Seorang gadis yang berasal dari masa depan bertransmigrasi pada masa lalu di tubuh gadis bodoh keluarga petani yang miskin.
Mereka sebenarnya adalah keluarga bangsawan yang dijebak dan diasingkan.
Bisakah gadis ini dengan sistem pertanian yang mengikutinya bertransmigrasi mengubahkan dan mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga nya...
Atau musuh-musuh ayahnya justru akan menghalangi jalannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Liyo Owi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan siang...
Joan keluar ruang dimensi pertaniannya dan memasak bubur seperti yang biasa dilakukan ibunya, biasanya ibu setelah pulang dari pekerjaannya. Ibu langsung memasak bubur bagi keluarganya.
Meskipun mereka mendapatkan lima karung beras dari tuan Wang, ibu tidak memasak nasi karena mereka harus menghemat simpanan beras mereka karena kalau persediaan beras mereka habis kali ini. Mereka akan kesulitan untuk membelinya lagi
Joan juga tidak memasak nasi dan tetap membuat bubur untuk tidak memancing kemarahan ibunya yang akan menganggapnya boros.
Dia masih akan mencari cara agar orang tuanya bisa menerima dengan wajar saat mereka membiasakan diri untuk makan nasi dan bukannya bubur seperti yang selama ini mereka lakukan.
Joan memasak bubur dengan mempergunakan beras dan air dari ruang dimensi pertaniannya, menambahkan berapa bumbu dapur membuat bubur itu berbau harum yang segera menarik perhatian dari anggota keluarganya yang sudah kembali ke rumah.
"Bau harum apa ini, siapa yang memasaknya"; kata ibu yang terheran-heran karena biasanya ibu yang memasak di rumah itu
Ayah dan adik-adiknya sudah membersihkan tubuh dan mandi di sumur sebelum kembali ke rumah. Mereka juga terkejut saat mendengar ibu mengatakan hal seperti itu.
Joan keluar dari dapur dengan membawa sepanci bubur dan membagikannya ke mangkok-mangkok yang sudah terlebih dahulu disusunnya di meja makan
"Akulah yang memasaknya Bu"; kata Joan sambil tersenyum.
"Bagaimana.....bisa, kamu kan tidak pernah memasak"; kata ibu ...
"Hanya memasak bubur saja, aku kan sering memperhatikan ibu saat memasak"; Joan menjawab sambil membagikan buburnya.
"Hmm harum sekali, kamu beri bumbu apa?. Kata ibu
"Tidak ada Bu, hanya bumbu seperti biasa yang ibu berikan".
Adik-adik Joan merasa tidak sabar untuk segera memakan bubur yang tetap terlihat sama seperti bubur yang biasa makan tiap hari tetapi berbau lebih harum dan terlihat lebih lezat dari biasanya.
Saat mereka semua sudah duduk di sekeliling meja makan, segera anak ke dua dan ketiga dengan tidak sabar memasukkan sendok berisi bubur ke dalam mulutnya yang menyebabkan dia tersesat karena bubur itu masih panas
"Pelan-pelan makannya, ditiup dulu. Buburnya masih panas dan tidak ada yang akan merebutnya darimu"; kata ayah kepada anak-anaknya.
Adik bungsu menunggu ibu meniup buburnya dan kemudian memakan dan menahan agak lama di mulutnya karena merasakan kelezatan bubur itu.
"Ehm lezat sekali".
"Iya enak, tidak kalah dari buatan ibu".
kata adik-adiknya bergantian bicara mengomentari bubur tersebut.
Ayah Joan kembali merasakan ada energi hangat yang masuk dan beredar di dalam tubuhnya.
Meridiannya yang selama ini tersegel terasa ada energi yang sepertinya akan menerobos.
Kakinya yang selama ini lemah terasa membaik dan dia merasa bahwa dia bisa melepaskan tongkatnya.
Sudah lama dia merindukan untuk bisa berjalan dengan bebas tanpa tongkat.
Sepertinya harapannya akan terkabul saat itu
Tetapi ayah menahan dirinya dan tidak menunjukkan hal itu kepada keluarganya.
Ayah melihat kepada Joan dan merasa anaknya yang satu ini memiliki perubahan yang luar biasa.
Bukan hanya dia sudah normal, tidak lagi idiot seperti sebelumnya bahkan auranya terasa berbeda seperti orang yang memiliki kecakapan bela diri.
Joan terkejut dengan perubahan yang dia lihat pada ayahnya. Joan tidak menduga reaksi yang ditimbulkan oleh bubur yang dia masak dengan beras dan air yang dia ambil dari ruang dimensi pertaniannya.
Tetapi dia senang karena ayah tidak membahas hal itu.
Sebagai seorang yang menguasai bela diri, ayah Yoan menyadari ada energi mistis dalam bubur yang dimasak Joan hari ini tetapi dia memilih untuk menyimpannya dalam hati agar tidak mengejutkan keluarganya.
Ayah akan menyelidikinya pelan-pelan sehingga itu tidak membuat takut Joan.
Ayah menikmati bubur itu dan merasakan bahwa tubuhnya mengalami perbaikan di dalamnya. Berapa keluhan yang selama ini dirasakannya menghilang dari tubuhnya.
Dia senang sekaligus kuatir karena dia takut orang lain akan mengetahui hal itu dan akan menganggap Joan sebagai penyihir.
Mereka harus merahasiakan hal itu dari pandangan orang lain.
Ayah memandang Joan sambil tersenyum. Joan melihat senyuman ayahnya sambil berpikir dalam hatinya. Apakah ayahnya mencurigainya dan tahu bahwa Joan bukan anak kandungnya, hanya jiwa yang bertransmigrasi ke dalam tubuh anaknya.
Joan takut kalau ayah akan mengusir atau bahkan membunuhnya. Joan sungguh tidak menghendaki hal itu terjadi karena dia sudah merasakan kehangatan dari keluarga barunya.
Joan merasa enggan untuk meninggalkan keluarga barunya ini kalau seandainya ayah akan mengusirnya.
Joan menjadi sedikit gelisah.
Tetapi dia berpikir terlalu banyak karena ayahnya sama sekali tidak berniat untuk menanyakannya pada saat itu. Meskipun ayah Joan merasa aneh dengan hal itu tetapi dia juga merasa takut untuk menanyakan hal itu kepada Joan karena dia takut mendapatkan jawaban yang mengejutkannya.
Sejak Joan bangkit dari kematiannya, dia tidak merasa ada yang berubah dari tubuh anaknya hanya ada perbedaan dalam sikap dan auranya saja
Setelah selesai makan, ke dua adik Joan belajar membaca dan menulis karena meskipun mereka tinggal di desa tetapi ke dua orang tua mereka sebenarnya merupakan keluarga bangsawan yang berasal dari kota kerajaan.
Hanya karena ada kesalahan yang dilakukan oleh kakek Joan, maka keluarga mereka diusir dari ibu kota meskipun kakek Joan hanya difitnah oleh seorang kerabatnya yang tidak menyenanginya.
Hal itu juga yang selama ini menjadi ganjalan bagi keluarga ayah Joan. Sebelum kakek Joan meninggal dunia, dia sudah berpesan kepada ayah Joan agar mereka bisa kembali diakui oleh keluarga mereka yang ada di ibukota.
Ayah memang rindu untuk memenuhi amanat kakek Joan tetapi dia sendiri tidak berdaya untuk itu karena selain merediannya tersegel, keluarga mereka juga begitu miskin sehingga untuk keluarga besar yang menghargai kekayaan dan kekuatan.
Keluarga mereka pasti tidak akan dianggap apalagi dengan jumlah anggota keluarga yang kecil karena ayah Joan hanya memiliki satu isteri berbeda dengan pria bangsawan pada umumnya yang memiliki berapa isteri.
Mungkin untuk kembali kepada keluarga itu baru menjadi impian saat itu tetapi bagi Joan itu juga menjadi obsesinya saat dia mendengar cerita itu dari ayahnya di lain kesempatan. Joan yang merasa berhutang budi kepada keluarga barunya yang sudah memberikan kasih dan kehangatan keluarga baginya.
Joan bertekad untuk membawa keluarga barunya untuk naik ke tempat yang mulia dan menjadi keluarga yang disegani di seluruh negeri.
Langkah pertama yang dia lakukan adalah membuat keluarganya untuk tidak lagi kelaparan, bisa menikmati makanan yang layak.
Membangunkan rumah yang lebih baik sehingga anak-anak biasa memiliki kamar masing-masing tidak seperti saat ini, dimana ke empat anak tidur di satu kamar.
Tentu saja ini kurang pantas menurut etika masyarakat di negara itu, seharusnya kamar anak laki-laki dan perempuan terpisah apalagi Joan berusia 12 tahun yang dianggap sudah cukup dewasa karena biasanya anak gadis berusia 15 tahun sudah dianggap usia yang pantas untuk bertunangan.
genteng wetan opo genteng kulon