Suamiku Tuan CEO Angkuh

“Huhh aku sangat lelah hari ini” lirihnya, gadis dengan dua kepribadian itu berjalan gontai mendekati halte bus yang tidak jauh dari kantornya saat ini.

Namun terlihat dari arah yang berlawanan ada sebuah mobil mewah yang berhenti didepannya, dan tentu saja pemiliknya bukan orang asing di dalam hidupnya.

Ia merupakan pria yang pernah membuat hidupnya bahagia bagaikan tanpa duri kehidupan, dan juga pria yang telah menacapkan ribuan duri tajam pada hatinya.

“Elora, tunggu aku” ucapnya.

Hatinya kian berdebar hebat ketika menatap pria tampan yang ada di hadapannya, dulu Ia merupakan pria yang sangat sempurna untuknya, namun sekarang Ia sangat engan menatap lekat mata pria itu.

“Ada apa lagi Ze, hubungan kita sudah berakhir”

Zein menatap kedua manik mata Elora yang mengisyaratkan kesedihannya, kesedihan itu masih tergambar jelas di raut wajahnya yang dulu ceria kini berubah menjadi murung.

“Elora, kita perlu bicara, aku akan menjelaskan semuanya” tegas Zein

*

*

*

Kedua insan berbeda jenis itu begitu bahagia melihat anak-anak panti yang dengan gembira bermain di depan mereka.

Tak henti-hentinya Elora melemparkan senyum manisnya pada anak-anak itu yang ditatap bahagia oleh Zein.

Dulu mereka kerap menghabiskan waktu luang mereka di panti asuhan, seperti membantu mengajar anak-anak panti ataupun menyiapkan makanan untuk mereka. Sangat berbeda dengan pasangan kekasih pada umumnya, yang cenderung menghabiskan waktu mereka dengan kencan berdua.

“Zei, katakanlah apa yang ingin kau katakan, aku tidak ingin berlama-lama, kau tau kan bagaimana tante Berlly, mungkin Ia akan sangat marah jika kekasih anak kesayangannya mendapati berduaan denganku”

“Tidak El, aku tidak ada hubungn apapun dengan Davirra, aku bingung mengapa kau menganggapku seperti ada hubungan dengannya” ucap Zein dengan wajah yang sangat serius namun sedikit kesal dan tidak terima.

Kali ini Elora mengembangkan senyum kecutnya, Ia percaya Zein tidak akan pernah membohonginya dan juga bertingkah serendah itu.

“Apa Davirra menyukai Zein” hanya itulah yang ada di benaknya, Ia mengutuki dirinya yang sangat bodoh itu.

“Davirra mengatakan padaku kau kabur dari rumah, apa kau sudah kembali ke rumahmu? Aku juga sempat mencarimu bersamanya”

Elora mencerna sekejap pertanyaan konyol yang terlontar dari bibir pria itu, kapan Ia kabur dari rumah, mengapa Davirra mengatakan hal itu?

“Aku tidak ada kabur dari rumah Zein, kau sudah dibohongi oleh perempuan licik itu”

Telinga Zein seketika memanas mendengar pernyataan dari Elora, Ia mengepalkan kedua tanganya, dengan nafas yang memburu serta emosi yang sulit di artikan. Wajahnya tampannya yang putih bersih berubah menjadi merah padam layaknya seorang yang sedang murka. Ia merupakan pria yang baik, namun akan sangat marah jika ada yang membohongi dirinya. Ia begitu jijik dengan Davirra yang seperti sosok penjilat dalam hidup Elora.

“Hmmm aku jadi ingin bermain-main dengan Ibu dan kakak tiriku setelah sekian lama ditindas oleh mereka” Elora membatin sendiri, memikirkan bagaimana nantinya Ia akan membalas perbuatan dari keluarganya, Ia ingin bermetamorfosa menjadi gadis yang tangguh, agar tidak tertindas lagi oleh mereka. Selama ini gadis itu sangat patuh dan selalu berada di bawah kungkungan ketiga manusia jahat itu.

“Mengenai pernikahan yang dibatalkan aku sungguh minta maaf El, Ibuku tidak menyetujuimu setelah ada yang mengatakan berita bohong padanya” baru kali ini Ia dengan berani mengatakan kenyataan pahit yang begitu menyakitkan bagi dirinya dan gadis yang Ia cintai. Bangunan yang dibangun dengan kokoh, hancur begitu saja oleh satu pijakan.

“Zein, mengenai Ibunu tidak menyetujuimu menikah denganku aku sudah tau, aku menyesal tidak memutuskan hubungan kita setelah terjalin lama. Kau juga tidak sadar hubungan kita tidak akan baik-baik saja jika tidak mendapat restu dari Ibumu, dan mengenai persetujuannya waktu itu hatiku juga sangat ragu Zein, hatiku sungguh sakit pernikahan yang sudah didepan mata harus batal begitu saja. Akibat Ibunu yang ragu itulah yang membuat dirinya mudah terhasut akan berita buruk tentang diriku” Elora berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya, Ia tidak ingin rapuh didepan pria yang dicintainya. Pria yang didepannya lah yang tidak pernah sadar akan tembok tinggi yang menghalangi cinta mereka berdua.

“Bukan kamu saja yang sakit El, aku juga. Bagaimana kalau kita kawin lari saja” ujarnya, Ia begitu girang sambil seolah kelabu yang ada di hatinya hilang begitu saja mendapat ide yang tidak masuk akal seperti itu.

“Ze, cinta itu bukan hanya untuk dimiliki, aku tidak bisa menuruti keinginan bodohmu itu. Secara langsung kau sudah merencanakan sakit hati kedua orang tuamu karena cintamu pada seorang wanita”

Zein sungguh dirundu kebingungan dengan semua ini, disatu sisi Ia ingin menghormati orang tuanya, disisi lain ia juga ingin hidup bahagia bersama orang yang Ia cintai.

Bukankah cinta adalah pilihan kita sendiri, bagaimana jika cinta kita ditentukan oleh orang lain?

“Aku akan membinasakan hatiku tampamu Zein, aku tau diriku ini bukan orang yang pantas untukmu”

Elora mengolah pernafasannya yang begitu sesak, ia mendongakkan wajahnya ke atas agar cairan bening yang telah terkumpul di sudut matanya tidak jatuh, sedangkan Zein, Ia menatap Elora dengan sendu, pria itu ingin hubungannya kembali seperti dulu, namun rasanya tidak mungkin, Elora sudah sangat kecewa dengan dirinya.

Zein mendekati Elora dan memeluknya dengan erat, sampai air mata Elora jatuh berhamburan, membasahi baju yang dikenakan oleh Zein.

Setelah cukup lama, Elora menghapus air matanya dan melepaskan tangan kekar zein yang melingkar memeluk dirinya.

“Zein, hubungan kita cukup sampai disini, aku tidak akan mengatakan hal ini untuk ketiga kalinya, ku harap kita bisa berteman dengan baik setelah banyak hari indah yang pernah kita lewati. Percayalah aku masih sangat mencintaimu”

Hancur berkeping-keping, hanya itu yang dirasakan pria itu, ingin sekali Ia terjun ke dasar lautan yang sangat dalam ketika mendengar peryataaan pahit yang meledak begitu saja dari bibir mungil gadis itu.

*

*

*

“Selamat malam Ayah, Tante Berlly dan juga kakak tiri tersayang, aku membawakan kalian makan malam yang sangat special, tentu saja karena aku telah mendapatkan pekerjaan yang baru” ucap Elora dengan wajah gembira yang sulit di artikan bagi mereka. Ia begitu mudah mengukir senyum palsu yang mengembang dengan sempurna di bibirnya.

Elora meletakkan beberapa makanan yang sudah Ia beli di restaurant lengkap dari menu pembuka sampai menu penutup. Elora yang melakukan itu ditatap heran oleh keluarganya, tak biasanya Elora bersikap ceria seperti itu.

“Makanlah, jangan sungkan terhadapku”

Gadis itu mengambil piring mereka masing-masing dan meletakkan beberapa makanan di piring itu satu persatu, sedangkan mereka masih menatap aneh ke arah Elora.

“Ini tidak isi racun kan?” Tanya Davirra, ia nampak ragu untuk menyantap makanan lezat yang sudah terhidang di hadapannya.

“Tentu saja tidak, sebenarnya racun itu bisa saja ada pada diri kita sendiri” sentil Elora yang secara sengaja membuat Berlly geram.

Addison yang sudah sangat lapar pun bersifat acuh dan mulai menyantap makanan tersebut. Tidak ada rasa curiga sedikitpun dibenaknya, Elora anak yang baik, tidak mungkin juga Ia menaruh racun didalam hidangan yang dirinya juga ikut memakannya.

Sedangkan Berlly, Ia enggan untuk menyantap makanan itu karena ia merasa tidak aman akan hal itu, Ia hanya bisa menatap Addison dengan tatapan sinis dan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

“Jangan lupa berterimakasih dengan hanya mencuci piring yang kotor” ujar Elora, Ia beranjak dari duduknya lalu pergi menuju kamarnya dengan perasaan yang sangat lega karena episode pertamanya untuk menjadi orang yang tangguh sudah lulus.

Mereka bertiga menatap punggung elora yang sudah menghilang dengan mata terbelalak dan sedikit membeku.

“Apa benar itu Elora?”