"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 06
Mendengar desah*n napas kasar Roger seketika membuat Nazura merasa takut. Gadis itu menunduk dalam tanpa berani mengangkat kepala sama sekali. Khawatir Roger akan memarahi atau bahkan memukulinya seperti kisah-kisah yang pernah ia lihat di sinetron.
"Ma-maaf, Tuan."
"Kenapa kamu meminta maaf?" tanya Roger terheran.
"Karena saya tidak bisa memasak makanan enak untuk Anda," sahut Nazura lirih. Bahkan, nyaris tidak terdengar.
"Ah, bukan seperti itu maksudku. Aku hanya lupa saja tidak menyuruh anak buahku untuk memberi perlengkapan dapur beserta lainnya," ujar Roger membuat Nazura melongo sesaat sebelum akhirnya mengembuskan napas lega.
"Tidak apa, Tuan. Nanti biar saya saja yang berbelanja setelah pulang bekerja," timpal Nazura. Sedikit mendongak dan tersenyum kepada Roger.
"Kamu mau bekerja?" tanya Roger lagi. Nazura pun mengangguk mengiyakan. Namun, gadis itu dibuat terkejut ketika Roger justru memberikan sebuah kartu kepadanya.
"Pakailah kartu ini untuk berbelanja semua kebutuhan yang diperlukan. Kalau kamu menginginkan sesuatu pun, belilah dengan kartu ini," suruh Roger.
"Tidak perlu. Terima kasih banyak, Tuan," tolak Nazura pelan. Ia memang tidak terbiasa dengan pemberian orang lain. "Saya masih memiliki uang simpanan dan sepertinya itu cukup kalau hanya untuk membeli perlengkapan dapur. Lagi pula, saya tidak mau menambah hutang kepada Anda," imbuhnya.
"Apa kamu lupa kalau hutang itu sudah kuanggap lunas?" Roger mulai berbicara ketus. Sungguh, ia merasa sedikit kesal karena ternyata Nazura adalah gadis yang keras kepala.
"Iya, Tuan, tapi—"
"Sudah lebih baik sekarang kita makan. Aku tidak mau terlambat ke kantor nanti," potong Roger. Ia memilih menyudahi semuanya karena sedang tidak ingin berdebat dan hal itu bisa saja membuat suasana hatinya memburuk.
Nazura pun hanya mengangguk dan mengiyakan perintah Roger. Dengan sedikit grogi Nazura mulai menyantap makanan tersebut, sedangkan Roger makan dengan rakus. Bahkan hal tersebut membuat Nazura seketika merasa kenyang padahal ia hanya makan beberapa sendok.
"Masakan kamu enak juga," puji Roger. Ia menenggak segelas air putih setelah makanan di piringnya benar-benar habis. "Mulai sekarang aku mau sarapan dan makan malam di rumah. Nanti kita belanja sama-sama saja setelah pulang bekerja."
"Baik, Tuan."
Setelah beristirahat beberapa saat, Roger pun segera bangkit dan berangkat. Ia pun mengantar Nazura terlebih dahulu. Padahal wanita itu sudah menolak karena jalur mereka yang berlawanan arah, tetapi Roger tetap bersikukuh untuk mengantar. Membuat Nazura dengan terpaksa mengiyakan.
"Ingat, nanti jangan pulang dulu kalau aku belum menjemputmu," ujar Roger sebelum Nazura turun dari mobil.
"Baik." Nazura hanya menjawab singkat. Lalu bergegas turun dan berjalan meninggalkan mobil Roger begitu saja.
Namun, ketika baru sampai depan pintu, Nazura terkejut ketika melihat sahabatnya yang sudah mengagetkan. Bukan hanya itu, tatapan Devi juga begitu menyelidik. Membuat perasaan Nazura mulai tidak tenang.
"Dia siapa, Na?" tanya Devi menuntut jawaban.
Namun, Nazura hanya diam dan pikirannya sedang memilah jawaban apa yang sekiranya bisa ia berikan agar sahabatnya tidak menaruh curiga.
"Apa ada yang kamu sembunyikan dariku, Na?" Suara Devi cukup tinggi hingga membuat Nazura tersentak kaget dari lamunan.
"Tidak," balas Nazura cepat. "Dia bos baru aku. Sekarang kalau pulang dari toko, aku bekerja sebagai pelayan. Lumayan 'kan buat nambah uang jajan daripada tiap akhir bulan aku hutang padamu," imbuhnya.
Mendengar jawaban Nazura, seketika Devi mengembuskan napas kasar. Sungguh, ia merasa kasihan setiap kali melihat perjuangan sahabatnya.
"Padahal, aku tidak keberatan kalau kamu berhutang padaku karena aku tahu kalau uangmu sudah digunakan oleh bibimu yang judes itu." Devi menimpali.
Tidak ingin banyak mengobrol hal tersebut karena khawatir semua akan terbongkar, Nazura pun memilih menggandeng sahabatnya dan mengajaknya masuk untuk memulai bekerja. Devi pun hanya mengiyakan saja.
Akan tetapi, ketika baru saja meletakkan tas di loker, Nazura terkejut ketika mendengar ponselnya berdering. Ia lupa belum mengaktifkan mode silent. Dengan cepat, Nazura mengambil ponsel dari dalam tas, tetapi keningnya mengerut dalam ketika melihat ada nomor asing yang memanggilnya. Nazura merasa ragu ketika hendak menerima, tetapi ia tetap melakukan itu karena penasaran.
"Hallo, Na. Ini aku Roger. Jangan lupa simpan nomorku."
Nazura hanya terpaku ketika mendengar suara dari seberang telepon padahal dirinya belum berbicara sama sekali. Di saat baru saja hendak menjawab, Nazura justru dibuat kesal karena panggilan tersebut sudah terputus begitu saja.
Dasar aneh!
suka nih peran cewe begini