diasingkan ke Portugal oleh calon kakak iparnya, Diego Torres, setelah skandalnya menjadi "gadis penghibur" Kartel Meksiko menghancurkan reputasi sosial kakaknya, Julia Rivas, dan membatalkan pernikahan Julia.
Asisten utama Diego, Pablo Reyes (32), ditugaskan mengurus Laura di pengasingan, namun Laura yang selalu bermasalah terus melanggar protokol keamanan. Untuk mengatasi kekacauan ini, Diego menyetujui keputusan drastis Pablo untuk menikahi Laura Rivas.
Pernikahan ini, yang mencakup perjanjian pra-nikah dengan klausul properti dan kewajiban kegiatan ranjang, bertujuan memberikan Laura status, perlindungan, dan memindahkan seluruh tanggung jawab pengawasannya ke tangan Pablo.
Awalnya hubungan intim sebagai tugas untuk pengamanan Laura agar tak liar, namun Pablo kecanduan pada kemahiran Laura di ranjang, mengubah "tugas" menjadi candu bak kokain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla Ice Creamm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Deal
Laura menarik pulpen itu dan menandatangani perjanjian di bagian Pihak Kedua dengan mantap, memastikan tinta menembus semua salinan.
"Sudah. Semua sudah jelas dan hitam di atas putih. Sekarang, kapan kita ke Madrid? Ini masih siang, aku ingin bertemu ibuku dan aku juga sudah sangat bosan di sini."
"Bagus. Kau baru saja menyelamatkan dirimu dari pengasingan permanen. Sekarang, kau kau dalam kendaliku. Tidak sekarang. Kau harus mengemasi barangmu dulu dan mengatur seluruh jalur penerbangan serta keamanan."
"Besok pagi buta dengan jet pribadi Tuan Torres. Kau akan bertemu ibumu, tapi itu akan diatur di bawah pengawasanku, di tempat netral, dan kau tidak akan pernah memberitahunya tentang detail perjanjian ini. Kau harus menjaga fasad sebagai menantu baru yang sukses."
Pablo menatap jam tangannya, lalu kembali menatap Laura.
"Jangan coba-coba mengucapkan sepatah kata pun pada Adrian atau pengawal lainnya. Jika kau melanggar perintah, perjanjian akan batal sebelum meninggalkan Lisbon."
Laura mengalihkan pandangannya dari Pablo, suaranya terdengar lirih, dikalahkan oleh kenyataan yang baru ia tanda tangani.
"Baiklah, kau pergilah ke kamarmu jika kita berangkat besok pagi. Bibi Manuela telah menyiapkan makan siangmu. Aku akan ke kamar," ucap Laura lirih, meninggalkan Pablo di ruangan kecil itu.
Pablo hanya mengangguk kecil, mengawasi Laura pergi sebelum ia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan pada Diego, mengonfirmasi bahwa kontrak sudah ditandatangani.
Sementara itu, Laura berjalan di lorong dengan kepala tertunduk, membiarkan semua beban keputusannya meresap. Ia menyadari ini adalah keputusan terbesar yang pernah diambilnya.
“Bebas namun terbatas.” lirihnya
Setidaknya ruang lingkupnya tidak hanya di vila ini. “Hidup bersama pria yang menikahiku dengan kontrol sebagai pengawas berkedok suami?” batinnya lirih. “Uang bulanan, rumah, dan kebebasan terbatas.” Pengkhianatan terhadap kebebasan yang ia junjung, ditukar dengan perlindungan dan kenyamanan finansial.
Tepat di persimpangan koridor menuju paviliun, ia bertemu Adrian. Pria itu mengendong ranselnya.
Tatapan mereka bertemu sesaat. Dalam pandangan Adrian, melihat Laura dengan campuran hasrat yang tertahan dan ketakutan yang dingin. Dalam pandangan Laura, Adrian melihat hal yang kini menjadi risiko yang harus dihindari.
Keduanya langsung memalingkan muka, secepat kilat. Adrian teringat peringatan tegas Javier. Laura teringat peringatan Pablo.
Adrian, akan kembali ke Madrid siang ini dengan pesawat komersial karena dibebastugaskan, dan Laura, yang kini menjadi aset Diego, sama-sama tahu bahwa di antara mereka tidak ada lagi ruang untuk negosiasi, setelah ciuaman panasnya sebagai senjata merayu pengawal itu. Kisah mereka telah berakhir dengan ciuman yang harganya mahal.
Laura berada di kamarnya memegang ponsel dengan tangan gemetar. Di ujung telepon, Julia mungkin sedang bersantai di huniannya, Garisol Estate.
"Halo, Kak Julia...." Suaranya lirih, tak seperti biasanya penuh energi bahkan kemarahan karena protes.
Terdengar jeda singkat, Julia terkejut dengan nada suara adiknya.
"Laura? Ada apa? Kenapa suaramu begitu lemah? Apa ada masalah lagi di Lisbon? Apa Adrian—"
Laura memotong, suaranya berusaha terdengar tegas namun gagal.
"Tidak ada masalah. Justru... semuanya sudah beres, Kak. Aku menelepon untuk memberitahumu, aku sudah membuat keputusan. Aku sudah tanda tangan."
"Tanda tangan apa, Sayang? Maksudmu kau... kau setuju dengan usulan Diego dan Pablo?"
"Ya. Aku setuju untuk menikah dengan Pablo Reyes asisten, Diego. Kami akan terbang ke Madrid besok pagi.
"Oh, Laura. Syukurlah. Aku sangat lega kau mengambil jalan ini, Adikku. Ini adalah keputusan yang paling aman, percayalah. Tapi... kau yakin? Kau tidak dipaksa, kan?"
Laura tersenyum pahit pada dirinya sendiri, memainkan peran barunya.
"Tidak. Aku lelah, Kak. Aku lelah dikejar masa lalu dan diasingkan di sini sangat membosankan. Pablo menawarkan cara legal. Aku akan punya status, perlindungan, dan... dan aku bisa melihat Ibu. Dua jam, kata Pablo. Aku ingin bertemu Ibu begitu aku sampai."
"Tentu, tentu! Aku akan segera mengatur semuanya agar kau bisa bertemu Ibu. Aku senang kau datang, Laura. Setidaknya, sekarang aku bisa sedikit tenang. Sampai bertemu besok, Sayang."
"Sampai bertemu, Kak."
Laura menutup telepon, menatap kosong pada koper di sudut kamarnya. Keputusan sudah dibuat. Bebas, tetapi terkontrol. Laura mengemasi barang-barangnya secepat mungkin, kerinduannya pada Madrid kampung halamannya, Carmen sang ibu, Julia kakak perempuannya, Lalu Armand tapi entah kemana kakak laki-lakinya yang gemar berjudi dan mabuk-mabukan. Laura merasa, dari tiga bersaudara Rivas.. hanya Julia yang paling kompeten dan bisa dibanggakan.
****
Ruang makan di vila Lisbon. Malam hari. Pablo sedang makan malam sendirian di meja besar. Pakaiannya kini lebih santai—kemeja katun warna krem dan celana panjang hitam sangat tepat di tubuhnya yang tegap dan tinggi
Pablo menyesap anggurnya, pandangannya tertuju pada piringnya.
"Jadi dia tidak ingin keluar untuk makan, Bi?"
"Tidak, Tuan. Saya sudah menanyakan ada apa. Dia hanya menggeleng lemah dan berkata tidak ada apa-apa. Tolong, Tuan, jangan dimarahi terlalu keras. Nona Laura itu sangat kesepian. Dia sering terlihat murung dan menangis, di luar dia tampak kuat dan pemberani.. namun sebenarnya, hatinya lembut dan rapuh."
Pablo meletakkan gelas anggurnya. Ekspresinya tetap tenang.
"Dia tidak sedang dimarahi, Bi. Dia sedang menghadapi kenyataan baru. Keputusan besar selalu memiliki konsekuensi emosional."
"Tolong siapkan teh hangat dan roti untuknya. Suruh salah satu pengawal mengantarkannya ke kamar. Dan yakinkan dia, bahwa setelah besok pagi, ia tidak perlu lagi merasa kesepian di tempat ini."
"Laura benar. Seumur hidup itu lama. Sangat lama untuk sebuah tugas. Selama sepuluh tahun aku mengabdi, aku selalu tahu batas-batas peranku. Aku adalah perisai, aku adalah manajer risiko, aku adalah tangan kanan Diego. Aku adalah Pablo.
Sekarang, aku adalah suami." batinnya.
Ia mengingat sekilas tatapan Laura, perpaduan antara ketakutan dan semangat yang liar, dan kemiripan mencoloknya dengan Julia.
"Aku bisa mengendalikan Laura secara hukum dan fisik. Aku bisa menekan hasratnya dengan ancaman pengasingan. Tapi bagaimana dengan diriku? Bagaimana cara kerja kontrak ini dalam jangka waktu dua puluh tahun, tiga puluh tahun?"
“Bagaimana jika aku suatu saat menginginkannya lebih dari sekadar pelindung? Seumur hidup itu lama, mana mungkin tanpa emosional.”
Pablo menegakkan tubuhnya, tiba-tiba jijik pada pemikirannya sendiri. Dia meraih gelas dan menyesap anggur, memaksa pikirannya kembali ke jalur yang benar, belum apa-apa dia mulai ragu pada kontrol dirinya sendiri.
"Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Emosi adalah lubang di dalam keamanan. Emosi adalah yang merusak Adrian. Lagipula menjalankan kebutuhan biologis yang dia minta sebagai suaminya, apa salahnya? bukankah laki-laki bisa tidur dengan wanita tanpa perasaan?" menyakinkan dalam hati.
dan... akhirnya /hr 5 bab selama 4 hari done!
dari karakter Laura, Laura ini blak-blakan dan grusa grusu ya... cocok sm karakter Pablo yg disiplin spy lbh terarah.