"Pergi dari Kediaman ini. Kau sudah bukan lagi bagian dari Keluarga Viscount Avena!"
"Tuan Viscount, Hubungan Ayah dan Anak di antara Kita benar-benar sudah terputus seperti rambut ini." —Celestia
"Aku membantumu untuk menghilangkan hubungan yang ingin Kau putuskan itu. Sama seperti rambutmu yang sudah terbakar habis, menjadi abu dan diterbangkan oleh angin, begitulah hubungan kita. Benar-benar menghilang." —Viscount Avena
"...Selamat tinggal. Di masa depan, berhati-hatilah dengan bencana yang datang dari dendam yang kau tanam dan Kau pupuk subur di dalam diriku ini, Tuan Viscount." —Celestia
Apa yang terjadi sehingga menciptakan sosok yang menjalani kehidupan dengan kaki yang berpijak pada dendam ? Apakah balas dendam wanita itu berjalan lancar ? Atau terkendala dengan kekuatan yang ada pada dirinya? Saksikan selengkapnya, hanya di Noveltoon dengan judul "Balas Dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Celestia masih terlelap dalam tidurnya meski kini banyak kesatria pria yang sedang berdebat.
“Kau saja yang membangunkan Tia.”
“Aku tidak tega. Dia tampak sangat nyenyak.”
“Bagaimana jika Kita bertukar kamar saja dengan ara wanita. Mereka menempati kamar ini, dan kita menempati kamar Mereka. Bagaimana ?”
“Begitu saja. Tia pasti belum terbiasa dengan perjalan jauh, Aku akan berbicara dengan Mereka.”
Klek
Ricard yang masuk ke dalam ruangan menarik perhatian. Salah sat kesatria sudah memanggilnya untuk mengatasi situasi saat ini.
“Biar Aku yang membangunkan nya.”
“Kau jahat sekali Komandan. Kami sudah sepakat untuk berbicara dengan para wanita.”
“Oh, baiklah. Aku akan—”
“Umm.. Kenapa ribut sekali ?” Ungkap Celestia yang sudah bangun. Jiwa nya belum terkumpul semua.
Saat atensi mata melihat para Kesatria di hadapannya, Dia langsung berucap. “Kenapa Kalian masuk ke kamar wanita ? Sengaja ya ?”
“Kau yang salah masuk kamar, Tia.”
“Oh. Benarkah ? Aku akan pindah kamar sekarang. Maaf menunda waktu istirahat Kalian.”
Celestia pun berjalan tanpa perasaan canggung di antara para Kesatria. Toh di dalam otaknya tidak tertoreh kecurigaan sia-sia. Lagipula Dia sudah cukup mengenal para Kesatria yang sering datang pada nya dan meminta di obati. Namun Celestia yang keluar dari kamar milik Para Kesatria diartikan sebagai sudut pandang negatif oleh perempuan-perempuan yang tidak memiliki kesan bagus pada nya.
Klek
“Oh, Kau sudah selesai melayani para kesatria ?”
“Hm ? Maksud Mu ?” Celestia mengangkat satu alisnya.
“Kau pasti melayani semua pria di rombongan ini kan ? Murahan sekali.”
“Omong kosong apa yang Kau katakan ? Lebih baik Kalian tidur untuk pembasmian besok.”
“Kau mau kemana ?” Mereka menghalangi Celestia.
“Ke tempat tidur.” Jawab Celestia sambil menunjuk.
“Kami tidak mau sekamar dengan Mu.”
“Hmm..” Celestia berpikir sejenak. Dia tidak mau membuat para pemilik kekuatan suci ini kelelahan karena adu mulut dengannya. Akhirnya dia pun memutuskan. “Baiklah. Selamat tidur untuk Kalian semua.”
Sungguh Celestia sudah keluar. Langkah Kaki membawa nya ke kandang kuda. Meninggalkan kamar yang langsung hening Karena tidak ada perlawanan dar Celestia sedikit pun.
“Pfftt... Kalian lucu sekali. Apa kekuatan suci yang Kalian miliki tidak bisa menyucikan pikiran kalian ? Tia itu tidak mungkin melakukan hal yang Kalian pikirkan. Satu-satunya alasan Kalian mencari kelemahan nya, karena Kalian kalah saing. Menyedikan sekali.” Ucap Aurora, selaku kesatria wanita yang memiliki keahlian berpedang juga memilki kemampuan sihir.
Brakh!
Dia langsung membanting pintu dengan keras dan menyusul Celestia. Diana lagi-lagi menggertakkan gigi karena masih ada yang memihak pada Celestia.
...***...
“Kau akan tidur di kandang kuda ?” Lontar Aurora yang langsung mendekat.
“Hm ? Tentu. Kandang kuda ini juga tidak bau.”
“Kau yakin ?”
“Umm.” Celestia mengangguk. “...Aku sudah terbiasa tidur di atas pohon dan di tempat-tempat yang sedikit ekstrim. Ada saat dimana Aku bersyukur karena memiliki kekuatan suci.”
“Pffttt.. Kau pasti pernah terjatuh dari pohon saat tidur.”
“Itu benar. Rara langsung mengomel dan memberi isyarat agar Aku tidak menaiki pohon lagi.”
“Boleh Aku bersandar juga pada Nya ?” Aurora meminta ijin.
“Rara, Dia kesatria wanita. Kau tidak masalah kan ?”
Phuurrh..
“Dia mengibas ekor dengan semangat. Kemari lah, Rara mengijinkan Mu.”
“Uwaah, Kuda Mu sangat pintar yaa.. Oia, Nama Mu Tia kan ?”
“Benar. Lalu siapa nama Mu Nona Kesatria ?”
“Aku Aurora.”
Mereka berdua pun lanjut bercerita sampai larut dan benar-benar tertidur di kandang kuda. Keesokan harinya, Celestia membangunkan Aurora dan mereka kembali ke kamar. Bersiap-siap untuk melakukan pembasmian.
“Aku akan berangkat duluan, Tia. Ricard akan memberitahu sesuatu tentang pembasmian. Kau menyusul ya.”
“Tenang saja, Aurora.”
Celestia menjadi orang terakhir yang mandi. Dia keluar saat semua orang sudah tidak ada lagi di kamar.
“Hei wanita bertopeng!” Panggil seseorang dengan suara yang tidak asing.
“Ada apa Nona ?”
“Segala hal yang Kau lihat di kawasan Rostal, sebaiknya lupakan saja. Semuanya termasuk diri Ku. Aku akan membayar Mu untuk menutup mulut—“
“Tidak mau!” Potong Celestia dengan senyum miring.
“Apa yang Kau butuhkan untuk menutup mulut ?” Grace berusaha agar tidak meninggikan suara.
“Yang Ku butuhkan adalah sesuatu yang tidak bisa Kau berikan dengan tangan Mu sendiri, Nona.”
“Apa maksud—“
“Tia, kemari lah. Rombongan akan berangkat.” Teriak Aurora dari seberang sana.
“Baik.” Balas Celestia yang langsung berlari, membiarkan jubah nya berkobar dengan indah dan membuat Grace tersulut amarah.
Seperti apapun yang di rasakan oleh Grace, Dia harus tetap memasang senyuman saat pasukan pembasmi yang di pimpin oleh Charles akan berangkat.
“Aku tidak suka wanita bertopeng itu,” ucap Luna.
“Kau masih marah tentang tindakannya kemarin ?”
“Tentu. Aku kesal setengah mati. Tapi tenang saja. Dia akan pulang dalam bentuk mayat.”
“Kau merencanakan sesuatu, sahabat Ku ?”
“Bukan hal besar. Aku hanya menyogok seseorang di kelompok Mereka. Ternyata wanita itu dibenci oleh rekan-rekan pemilik kekuatan suci. Kita tidak perlu mengotori tangan, Grace.”
“Kau benar-benar sahabat terbaik, Luna!” Ucap Grace kegirangan.
“Ayo masuk ke dalam. Kita harus memilih gaun cantik untuk menyambut kepulangan Mereka besok.”
“Baguslah. Perjuangan Ku agar dekat dengan putri Marquis Alodina sukses besar. Matilah di sana, Gadis bertopeng. Kau harus terkubur bersama masa lalu Ku. Karena Grace Lyn Cora Avena di takdirkan untuk hidup bahagia layaknya tokoh Protagonis.”
...***...
Pasukan pembasmi sudah tiba di hutan yang di huni oleh monster.
Baru beberapa langkah memasuki hutan, kelompok Mereka sudah di sambut oleh serangan monster-monster.
Putra Mahkota dengan kemampuan berpedang yang di kombinasikan dengan sihir angin, langsung menyerang monster-monster yang berdatangan. Tidak terkecuali Enzo yang memiliki kemampuan berpedang juga sihir api yang langsung membakar habis para monster.
“Seperti biasa. Putra Mahkota sangat keren.”
“Umm, Dia dan Tuan Enzo sangat mahir dalam hal ini.”
“Bagaimana mungkin Mereka berpikir seperti itu di dalam hutan monster ?”
“Aku juga mempertanyakan hal yang sama, Aurora.” Respon Celestia yang kini memeluk pinggang Aurora.
Percakapan semalam membuat Rara tidak bertingkah saat Aurora menunggangi nya.
Setelah melihat kabut hitam juga membungkus hutan dengan rapi, Celestia berucap. “Hutan ini memberikan kesan yang berbeda.”
“Kau takut ? Tenang saja, Aku akan menyelamatkan Mu.”
“Terimakasih.” “Tapi terlalu sedikit monster yang muncul untuk ukuran warna kabut hitam ini. Mereka seolah tengah bersiap—“
“Semua Kesatria turun dari kuda. Bersiaplah. Para Monster muncul dalam bentuk armada.” Pungkas Charles yang merasakan getaran dari angin.
Semua kesatria langsung turun dari kuda dan mengeluarkan pedang masing-masing.
Dari arah berlawanan, muncul monster-monster dengan wujud yang aneh sekali. Mereka tidak memiliki satu wujud yang sama. Benar-benar hasil dari perkawinan sembarangan antara para monster.
Dua kubu itu tercerai berai. Masing-masing dengan rekan seperjuangan untuk membasmi monster yang bisa menggunakan serangan dalam bentuk racun juga memiliki kulit yang keras.
Prangg
Bhughh
Duaakhh
Ggraaahhh!!!!
Blaarr
Sringgg
Auuwwww!
Tanggg Tangg
Grgrgrrrrrr
“Arrghh,” teriak Aurora saat darah monster terciprat ke tangan.
Sringg
Celestia langsung mengeluarkan kekuatan suci kemudian Diana tiba-tiba bersuara.
“Jangan sampai terkena darah dari monster!”
“Yang benar saja ?”
“Lalu bagaimana Kita bisa menghindari nya di situasi seperti ini?”
“Tahan saja.”
Traanggg!
Groooaahh...!!!
Bhuukkh..
Sringg..
Blaarr..
Pertempuran kembali berlangsung. Semua kesatria tengah mengatup mulut lantaran rasa perih dari darah yang mengenai tubuh seperti terbakar. Jika di seka sembarangan, rasa terbakarnya akan melebar.
“Bagaimana ini—Ah! Aurora, coba mendekat.”
Sringgg
Celestia mengalirkan kekuatan suci di seluruh tubuh Aurora seperti perisai. Dia mencoba melakukan hal yang sama saat Dia dan Rara menembus hutan milik Viscount Avena.
Dengan tubuh yang bercahaya Aurora melawan monster-monster dan langsung menarik senyum lebar saat darah yang mengenai tubuhnya tidak memberikan rasa sakit lagi.
“Mati Kau!”
Boomm!!
Satu tubuh monster berhasil Aurora hancurkan dengan sihir yang Dia pusatkan pada pedang.
“Kau tidak perlu melindungi Ku, Aurora. Aku akan menyentuh semua Kesatria.”
“Apa tidak ada cara yang lebih efisien ? Kau akan kelelahan!” Teriak Aurora.
“Kalau ada juga Aku tidak mungkin pura-pura tidak tahu kan ?”
“Tcih! Berhati-hatilah!”
Traanggg
Boomm..
“Diana, alirkan kekuatan suci seperti yang di lakukan Tia. Buat tubuh para kesatria bercahaya seperti diri Ku.”
“Aku... Aku tidak tau bagaimana cara nya.”
“Tidak berguna!” Umpat Aurora dan kembali ke pertarungan.
“Rara!” Panggil Celestia dan kuda putih itu langsung menerobos para monster tanpa gentar dan membiarkan Celestia naik ke punggung nya.
“Berhenti dua detik saat Kita melewati para kesatria.”
Puurrhh
Walau pengerjaan nya ribet, tetapi hampir sebagian tubuh para kesatria sudah bercahaya. Mereka sudah tidak perlu menahan rasa sakit dan bisa fokus dalam pertempuran.
“Sial! Aku butuh cara yang lebih praktis.”
“Tia!” Panggil Putra Mahkota yang sejak tadi memperhatikan pergerakan Celestia.
...***...
...Guyss, apa kabar ? Tolong jangan lupa like guys, minimal jangan lupa like kalo malas buat ninggalin jejak. Neo juga butuh respon kalian dong. Neo juga pengen berinteraksi di kolom komentar. Haahh, perjalanan Neo masih jauh ini😮💨 Btw, silahkan lanjut ke chapter selanjutnya, guys♥️...